Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 10 September 2009

WAJAH YANG BERDEBU

WAJAH YANG BERDEBU
*Uswatun Hasanah

Criiiing…criiiiing…. Ku dengar bunyi benturan logam berkali-kali bersamaan dengan jatuhnya berkeping-keping benda bulat pipih memenuhi ruangan ini. Ruangan yang terbuat dari seng berbentuk tabung berukuran sedang. Kurasakan udara semakin pengap dengan kedatangan mereka. Parahnya lagi, mereka jatuh tepat di atas tubuhku yang tipis dan telah renta ini. Kurang ajar!!! apakah mereka tidak tahu sopan santun? Tidak tahu tata krama? Tidak menghormatiku yang sudah tua dan lusuh? Gerutuku dalam hati. Kurasakan tubuhku tak bisa bergerak. Berat badan mereka yang jauh melebihiku telah memenuhi seluruh ruangan ini. Entah dari mana mereka, yang jelas kehadirannya sangat menyiksaku. Aku mencoba menarik bagian bawah tubuhku. Tak bisa. Ku coba lagi mendorong keeping-keping yang menindih badanku. Tapi… terlalu berat.
“Ya Tuhan, apa yang harus ku perbuat?” Ku coba lagi untuk berteriak, meminta bantuan pada tangan-tangan raksasa dari makhluk bernama manusia yang sering mengambil, menaruh, bahkan mengacak-acak penghuni ruangan ini. Namun, rupanya tangan raksasa itu tak bisa mendenar teriakanku. Pasrah, ya…aku hanya bisa pasrah.
“Hai, kawan! Apakah kau sudah lama di tempat ini?” ku dengar suara dari kepingan berwarna emas yang di tubuhnya ada ukiran yang sama dengan tubuhku. Manusia memanggil kami dengan “lima ratus rupiah”. Wajahnya bersih dan mengkilap. Ia menatapku sinis.
“Hai, kawan! Apakah kau mendengarku?” ia bertanya lagi. Tubuhnya yang berada tepat di depanku, mungkin dapat membaca penderitaanku.
“Ya, kira-kira sudah dua bulan.” Jawabku dengan menahan rasa sakit. Bukannya kasihan dengan keadaanku yang terjepit, dia malah tertawa terbahak-bahak memperlihatkan giginya yang juga berwarna emas sambil berkata
“Dua bulan? Sungguh kasihan. Ku rasa dunia ini memang sudah tidak menghendaki kehadiran kalian. Para makhluk yang tidak berharga. Sudah tua, jelek, lusuh, kusam, dan tidak berguna.”
“Jangan sombong, bukankah nilaimu sama denganku? Hanya dapat ditukarkan dengan segelas Aqua, sebungkus nasi kucing, atau bahkan hanya diberikan kepada pengemis secara cuma-cuma.”
“Nilai kita memang sama, tapi perlakuan yang kita terima sangat berbeda. Para manusia itu lebih menyukai hal-hal yang baru, modern, dan praktis. Bukan barang kuno sepertimu. Coba pikir berapa banyak teman-temanmu di luar sana. Pasti dapat dihitung dengan jari. Tapi teman-temanku? Tak terhingga jumlahnya. Dan manusia semakin banyak melahirkan kami,” Ia berkata dengan bekacak pinggang, sangat angkuh.
“Ya, itu benar. Tapi setiap hal pasti ada masanya. Sekarang kau boleh bangga dengan kegagahanmu. Tapi, suatu saat kau pasti akan berada di posisiku.”
“Oh, itu masih lama. Dan sekarang adalah saatnya untuk bersenang-senang.”
Aku begitu marah melihat tawanya, tawa di atas penderitaanku. Aku ingin sekali mengumpat-umpatnya, tapi sesuatu menarikku dengan paksa. Tangan manusia! Akhirnya aku terbebas dari tempat terkutuk itu. Aku sangat gembira, seolah-olah baru terlahir kembali.
            Ku lihat tangan itu terus memegangku dan menaruhku di atas plastik kecil berbentuk seperti gelas. Di sana terdapat tiga keping logam perak dengan ukiran garis tegak dan dua lingkaran. “Seratus rupiah”, ya itu nama mereka. Muka mereka lusuh sepertiku, aku terkejut. Di mana ini? Ku lihat sesosok wajah manusia yang kotor, rambut yang tak teratur, pakaian yang sudah tidak layak, serta bau badan yang sangat menusuk. Tangannya memegang sebuah kayu kecil yang berisi sederetan tutup botol minuman, dan sebelah tangannya lagi memegang gelas plastik di mana aku berada. Mungkin ia tidak lebih dari 12 tahun. Dengan suaranya yang cempreng, anak laki-laki itu menyanyi tanpa nada yang jelas. Deg……! Sesaat ku dengarkan syair lagu itu. Dan, ya! Syair yang sama yang ku dengar lima tahun lalu di trotoar. Seorang pengamen menyanyi di bawah panasnya terik mentari. Saat itu aku melihatnya dari balik dompet.
Jo dumeh dadi cewek
Karo pengamen sajake ngenyek
Ngelingano yen wis tuwek
Untune entek ngguyune elek
Ngguyune elek irunge pesek
Lagu yang sama ketika pertama kali aku melihat isi dunia. Gedung, mobil, jalan, juga manusia. Lima tahun memang waktu yang cukup lama namun aku masih ingat bagaimana orang-orang memperlakukan aku. Saat itu aku masih muda, perkasa, dihormati, dan sangat berharga. Nilaiku saja sebanding dengan roti keju di supermarket. Tempatku pun tidak sembarangan, di dalam dompet, begitulah manusia menyebutnya.
            Hingga suatu hari ketika udara begitu panas seolah-olah ingin membakar tubuhku, sebuah tangan terulur ke arahku dan mengangkatnya. Seketika aku tahu bahwa ia akan memberikanku pada seorang laki-laki gemuk yang memegang botol minuman. Hup….. ! Aku pun bersiap-siap untuk berpindah tempat. Namun, tiba-tiba wussss…….! Angin besar menerbangkan tubuhku yang ringan. Aku terkejut, aku takut, aku berteriak meminta tolong. Tapi kedua manusia itu hanya memandangku saja, tanpa berbuat apa-apa. angin memang kejam! Apakah ia tidak kasihan padaku? Kepalaku terasa pusing karena terlalu lama berputar-putar bersama angin. Hingga aku merasa dunia semakin samar…..gelap…..dan hilang.
            Ku buka mataku perlahan-lahan. Bau yang tak karuan segera mampir di hidungku. Amis, anyir, dan busuk. Perutku terasa mual dan ingin muntah. Namun saat aku sadari, di sekelilingku tampak sangat kotor. Kulit pisang busuk, sobekan kain, plastik yang tak berbentuk, dan……lumpur hitam. Oh Tuhan, di mana aku? Kurasakan tubuhku semakin lama semakin berat. Lumpur ini semakin menguasai tubuhku. Aku menjerit, meronta agar tak semakin terbenam. Tapi tidak berhasil. Pasrah, hanya itu yang bisa kulakukan. Tiba-tiba kudengar suara-suara manusia. Ku dongakkan kepalaku mencari sumber suara. Benar! Manusia! Dan dia melihatku.
“Tolong……tolong aku.” Syukurlah mereka melihatku atau mungkin mendengarku. Yang pasti salah satu dari mereka mengulurkan tangannya. Mereka membawaku dan membersihkan tubuhku. Aku sangat bersyukur karena bisa melihat dunia luar yang sangat indah dan tidak terjebak di dalam lumpur yang busuk itu.
            Tetapi itu bukanlah akhir dari kemalangan hidupku. Dengan bentuk tubuh yang kusut, coklat kehitaman, dan kumuh, membuatku dipandang sebelah mata oleh teman-temanku apalagi oleh manusia. Ditambah lagi dengan semakin bertambahnya uang berjenis logam. Walaupun nilainya sama tapi dengan jaman yang berbeda, menurunkan nilaiku di mata manusia. Itulah sebabnya kenapa aku begitu lama berada di tabung seng berukuran sedang itu. Dan sekarang aku telah berada di dalam perangkap manusia yang haus akan uang yang biasa disebut pengamen. Aku tidak tahu apakah aku mampu menghilangkan rasa hausnya.
(*\Mahasiswi-Anggota Perpustakaan)

Perpustakaanku

Perpustakaanku

Kau adalah sumber ilmu bagiku
Kau  punya banyak  buku untuk kubaca  
Dari  buku   komik hingga Ensiklopedi
Dari Naruto hingga cerita Nabi 
Dan banyak lagi kisah lainnya
Perpustakaanku,
Aku bisa belajar apa saja darimu.


Laut

Laut,  kau  begitu  indah
Birumu menyejukkan,
Meski ombakmu kadang menggulung
Menyeramkan..
banyak ikan  di lautmu
ada penyu ;gurita dan  lainnya 
laut,
kau sumber penghidupan bagi para nelayan

*Javier Raihan AAF (8 th), siswa kelas II SDIT Cahaya Ummat Karangjati
Anggota komunitas Warung Pasinaon, Ds. Bergaslor, Kec. Bergas, Kab. Semarang

Waroeng Pasinaon

PROFIL PUSTAKA LOKAL

TAK KENAL MAKA TAK SAYANG…..
Ungkapan tepat di tujukan kepada orang yang belum tahu, apakah sesungguhnya Waroeng Pasinaon itu? Kata “Waroeng” tentunya banyak orang beranggapan bahwa Waroeng Pasinaon tidaklah beda dengan warung – warung biasa.
Tetapi tunggu….!!
Ada baiknya kita simak hasil wawancara Tim Buletin berikut ini….
 Waroeng Pasinaon berada di dusun Talun RT 07/VII Sikunir Bergas Lor Kecamatan Bergas. Lingkungan yang masyarakatnya mayoritas berkerja di industri, sekaligus masih berada dikawasan industri. Tirta Nursari (36) penggagas sekaligus pengelola Perpustakaan “Waroeng Pasinaon” bersama ibu – ibu setempat, bekerja sama membangun masyarakat yang maju, kreatif dengan Perpustakaan “Waroeng Pasinaon”. Jarak dari ibu kota Kabupaten Semarang, Ungaran sekitar 10km ke arah Solo/Jogja, sampai di pasar Karangjati kemudian belok ke kanan sejalan dengan sebuah MTs. Ikuti jalan masuk tersebut, niscaya natinya akan anda temukan dimana Waroeng Pasinaon Berada.
Seperti yang di jelaskan oleh Ibu Tirta Nursari, bagaimana asal mula “Waroeng Pasinaon” berdiri, Waroeng Pasinaon (WaPaS) muncul dari sebuah proses panjang kehidupan Ibu Tirta Nursari. Sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar, seperti yang diuraikan kepada Tim Buletin Pustaka “Keinginan memiliki perpustakaan sejak kecil, karena buku memberikan pengaruh bagi kehidupan, beberapa prestasi seperti karya tulis di majalah “Kawanku” berhasil saya raih, saat itu saya masih kelas 3 SD. Sejak saat itu, obsesi saya salah satunya memiliki sebuah perpustakaan” kata Bu Tirta.
“Sampai sesudah berumah tanggapun saya masih bergantung pada buku, sejak tahun 1990 sering menulis di media massa” tambah Bu Tirta. “Melihat kondisi anak – anak dilingkungan kami yang sering ditinggal orang tua, dan tanpa pengawasan dalam bermain, sehingga bersama ibu –ibu (Ibu Sidiq dan Ibu Diana, juga Ibu yang lain) bermusyawarah menyampaikan berbagai ide, yang kemudian tercetuslah sebuah ide brilian yang menjadi cikal bakal Waroeng Pasinaom. Tepatnya pada 3 Juli 2007, bergotong royong mengadakan kegiatan bagi anak-anak” sambung Ibu Tirta.
Kegiatan pada saat itu di adakan di mushola dusun Talun, praktek salat duha, mengaji serta mendongeng kisah-kisah nabi. Menurut data absensi komunitas WaPas. Kegiatan rutin yang diadakan semakin lama ternyata semakin mendapatkan respon positif dari anak-anak, anggota komunitas WaPas yang pada awal mulanya hanya berjumlah 17 anak, pada saat ini sudah mencapai ratusan anak.
Menurut penjelasan Ibu Tirta Nursari, istilah Waroeng Pasinaon sendiri dipakai, dengan didasari pemikiran bahwa; keberadaan WaPaS di pedesaan, dekat dengan kultur lokal; waroeng adalah sebuath tempat yang akrab bagi telinga masyarakat; mempunyai image sebagai tempat yang murah, filosofi yang ingin ditangkap, bahwa Waroeng Pasinaon diharapkan menjadi sebuah tempat, dimana anak “berbelanja” dengan cara yang paling akrab untuk meminjam buku, tanpa kesan memaksa untuk mengenalkan dan membuat akrab anak dengan buku (berbelanja informasi, murah meriah dan up to date).
Hambatan yang ditemui pada awal pendirian Waroeng Pasinaon, tidak menyurutkan langkah Ibu Tirta dan teman – teman, disikapi dengan berbagai pendekatan persuasif, seperti misalnya mengadakan kegiatan positif bagi anak-anak, (mengaji, buka puasa bersama, lomba mewarnai, dan kegiatan/ lomba yang lain). “Setelah itu, masyarakat secara positif merespon keberadaan WaPas, bahkan sering secara tidak terduga masyarakat sering menjadi donator tanpa kami minta” terang Bu Tirta.
Waroeng Pasinaon buka setiap hari pada jam 11.00 – sampai dengan 17.00WIB, ditambah waktu yang fleksibel bagi anak – anak, apabila mereka membutuhkan diluar jam tersebut, anak anak bisa memanfaatkan buku di Waroeng Pasinaon.
Kegiatan yang sudah pernah dilakukan:
1.       Bimbingan Belajar, Bahasa Inggris, Matematika
2.       Mengaji bersama
3.       Outing ( mengenal Lingkungan; berkunjung ke Palagan Ambarawa, Tempat Wisata maupun belajar di alam.
4.       Mendongeng yang dilaksanakan 1 kali dalam sebulan.
5.       Posyandu
6.       Penyediaan Alat Permainan Edukatif
7.       Kegiatan Lomba – lomba yang diadakan menyambut hari – hari tertentu, seperti HUT RI, Ramadhan
8.       Pemutaran film dan kegiatanlain.
Kami ingin memberikan pemahaman kepada masyarakat dilingkungan kami, bahwa perpustakaan tidak hanya sebagai Gudang Buku saja, akan tetapi bisa dimanfaatkan secara maksimal, seperti menjadi Pusat Kegiatan Masyarakat. Tentunya kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan tidak jauh dari buku yang disediakan di perpustakaan. Seperti misalnya kegiatan yang sudah dilaksanakan, yaitu Pelatihan menyulam bagi Ibu-Ibu, Kegiatan Daur Ulang Sampah” urai Bu Tirta.
Semua kegiatan pelatihan life skill tersebut ternyata, setelah dilakukan pengecekan oleh Tim Buletin Pustaka, di Perpustakaan memang ada buku buku pelatihan tersebut. Masih menurut Bu Tirta: “Bahkan anak – anak anggota komunitas WaPas juga memanfaatkan buku ‘Membuat Coklat’ untuk berlatih membuat sendiri, kemudian mereka menjual ke masyarakat, sementara uang yang dihasilkan digunakan untuk kegiatan mereka sendiri”.
Untuk menambah koleksi buku serta operasional Waroeng Pasinaon, banyak usaha yang telah dilakukan, donator dari masyarakat serta para sponsor selama ini sudah banyak membantu. “Kami juga menerima barang barang rongsokan seperti, Koran bekas, botol bekas, kardus bekas, yang kami kumpulkan dan kami jual untuk ‘menghidupi’ Waroeng Pasinaon” jelas Bu Tirta.
Di akhir wawancara yang dilakukan, Bu Tirta Berharap: “Waroeng Pasinaon akan selalu berkembang baik sehingga manfaatnya akan lebih terasa bagi masyarakat sekitar, khususnya di Dusun Talun ini, tentunya dengan bekerja sama dengan pihak – pihak terkait, misalnya Perpustakaan Daerah dengan perpustakaan kelilingnya yang kami harap selalu datang ke Wapas, dan kami berterimakasih kepada pihak pihak sponsor maupun donator yang selalu peduli pada perkembangan Waroeng Pasinaon”.
            Beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada bulan Agustus 2009, Bu Tirta melalui karya berjudul APLIKASI ENJOYFUL LEARNING DALAM MANAJEMEN PENGELOLAAN TBM WARUNG PASINAON KABUPATEN SEMARANG berhasil meraih predikat sebagai juara I dalam Lomba Karya Nyata Manajemen Taman Bacaan Masyarakat Jamboree 1000 PTK-PNF tingkat Jawa Tengah yang berlangsung di Gedung BP2NFI Ungaran. Tentunya prestasi tersebut tidak didapat melalui kegiatan instant, akan tetapi melalui proses panjang bersama Waroeng Pasinaon. Sebuah Prestasi yang membanggakan dan patut untuk dijadikan teladan.
            Setelah membaca wawancara ini, bagaimana pandangan anda mengenai Warong Pasinaon?...
Perpustakaan “Waroeng Pasinaon” menerima berbagai macam bantuan, baik berupa bahan bacaan, sponsor kegiatan dan juga tenaga tutor life skill/ pelatihan bagi masyarakat dapat menghubungi Ibu Tirta Nursari di Dsn Talun RT 07/VII Sikunir Kel. Bergas Lor Kecamatan Bergas, No. telp. (024)70852236.
-------------------------------------------------------------------
 (Bambang)

Mengenal Lebih Dekat Rumah Baca KuarteT

Mengenal Lebih Dekat Rumah Baca KuarteT
Cibubur - Jakarta Timur.
“Jalan Panjang Mendidik Bangsa”
Sekelompok anak muda yang mempunyai ide brilian, kira - kira 4 tahun yang lalu, berawal dari koleksi pribadi dan sumbangan beberapa rekan, serta ditambah harapan terwujudnya pertumbuhan minat baca masyarakat juga melatarbelakangi didirikannya rumah baca ini. Didirikan oleh 4 Orang dibantu 2 sahabat pada tahun di lokasi outdoor daerah Cibubur, Jakarta Timur yang dekat dengan lingkungan penduduk dan lembaga pendidikan.
Salah satu pendirinya adalah Edi Dimyati. Mas Edi ( begitu panggilan akrabnya) mengatakan bahwa “ Rumah baca anak ini memiliki 4 misi, yaitu dijadikan sebagai tempat integrasi dari segala kalangan untuk berinteraksi, pusat informasi sebagai tumpuan untuk bertanya, tempat berkreasi untuk menumpahkan segala karya, misalnya gambar dan mewarnai apapun yang berhubungan dengan buku dan seni, serta menjadi tempat rekreasi. Intinya, bermain sambil belajar.” Edi dan temannya melihat kendala yang dihadapi para penggemar baca. Sebagian besar disebabkan oleh harga buku yang mahal.
Rumah Baca Kwartet ini didirikan dengan melihat keyataan kondisi negara kita yang sedang gelisah dan sulit, banyak dari manusia-manusia indonesia yang malas untuk membaca. Kalau pun ada, harga buku yang mahal membuat mereka mengurungkan niatnya untuk membaca. Oleh karena itu kami mencoba menjadi jembatan bagi mereka” urai Edi Dimyati dalam wawancara dengan tim bulletin pustaka.
Rumah Baca Kuartet mulai dibuka pada tanggal 30 Juli 2005. Bersumber dari koleksi pribadi beberapa pengelola yang rasanya akan terus bertambah karena hobinya membaca. Kemudian, harapan terhadap pertumbuhan minat baca masyarakat juga menjadi latarbelakang dibukanya rumah baca ini.

Adapun Nama KuarteT dipakai karena para pendiri mempunyai 4 misi yang sama menjadikan Rumah Baca KuarteT:
1)      Wadah interaksi para pencinta dunia perbukuan lintas generasi.
2)      Pusat mencari informasi bagi mereka yang membutuhkan
3)      Tempat berkreasi, menumpahkan segala karya dalam bentuk apapun
4)      Tempat rekreasi dan hiburan yang mendidik,
Rumah Baca KwarteT dalam menggapai mimpi – mimpinya memegang dan misi yang selalu dijadikan pedoman dalam melangkah. Visi Rumah Baca KwarteT yaitu “Menjadi sarana yang dapat menghibur, mengasuh dan memberi informasi serta tempat berkreasi dan interaksi bagi anak-remaja khususnya, masyarakat pada umumnya.
Semoga dengan adanya Rumah Baca KwarteT ini, cita-cita, keinginan, kontemplasi, serta kehausan akan dahaga berita bisa terobati dengan segelas informasi yang diberikan rumah baca KwarteT. Tentunya Rumah Baca KwarteT ini hanyalah “gelas kecil”nan terbatas untuk menyimpan lautan informasi yang maha luas didunia yang merupakan anugerah Tuhan. Tapi setidaknya, ada harapan dalam gelas kecil ini bisa menyegarkan dan menyehatkan pikiran, jiwa, hati dan mengisi otak manusia Indonesia, terutama untuk para remaja Cibubur.
 “Mudah-mudahan saja gebrakan ini dapat memberi manfaat dari lingkungan kecil warga perumahan, lalu kelurahan Cibubur, kota Jakarta dan bangsa kita. Harapan yang perlu untuk kita jadikan teladan. Sebuah rumah baca yang diharapkan dapat menjadi sarana tempat berkumpulnya komunitas baca di lingkungan perkampungan” terang mas edi dengan semagat yang masih menggebu – gebu.
Yang unik dan menginspirasi dari Rumah Baca KwarteT, pengelola Rumah Baca KwarteT pada umumnya anak –anak. Salah satu pengurus Ahmad Saihu (14), seorang pustakawan cilik yang sudah sejak berdirinya Rumah Baca KwarteT ini ikut membantu mengelola perpustakaan, Ahmad bersama beberapa orang temanya sepulang sekolah menjaga perpustakaan. Tugas rutinnya menjaga kebersihan ruang baca dan membantu mencatat buku yang dipinjam maupun dikembalikan oleh anggota.

Setiap buku yang akan dibawa pulang harus dicatat, kalau tidak dikembalikan pengurus akan mengambilnya dirumah anggota tersebut”,  kata Ahmad. Masih menurut Ahmad “. Menjadi anggota perpustakaan penting bagi pelajar, “Dengan banyak membaca kita dapat banyak ilmu. Apalagi di perpustakaan banyak pengetahuan yang tidak didapat dari guru di sekolah” ujar Ahmad. Ia menambahkan dengan sering ke perpustakaan menjadi banyak teman dan lebih gaul.
Senada dengan Ahmad, Lukman Hadiwijaya (17) seorang pengurus Rumah Baca KwarteT yang lain mengatakan kalau Rumah Baca KwarteT ramai pada Sabtu dan Minggu. “Kalau Sabtu bisa tutup sampai jam sembilan malam”. Kata Lukman menambahkan.
Edi menjelaskan “Anak-anak paling bertanggung jawab kalau di ajak bekerja sama. Selain itu kita ingin memupuk rasa bertanggung jawab kepada perpustakaan sejak dini. Agar nanti mereka sudah beranjak remaja dan dewasa menjadi merasa memiliki dari buku-buku yang ada diperpustakaannya. Tidak ada hambatan. Asalkan kalau mau melibatkan anak-anak kita harus mencontohkan dulu. Seperti ketika kita sedang menyampulkan plastik buku.  kegiatannya dibuat menjadi fun. Sehingga anak anak ingin mencoba tanpa diminta. Begitu pun ketika memberi cap pada buku. Anak2 sendiri yang antusias berebutan ingin mencobanya. Intinya kita harus memberi contoh. Perannya tentu saja besar. Karena tanpa kehadirannya, perpustakaan serasa sepi dan tak bakal hidup”.
Waktu Layanan  Rumah Baca KwarteT
Setiap hari buka kecuali hari Senin dan hari libur nasional, jam buka pada pukul 12.30 s/d 16.00 WIB
Peraturan Perpustakaan
  1. Ketentuan Umum
v  Rumah baca terbuka untuk pelajar, mahasiswa dan umum.
v  Koleksi terdiri dari buku fiksi (komik, novel, cergam dll) , non fiksi dan terbitan berkala.
v  Pemakai rumah baca dapat membaca gratis & meminjam koleksi melalui prosedur  yang telah  ditentukan dan diketahui oleh pustakawan.
  1. Keanggotaan
v  Seluruh pengunjung dapat menjadi anggota rumah baca dengan persyaratan yang telah ditentukan.
v  Rumah baca hanya menerima anggota yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.
v  Pendaftaran menjadi anggota dapat dilakukan di lokasi KuarteT. Selain mengisi formulir secara lengkap, calon anggota harus melampirkan  foto copy kartu pengenal yang masih berlaku dan foto diri.
v  Biaya Pendaftaran Rp. 10.000,- dengan masa berlaku keanggotaan 6 tahun.
  1. Peminjaman
v  Semua koleksi dapat dipinjam dengan gratis
v  Lamanya waktu peminjaman 2 hari/buku atau dapat diperpanjang.
v  Setiap kali peminjaman hanya di perbolehkan sebanyaknya 2 judul.
v  Dan apabila peminjaman koleksi tersebut belum dikembalikan tidak diperbolehkan meminjam koleksi lainnya.
v  Pengembalian koleksi harus TEPAT WAKTU  dan dalam keadaan baik (tidak kotor atau rusak).
v  Setiap peminjam koleksi rumah baca diwajibkan memelihara kebersihan dan   keutuhan  koleksi. Kehilangan dan kerusakan menjadi tanggung jawab peminjam seutuhnya.
v  Setiap meminjam dan mengembalikan koleksi harap bawa kartu anggota.
  1. Ketentuan Khusus (Sanksi)
v  Bagi peminjam yang sengaja atau tidak sengaja menghilangkan koleksi     diharuskan menggantikan dengan koleksi yang sama.
      5.   Tata Tertib
v  Setiap pengunjung yang memasuki ruang KuarteT tidak diperbolehkan :
-       Merokok
-       Bawa topi dan tas
-       Teriak-teriak sendiri, marah-marah, dll

Kegiatan Rumah Baca KwarteT
-          Baca
-          Gambar
-          Menyusun puzzle
-          Tebak-tebakan
-          Berkunjung ke luar ke tempat tempat bersejarah seperti Musem
-          Dan kegiatan lain yang disukai anak – anak.

Alamat Lengkap Rumah Baca KwarteT: Jl. Taruna Jaya, Gg. Karya Bakti Rt.02/Rw.05 No.4 Cibubur - Jakarta Timur
Kesibukan sehari-hari nya sebagai Librarian di Majalah remaja HAI, Jakarta tidak menghalangi Mas Edi untuk terus mengembangkan Rumah Baca KwarteT. Punya hobi membaca dan merawat buku. Semasa remajanya tidak pernah terlepas dari tiga jenis bidang, yakni: wiraswasta, dokumentasi dan jurnalistik. Tulisan-tulisannya, seperti resensi buku, opini, cerpen dll, pernah dimuat di HU. Sinar Pagi, Rakyat Merdeka, Galamedia, Bandung Pos, Tabloid Aksi, Adil, Peluang, JOB Indonesia, Fantasi, Wahana, Ali@nsi dan Majalah TREN serta Majalah Politik & Dakwah SAKSI, Juga Sabili.
Kini, ia punya cita ingin menjadi pesulap yang selalu dapat menghibur sahabat-sahabatnya dikala senggang. Demikian halnya dengan situs www.wisata-buku.com yang juga merupakan keinginan lainnya yang sedang diwujudkan. Di akhir wawancara, mas Edi menambahkan: "Lakukanlah apa yang belum pernah dilakukan orang lain.. Dan lakukanlah apa yang pernah dilakukan orang lain dengan lebih bermanfaat" Intinya. Prinsip hidup yang selalu ingin memberi manfaat kepada orang lain harus segera ditanamkan didalam diri kita masing-masing. Kalo sudah, segala sesuatu pasti dimudahkan. Termasuk kalo kita punya niatan ingin mendirikan perpustakaan. Mari kita bangun bangsa, dimulai dari rumah baca ……(bambang)

Gerakan Kabupaten Semarang Membaca (GKSM) Tahun 2009

Gerakan Kabupaten Semarang Membaca
(GKSM) Tahun 2009


Dari hari pencanangan GKSM
Ambarawa. Tanggal 30 Juli 2009 merupakan tonggak awal dari keinginan masyarakat Kabupaten Semarang terbebas dari rasa malas membaca dan  bersemangat dalam mengejar ketertinggalan di bidang ilmu pengetahuan.
Segenap unsur pejabat dan tokoh masyarakat hadir dalam pencanangan Gerakan Kabupaten Semarang Membaca, yang dicanangkan bersamaan dengan pembukaan Pameran Buku Murah Kabupaten Semarang Tahun 2009 di Gedung Pemuda Ambarawa. Pencanangan Gerakan Kabupaten Semarang Membaca (GKSM) Tahun 2009  ini dilakukan oleh Wakil Bupati Semarang, Ibu Hj. Siti Ambar Fathonah
Gerakan ini berawal dari fakta umum yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, tidak semua masyarakat memiliki kondisi perekonomian yang mendukung pencapaian cita cita mereka di masa depan. Fakta lain juga menunjukkan bahwa pencapaian cita-cita mulia perlu didukung penguasaan ilmu pengetahuan yang relevan. Ilmu pengetahuan bisa diperoleh dari berbagai media, namun kenyataan juga menunjukkan bahwa media baca terutama buku memiliki peranan yang spesial dalam pemenuhan  ilmu pengetahuan manusia. Keterbatasan perekonomian dan peranan yang besar dari buku dalam kehidupan masyarakat inilah yang mendorong lahirnya Gerakan Kabupaten Semarang Membaca (GKSM) Tahun 2009.
GKSM 2009 diharapkan menjadi tonggak perubahan. Dengan semangat GKSM donasi/ hibah buku untuk masyarakat digalakkan, dengan harapan  keterbatasan dan hambatan yang masyarakat temui dalam berbagai sektor kehidupan dapat teratasi.
GKSM bukanlah kegiatan instant yang pelaksanaan dan hasil akhirnya dapat langsung dirasakan. Secara bertahap kegiatan ini akan terus dilaksanakan dan ditingkatkan hingga  masyarakat berbudaya baca terwujud. Dengan membaca, diharapkan akan muncul generasi yang cerdas dan mampu memberikan pencerahan kepada masyarakat, baik melalui ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi atau aktivitas lainnya.
GKSM 2009, sejalan dengan program Gubernur Jawa Tengah “Bali ndeso mbangun deso“ yang antara lain direalisasikan  melalui gerakan pemberdayaan perpustakaan desa.
  Buku sumbangan/ donasi yang diperoleh dari GKSM 2009 selanjutnya juga akan diiberikan kepada perpustakaan desa yang tersebar  di wilayah Kabupaten Semarang.
Hal yang biasa, bahwa tidak selamanya ide cemerlang yang direalisasikan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan didukung sepenuhnya oleh segenap lapisan masyarakat, demikian pula dengan GKSM. Harapan terbesar GKSM dengan gerakan donasi buku akan didukung oleh  perusahaan dan Instansi yang berada di Kabupaten  Semarang. Namun ternyata, hanya sedikit perusahaan/ instansi yang memiliki perhatian terhadap Gerakan Kabupaten Semarang Membaca (GKSM) Tahun 2009 ini.
Hingga saat ini dari 235 desa/ kelurahan yang ada di Kabupaten Semarang, baru sekitar 60 desa/ kelurahan yang sudah memiliki perpustakaan.  Jumlah buku yang terkumpul dari Donasi buku dalam gerakan ini sebanyak  2.382 eksemplar. Dari jumlah buku donasi tersebut, kemudian diserahkan ke 9 perpustakaan desa.
 Jumlah ini tentunya  masih sangat kurang jika dibandingkan dengan kebutuhan perpustakaan desa yang telah ada. Namun GKSM yang antara lain diwujudkan melalui gerakan donasi buku ke perpustakaan desa akan terus dilaksanakan secara berkesinambungan, hingga akhirnya akan mendukung tumbuh dan berkembangnya perpustakaan desa di Kabupaten Semarang.
Ucapan terimakasih disampaikan kepada perusahaan, lembaga dan instansi yang telah berperan serta membantu mendonasikan buku pada Gerakan Kabupaten Semarang Membaca (GKSM) Tahun 2009 ini. Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang senantiasa berharap adanya kepedulian dari masyarakat terutama perusahaan / instansi untuk ikut berpartisipasi aktif dalam gerakan sosial ini. (*\Zul)


TIPS MENGASAH OTAK

TIPS MENGASAH OTAK


1.                  Melatih kemampuan mengamati
                  Perhatikan lingkungan sekitar,coba rekam dalam pikiran,apa yang anda                     lihat,mulai dari yang sederhana sampai yang mendetail.

2.                  Mengasah indera
Membedakan rasa makanan yang disukai dan yang tidak,merasakan panas,dingan baud an aroma disekitar anda merasa bunyi-bunyian yang ada dijalan.

3.                  Menekuni hobi
Gunakan dan sediakan waktu untuk menekuni hobi anda,musik,olah raga.

4.                  Mempelajari sesuatu yang baru
Banyaknya membaca dan berkenalan dengan hal-hal lain yang mungkin bukan bidang anda,bahasa komputer

5.                  Menginjak Perjalanan Pribadi
Ingat-ingat dan kenang kembali aktivitas yang telah terjadi beberapa waktu yang lalu.

6.                  Menghasilkan sesuatu yang anda sukai
Bacalah sebanyak mungkin Media yang anda sukai.

7.                  Menghafal nama dan nomor telepon teman.

      8.         Menghafal urutan angka. 

DAFTAR PEMENANG LOMBA PAMERAN BUKU KABUPATEN SEMARANG 2009

DAFTAR PEMENANG LOMBA
PAMERAN BUKU KABUPATEN SEMARANG 2009

1.             Lomba Mewarnai TK
Juara :
                               I.      Sabila Fatunnisa             TK Tarbiyatul B.
                            II.      Karina Muthia                TK Assalam
                         III.      Nazma Devia Safitri      TK Tarbiyatul B.
2.             Lomba Menggambar SD
Juara :
                               I.      Anisa Amalia P.             SD PL Amb.
                            II.      Maldiva Mardani           SD Sudirman Amb.
                         III.      Novia Angraeni              SD Kristen Lentera Amb
3.             Lomba Bercerita SD
Juara :
                               I.     
Yayang Morovia Sifag   SD PL
Amb
                            II.      Ester Beta Olivia            SD Kristen Lentera Amb
                         III.      Sang
Ayuning Jati          SD PL
Amb
4.             Lomba Baca Puisi SMP
Juara :
                               I.      Endah Rahmawati         SMP N 2 Ambarawa
                            II.      Fitrianingsih                   SMP N 1 Bancak
                         III.      M. Arifin                        MTs N Susukan
5.             Lomba Menulis Artikel SMA
Juara :
                               I.      Diyah SH                       SMK N 1 Bawen
                            II.      Rini Buana                     SMA N 1 Bergas
                         III.      Selma Rahmawati          SMK Informatika NU Ungaran
6.             Lomba Mendongeng Guru TK
Juara :
                               I.      Astri Rahayu                  RA Sudirman V
                            II.      Zulfiana                          TK Islam Tuntang
                         III.      Suntari                            RA Sukodono Kebumen
7.             Lomba Merangkai Buah dan Sayur
Juara :
                               I.      PKK Kel. Bandungan
                            II.      PKK Kel. Baran
                         III.      PKK Kel. Krajan
8.             Parade Band
Juara :
                               I.      Call Me Hero                 SMP N 2 Ambarawa
                            II.      Qyu Qyu Band              SMK Telekomunikasi Tengaran        
                         III.      Stupid of Arrangement  SMA N 1 Ungaran
9.             Lomba Nyanyi Anak
Juara :
                               I.      Adam Salsa Novarian
                            II.      Sisilia Ratih
                         III.      Satria Rasyid
10.         Lomba Karaoke Umum
Juara :
                               I.      Diah Ayu Purborini
                            II.      Adelia Khanza Saffira
                         III.      Vieta