Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Sabtu, 18 Desember 2010

MENGGUGAH (LAGI) MINAT BACA MASYARAKAT


 Tajuk Rencana

MENGGUGAH (LAGI) MINAT BACA MASYARAKAT

Nampaknya upaya untuk menggugah minat baca masyarakat terutama generasi muda dan pelajar  harus terus dilakukan. Apapun dan bagaimanapun caranya, para pegiat pustaka perlu bekerja spartan agar semakin banyak diantara mereka yang memiliki hobi baru yakni membaca.
Kiat menyelenggarakan pameran buku yang dikemas dalam acara yang menarik dan terpadu sebenarnya layak untuk mendapat kredit nilai tersendiri. Bagaimana tidak, masyarakat terutama generasi muda tentu saja tidak akan mau datang dalam sebuah acara yang monoton dan tanpa greget. Mengemas sebuah kampanye baca buku dalam balutan pergelaran acara yang menghibur tentu saja bukanlah sebuah dosa.
Menyandingkan pameran buku dengan berbagai lomba seperti menggambar bagi siswa TK dan SD atau menulis artikel bagi siswa sekolah menengah akan lebih sangkil untuk merangkul mereka kenal dengan buku. Atau juga menggelar lomba band maupun temu penulis buku dan penggemar, pastilah akan menarik kaum muda dan pelajar untuk datang ke bursa pustaka lalu berkenalan dengan buku!
Pola penyelenggaraan kampanye gemar membaca yang dirangkai dengan berbagai atraksi dan acara menarik lainnya tampaknya akan lebih berhasil. Psikologis anak muda yang masih suka dengan canda dan keriangan tentu mudah tergugah jika ada atraksi yang sesuai selera mereka. Menjadi penting untuk, pada titik tertentu, mengajak mereka mau berkunjung ke sebuah acara gelar pustaka. Meski belum tentu mereka bertransaksi, setidaknya mereka mengenal ada banyak buku dengan berbagai thema yang digelar.   
Disesela acara hiburan, tak perlu segan menyisipkan pesan dan ajakan untuk terus dan terus gemar membaca. Tanamkan pengertian bahwa membaca, lewat berbagai sarana baik buku konvensional maupun elektronik, selalu membawa tambahan pengetahuan.
Jadi, diperlukan berbagai kreasi dan inovasi untuk menggugah minat baca segenap komponen masyarakat. Esensinya adalah bagaimana minat baca masyarakat dapat meningkat. Sedangkan kemasan kampanye dan promosi untuk mencapai tujuan itu bisa beragam bentuk dan coraknya. Bukankah ada sebuah peribahasa usang yang masih bisa dipajang, banyak jalan menuju ke Roma?(*/junaedi)

Dinamika Perpustakaan, Pustakawan dan Pemustaka


Dinamika Perpustakaan, Pustakawan dan Pemustaka
*oleh: Arni Cahyanti

Buku merupakan benda yang sangat erat hubungannya dengan kehidupan kita. Hampir setiap hari kita selalu berinteraksi, pagi, siang, sore, malam, bahkan setiap menit kita bertemu dengan benda yang namanya “buku” walaupun cuman sekedar melihat.
Dari buku, kita bisa mencari, mengetahui setiap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, bencana, penemuan-penemuan, penelitian-penelitian penting yang setiap harinya secara terus menerus mengalami perkembangan.
Di dalam perpustakaan terdapat berbagai macam koleksi bahan pustaka. Kita dapat menggali berbagai ilmu pengetahuan melalui keragaman buku yang tersusun rapi dalam rak buku di perpustakaan. Perpustakaan merupakan media pembelajaran yang sangat cocok untuk semua kalangan masyarakat mulai dari anak usia TK, SD, SMP, SMA Mahasiswa sampai orang dewasa bahkan orang tua.
Sudah seharusnya pengguna perpustakaan tidak hanya menggunakan perpustakaan sebagai tempat untuk “memenuhi tugas sekolah/ kuliah” tetapi lebih sebagai sarana pengembangan sumber daya manusia. Sayangnya sekarang ini di dalam pikiran kita pada umumnya kurang menyadari pentingnya perpustakaan dalam kehidupan kita.
Ada beberapa orang yang tidak mau pergi ke perpustakaan karena alasan “tidak mengerti prosedur serta takut dalam menggunakan fasilitas dan layanan perpustakaan”. Sungguh memprihatinkan anggapan orang tersebut, yang tentu saja salah besar.
Karena di perpustakaan ada petugas/ pustakawan yang selalu bisa membantu kita dalam mencari koleksi bahan pustaka dan menjawab berbagai pertanyaan informasi yang kita butuhkan.
 Pustakawan akan sangat dan senang dan bangga sekali ketika ada seorang pengguna/ pemustaka bertanya mengenai koleksi, pelayanan, bahkan perkembangan perpustakaan dan pustakawan bisa mencari serta menemukannya.
Pelayanan yang diberikan kepada pemustaka adalah yang terbaik dan selengkap mungkin. Apabila masih terdapat kekurangan dan kesulitan dalam pencarian informasi melalui koleksi di perpustakaan, masih ada internet. Perpustakaan pada umumnya sekarang sudah menyediakan layanan ini secara cuma-cuma, kalaupun membayar pastilah masih dalam jangkauan kita, karena pada dasarnya perpustakaan bukan lembaga profit oriented. Melalui teknologi informasi jaringan internet, kita bisa mendapat segudang informasi hanya dengan satu kali klik, dan akan muncul berbagai macam informasi melalui keyword yang kita gunakan. Kemunculan teknologi jaringan dan internet memberikan kemudahan dan kecepatan dalam segala bentuk pencarian yang kita inginkan.
1)      Pustakawan sebagai sumber daya manusia yang utama dalam pengelolaan perpustakaan. Selalu dituntut untuk bisa menjadi intermediary, (Visi Pustaka Perpusnas) yaitu seseorang yang memiliki kemampuan dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan serta menetapkan sumber-sumber mana saja yang bisa digunakan dalam pencarian informasi.
Peran pustakawan ini sangat penting dalam sebuah satuan kerja perpustakaan sehingga harus tercipta komunikasi dan kerjasama antara pemustaka dengan pustakawan, serta koordinasi yang baik dengan penentu kebijakan institusi yang menaungi perpustakaan tersebut. Dengan hubungan yang baik, semua pihak yang berkepentingan, niscaya fungsi perpustakaan akan terwujud. Fungsi pendidikan, informasi, penelitian, pelestarian dan rekreasi benar-benar maksimal.
Mulai sekarang pernah lagi beranggapan bahwa perpustakaan itu sebuah ruangan yang kecil, gelap, sepi dan membosankan. Anggaplah perpustakaan sebagai suatu tempat dimana kita bisa melakukan segala sesuatu yang sangat berguna untuk diri kita sendiri dan orang-orang terdekat kita nantinya. Jangan pernah takut lagi untuk datang ke perpustakaan mencari informasi apa yang kita inginkan. Masuklah ke perpustakaan untuk menjadi seorang pribadi “berinformasi baru” demi kemajuan pendidikan kita. Mari budayakan membaca sejak dini…
*/Mahasiswa D3 perpustakaan & Informasi FIB Undip

Membangun Citra Perpustakaan Sekolah : : Sebagai Pusat Belajar Yang Menyenangkan & Pusat Membangun Jiwa Sosial


Membangun Citra Perpustakaan Sekolah :
Sebagai Pusat Belajar Yang Menyenangkan & Pusat Membangun Jiwa Sosial

*\ Pratiwi Hesti Harmoni

Juara I Lomba Penulisan Artikel Tk. SMP/MTs
yang diselenggarakan dalam rangka Ungaran Bookfair 2010

Sejak kita duduk di bangku sekolah dasar  rasanya tidak asing lagi dengan kata ’perpustakaan’. Secara umum perpustakaan adalah suatu tempat dimana terdapat kumpulan buku-buku. Bila dihubungkan dengan dunia pendidikan, buku-buku tersebut penunjang proses belajar mengajar. Kalam katalog perpustakaan, buku dipisahkan antara buku fiksi maupun nonfiksi.
Bila dikaji lebih dalam, kata perpustakaan ternyata tidak memiliki hubungan dengan tinggi rendahnya minat baca, karena perpustakaan adalah sarana baca. Ternyata perpustakaan masih banyak yang hanya memjadi tumpukan buku-buku tua dan berdebu, terutama perpustakaan sekolah. Perpustakaan hanya menjadi kunjungan ’terpaksa siswa oleh tugas yang diberikan guru mereka.
Kondisi memprihatinkan tersebut, diperparah ketidaktersediaan fasilitas perpustakaan yang memadai, misalnya buku yang disediakan terbitan lama, tidak terawat, kurang lengkap dan masih banyak lagi.
Tidak dimilikinya Pustakawan yang kapabel dalam melayani para siswa juga kendala yang berarti bagi eksistensi perpustakaan sekolah. Selain pihak sekolah umumnya tidak peduli terhadap perpustakaannya, berfungsi sebagai pelengkap penilaian saja. Bila perpustakaan menemui kendala biasanya pihak sekolah lebih memprioritaskan untuk menyelesaikan masalah lain.
Yang kita perlu pikirkan bersama adalah bagaimana membangun citra perpustakaan yang positif, yang nantinya mampu berperan penting sebagai jembatan menuju penguasaan ilu pengetahuan di sekolah sekaligus menjadi tempat rekreasi yang menyenangkan, menyegarkan dan mengasyikan, yang pada akhirnya perpustakaan akan bisa membangun watak sosial yang tinggi.
Peran yang harus dimainkan oleh perpustakaan aalah membantu siswa mencapai tujuan pendidikan disekolah, agar mencapai tujuan itu pepustakaan sekolah arus mendapatkan perhatian yang lebih dari pihak sekolah. Perlu juga mempersiapkan petugas/ pustakawan yang berkualitas agar layanan bisa efektif dan efisien serta berhasil guna.
Kunci keberhasilan perpustakaan terletak di pundak pustakawan, pustakawan harus dapat memberikan layanan yang menarik dan kreatifitas, pintar untuk mengemas layanan yang membuat siswa tertarik datang ke perpustakaan. Salah satunya bisa membuat jadwal kunjungan siswa, pengenalan terhadap koleksi yang dimiliki, cara memanfaatkan perpustakaan. Agar para siswa mengenal dan mengetahui apa yang akan ia dapat melalui perpustakaan di sekolahnya.
Untuk mencapai tujuan, perpustakaan sekolah membutuhkan pustakawan yang bertanggungjawab, berdedikasi dan memiliki jiwa sosial (penolong/tanpa pamrih) yang tinggi dalam memberikan pelayanan kepada para siswa.
Pustakawan yang tidak ramah, tidak sabaran, cuek saat siswa membutuhkanlayanan perpustakaan harus dirubah, agar siswa betah di perpustakaan. Pustakawan dapat berperan sebagai penasihat belajar bagi siswa, mencari informasi yang membantu siswa. Kegiatan-kegiatan yang bisa diselenggarakan untuk menambah ketertarikan siswa, misal mengadakan komba karya tulis ilmiah, penulisan artikel, puisi ataupun cerpen.
Kepedulian perpustakaan terhadap siswa di sekolah perlu ditumbuhkembangkan  uagar menjadi pusat belajar siswa yang menyenangkan adalah dengan menyiapkan ruang belajar, ruang diskusi, bahkan bisa disediakan ruang untuk penelitian.
Situasi ruang perpustakaan yang kelam, berdebu, terbatasnya meja untuk membaca dan fasilitas minim lainnya harus dibenahi. Tidak harus perabot yang mahal cukup sederhana tapi sesuai dengan fungsinya sudah cukup. Untuk menjaga supaya ruang tetap bersih, pustakawan bisa bekerjasama dengan siswa untuk menjaga kebersihan dengan sistem piket. Karena ruang dan perabot yang bersih akan membuat para siswa membaca dengan nyaman.
Koleksi yang seimbang antara fiksi dan nonfiksi harus diperhatikan, menurut buku panduan perpustakaan sekolah terbitan Perpustakaan Nasional, prosentasenya 60% untuk nonfiksi penunjang dan 40% untuk fiksi, yang dapat berupa novel, komik, legenda, majalah dll. Hal tersebut untuk mengakomodir kebutuhan siswa yang membutuhkan buku bacaan hiburan setelah mereka berkutat dengan  pelajaran tiap hari.
Permasalahan lain yang tidak kalah penting adalah, terbatasnya jumlah pustakawan bila dibandingkan dengan jumlah siswa. Agar perpustakaan menjadi pusat belajar siswa yang paling diminati dan paling menyenangkan, para siswa dilibatkan dalm promosi perpustakaan sekolah. Contohnya Siswa kelas 8 SMP diberikan bimbingan cara memanfaatkan perpustakaan dengan baik, tetapi mereka juga diberi tugas untuk membantu memberikan informasi tersebut kepada adik-adik kelasnya.
Perpustakaan Sekolah dapat dijadikan salah satu tempat untuk menanamkan nilai-nilai yang baik dan memupuk jiwa sosial seluruh komponen sekolah. Mengapa demikian? Perpustakaan dapat mengajarkantanggungjawab dalam meminjam dan menjaga koleksi dari kerusakan atau hilang serta berusaha untuk mengembalikan sesuai waktu peminjaman.Terobosan –terobosan perlu dilakukan untuk membangun jiwa sosial dengan cara membentuk kelompok-kelompok baca/ belajar siswa yang memanfaatkan perpustakaan.
Para siswa, misalnya dianjurkan dalam kelompok tadi membeli buku secara patungan, buku yang dibeli dengan patungan bisa dimanfaatkan bersama-sama atau setelah anggota kelompok selesai membaca dapat disumbangkan ke perpustakaan sekolah. Peran aktif siswa pada akhirnya akan membentuk rasa ikut memiliki perpustakaan.
Dalam meningkatkan rasa kepedulian sosial, perpustakaan sekolah melalui pustakawannya memberikan layanan bantuan informasi kepada siswa, informasi dalam penelitian yang tengah dilakukan siswa, membantu siswa dalam menyusun laporan, tugas sekolah, tugas rumah dengan buku – buku penunjang yang tersedia di perpustakaan.
*\ siswa SMP N 1 Ungaran


Merangkul Anak-Anak Jalanan Melalui Perpustakaan Keliling


Merangkul Anak-Anak Jalanan Melalui Perpustakaan Keliling
*/ Anggraeni D.W.

Juara III Lomba Penulisan Artikel Tk. SMA/K/MA
yang diselenggarakan dalam rangka Ungaran Bookfair 2010

Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang layak, nyaman, aman dan tercukupi. Sebagaimana semestinya jenis kehidupan semacam ini belum tentu dimiliki oleh setiap orang. Terutama yang harus berjuang memperoleh penghidupan melalui jalanan. Di Indonesia, jumlah masyarakat yang berada pada titik harus hidup di jalanan tidaklah sedikit, terutama yang tergolong anak –anak jalanan.
Menurut hasil penelitian di 12 kota besar di Indonesia, yang dilakukan oleh Kementrian Pemberdayaan Perempuan, jumlah anak jalanan pada tahun 2003 sebanyak 147.000 orang dengan rincian  60% anak putus sekolah, dan 40% masih sekolah. Dari jumlah tersebut 18% nya adalah anak jalanan perempuan yang beresiko tinggi mengalami pelecehan seksual.
Mirisnya, penyebab anak-anak ada dijalan adalah untuk mencari nafkah dan penghidupan, sebuah aktifitas yang belum sepatutnya dijalani oleh anak-anak. Mereka terpaksa merelakan waktu bermain merekan untuk ‘bermain’ dijalanan. Anak-anak jalanan juga jarang mendapatkan hak mereka untuk dilindungi sebagai anak-anak, mendapatkan pendidikan dan penghidupan yang layak, hiburan yang layak sebagaimana mestinya.
Fakta tersebut menimbulkan masalah yang cukup pelik bagi diri mereka sendiri, bagi masyarakat maupun bagi pemerintah. Menghadapi persoalan ini sangat dibutuhkan kepedulian sosial dan kerjasama dari berbagai pihak khususnya yang terkait dengan pendidikan dan sosial.
Salah satu cara yang dapat dilakukan, untuk memberikan hak pendidikan bagi anak-anak jalanan sekaligus  mengentaskan mereka dari kebodohan adalah dengan mengenalkan mereka pada jendela dunia yaitu buku.
Sayangnya selain permasalahan ekonomi, yang menyebabkan anak – anak ada di jalanan  pada dasarnya ialah ketidakmampuan untuk membaca dan mendapatkan ilmu pengetahuan(Rian Hamzah). Oleh karena itu penting sekali untuk mengenalkan anak-anak jalanan dengan pendidikan melalui buku. Salah satu wahana pendidikan yang paling mudah dijangkau masyarakat serta murah adalah perpustakaan!
Perpustakaan merupakan institusi yang mengelola koleksi, dengan beraneka ragam karya cetak dan karya rekam secara profesional  guna memenuhi keutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan rekreasi. Berbagai Produk dari perpustakaan antara lain layanan perpustakaan keliling dan layanan mendongeng yang diperuntukkan bagi anak-anak. Sedangkan perpustakaan keliling merupakan bagian layanan dari perpustakaan umum yang mendatangi pembacanya dengan kendaraan baik kendaraan darat maupun air. Perpustakaan sebagai sarana pendidikan informal yang ikut mencerdaskan kehidupan bangsa.
Keberadaan perpustakaan keliling pada dasarnya bisa dimanfaatkan guna membantu anak-anak jalanan untuk memperoleh hak mereka atas pendidikan. Perpustakaan keliling difungsikan sebagai perpustakaan yang mendatangi pembaca dan masyarakat yang membutuhkan  pengetahuan termasuk anak-anak jalanan. Buku-buku yang disediakan perpustakaan keliling akan mampu membantu anak jalanan untuk mendapatkan pendidikan, hiburan sekaligus perasaan diperhatikan yang jarang mereka miliki.
Layanan perpustakaan keliling bagi anak-anak sangat dibutuhkan dimana perpustakaan keliling ini bisa dilengkapi dengan pustakawan yang mampu mendongeng dan mengajari anak jalanan yang belum bisa membaca tentang bagaimana cara membaca. Adanya mendongeng dalam layanan perpustakaan keliling bagi anak jalanan dapat menjadikan anak tertarik untuk membaca buku.
Dengan dihadirkan layanan ini, mereka dapat merasakan apa yang disebut sebagai ”pendidikan” , walaupun bukan pendidikan formal. Selain hal tersebut, nantinya anak-anak jalanan akan menyadari pentingnya pendidikan. Diharapkan dengan modal gemar membaca mereka akan terus terdorong untuk tetap berusaha memperoleh pengetahuan.
Perpustakaan keliling bagi anak jalanan tentunya harus mengikuti pola aktifitas anak-anak jalanan yang sering berada dijalanan. Dengan begitu maka anak-anak ini akan bisa merasa nyaman untuk ’mengintip’ buku yang dibawa oleh mobil perpustakaan keliling.
Diharapkan dengan adanya terobosan layanan perpustakaan keliling bagi anak-anak jalanan, maka tidak ada satupun masyarakat yang terlewatkan layanan oleh perpustakaaan. Bagi anak-anak jalanan, pengetahuan yang didapat dari perpustakaan keliling bisa menjadi pengetahuan yang menjadi bekal menghadapi masa depan mereka. Setidaknya ada harapan untuk memperbaiki taraf hidup mereka melalui pengetahuan yang dimiliki. Yang tidak kalah pentik anak-anak jalanan ikut merasakan fasilitas yang sama yang juga diberikan pada anak-anak kota yang berada pada jangkauan layanan perpustakaan.
Pada akhirnya, perpustakaan keliling diharapkan mampu menjadi Keperdulian sosial perpustakaan terhadap masyarakat terutama bagi masyarakat yang kurang beruntung khususnya anak-anak jalanan.. Dari kepedulian yang kecil, mengenalkan buku pada anak jalanan, diharapkan kelak permasalahan anak-anak jalanan dapat sedikit demi sedikit teratasi dengan pengetahuan dari diri mereka sendiri. Kemampuan survive yang tangguh diharapkan muncul melalui buku bacaan yang memotivasi.
Usaha pencerdasan ini memang bukanlan sesuatu yang besar, akan tetapi adagium yang mengungkapkan bahwa sekecil apapun hal kecil dapat membawa pengaruh yang besar... majulah perpustakaan!
*/  Siswa SMA N 1 Ungaran


Optimalisasi Layanan Perpustakaan


Optimalisasi Layanan Perpustakaan
*/ Abrisha Agung Wicaksono

Juara I Lomba Penulisan Artikel Tk. SMA/K/MA
yang diselenggarakan dalam rangka Ungaran Bookfair 2010

Perpustakaan merupakan lembaga penyedia ilmu pengetahuan dan informasi bagi masyarakat penggunanya. Demikian halnya peranan perpustakaan daerah yang ada di Ambarawa. Pada acara pameran buku ambarawa 2009, oleh Wakil Bupati Semarang Ambar Siti Fathonah, menyampaikan harapannya agar perpustakaan daerah dapat bermanfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan  masyarakat yang ada di Ambarawa dan sekitarnya.
Lokasi keberadaan perpustakaan berada di lokasi eks. Kantor Kecamatan Ambarawa, bersebelahan dengan terminal Ambarawa dan sebelah selatan gedung pemuda Ambarawa serta berjarak kurang lebih 100m dari monumen Palagan Ambarawa. Dengan berdirinya perpustakaan di kota Ambarawa ini diharapkan semakin memperkaya sebutan bagi kota Ambarawa, kota Palagan sekaligus kota pendidikan.
Seiring perjalanan waktu, ternyata kepedulian masyarakat terhadap keberadaan perpustakaan di kota Ambarawa masih rendah. Hal ini dapat dibuktikan dari data kunjungan, yang menyebutkan bahwa jumlah pengguna hanya berkisar rata-rata 30 sampai 50 orang per harinya.
Berikut data pengunjung Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa, dari tanggal 22 – 27 November 2010.

Tabel. 1

NO
HARI
TANGGAL
JUMLAH PENGUNJUNG
KET
1
Senin
22-11-2010
46
Gabungan dari Kategori pengunjung: Pelajar dan masyarakat umum
2
Selasa
23-11-2010
35
3
Rabu
24-11-2010
40
4
Kamis
25-11-2010
39
5
Jumat
26-11-2010
30
6
Sabtu
27-11-2010
50
TOTAL SEMINGGU
240


Dari data diatas, menunjukkan bahwa kepedulian masyarakat Ambarawa terhadap perpustakaan masih rendah. Padahal jumlah penduduk kota Ambarawa ± 80.801 jiwa (BPS Kab. Semarang), yang tersebar di 12 desa/kelurahan, belum lagi keberadaan 11 Sekolah Dasar, 5 SMP dan 7 SMA yang berada di kawasan Kota Ambarawa. Banyaknya jumlah penduduk maupun sekolah yang berada di kota Ambarawa ternyata tidak menjamin bahwa kunjungan ke perpustakaan tinggi.
Melihat kenyataan tersebut, ada baiknya perpustakaan daerah melakukan optimalisasi layanan, agar kepedulian masyarakat Ambarawa terhadap perpustakaan daerah tinggi. Sosialisasi dari perpusda harus lebih maksimal kepada masyarakat.
Menurut Nasution (1992), Layanan perpustakaan adalah titik sentral kegiatan perpustakaan, dengan kata lain perpustakaan sangat identik dengan perpustakaan, karena mustahil ada perpustakaan tanpa adanya layanan. Layanan juga merupakan pemenuhan kebutuhan atau keperluan pengguna jasa perpustakaan
Peran pustakawan, koleksi dan sarana prasarana yang tersedia sangat besar dalam menumbuhkan minat baca, serta menarik masyarakat untuk berkunjung ke perpustakaan. Dengan demikian pustakawan harus meningkatkan kualitas sdm serta perpustakaan memperbaiki kualitas sarana dan prasarananya. Sementara koleksi adalah salah satu magnet bagi masyarakat untuk berkenjung ke perpustakaan.
Optimalisasi layanan perpustakaan merupakan usaha yang dilakukan dengan kerja keras untuk mendapatkan hasil yang optimal. Dengan demikian, pustakawan dituntut untuk melakukan usaha sedemikian rupa dengan tujuan meningkatkan layanannya. Hal itu sejalan dengan UU RI Nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan, standar perpustakaan meliputi; koleksi, sarana/prasarana, tenaga kerja dan anggaran. Berpijak UU tersebut perpustakaan daerah haruslah mampu untuk mengaplikasikan UU tersebut, tentunya ada juga dukungan dari pemerintah daerah untuk optimalisasi layanan perpustakaan.
Menurut kepala Dinas Pemuda Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang, Bapak Agus Purwoko Jati(cuplikan pidato). Beliau mengungkapkan bahwa jika seseorang ingin menjadi pemimpin yang handal maka dituntut untuk mempunyai kriteria sebagai berikut : berjiwa besar, berpikir positif, mempunyai pengetahuan yang luas, pintar bergaul dan berkelompok, beriman, tidak lari dari tanggung jawab dan mempunyai impian.
Maka tidak salah bagi terutama bagi pelajar yang ingin menjadi seorang pemimpin, kriteria diatas salah satunya menyebutkan harus mempunyai pengetahuan yang luas. Pelajar dapat memiliki hal tersebut antara lain dengan memanfaatkan perpustakaan. Pelajar kiranya harus rajin mengunjungi perpustakaan untuk membaca buku buku koleksi perpustakaan, terutama pengetahuan umum dan tidak salah juga membaca buku fiksi.
Kembali ke pokok permasalahan, hal-hal yang  perlu dilakukan oleh perpustakaan daerah untuk usaha optimalisasi layanan perpustakaan yaitu; pertama, perlunya sosialisasi / promosi perpustakaan oleh pengelola perpustakaan/ pustakawan kepada masyarakat ambarawa dan sekitarnya mengenai keberadaan perpustakaan serta fasilitas-fasilitasnya. Spanduk /poster mengenai berita/pengumuman tentang kegiatan perpustakaan dapat dipasang di jalan sehingga masyarakat dapat mengetahuinya.
Sedangkan untuk pelajar, petugas perpustakaan/ pustakawan mengunjungi semua sekolah yang berada di kota Ambarawa, memperkenalkan kepada mereka, bekerja sama dengan OSIS yang ada di SMP dan SMA. Memberikan brosur perpustakaan yang berisi buku – buku baru dan digemari pelajar, seperti harry potter, dsb, serta membuat jadwal berkunjung perpustakaan bagi sekolah dengan pembagian jadwal yang teratur.
Kedua, perpustakaan daerah hendaknya dikelola oleh pustakawan yang mempunyai tanggungjawab dan dedikasi tinggi terhadap pekerjaannya terutama  terhadap layanan perpustakaan. Pustakawan harus memiliki jiwa besar serta dituntut memahami arti pentingnya pendidikan. Sesungguhnya perilaku pustakawan, stigma pustakawan jaman dulu yang jutek, kurang ramah, dan sikap negatif lainnya harus dikikis habis dalam diri pustakawan, sehingga pengunjung merasa nyaman berada di perpustakaan.
Ketiga, selain membantu pengunjung perpustakaan dalam mengakses koleksi, pustakawan juga harus dapat memberikan informasi  tambahan mengenai pengetahuan yang sumbernya dari buku koleksi, serta memberikan solusi atas kesulitan ysng dialami pengunjung khususnya pelajar saat mencari informasi di perpustakaan. Berkembangnya informasi melalui internet yang mudah diakses oleh masyarakat, merupakan tantangan berat bagi pustakawan, untuk menyikapi hal tersebut perpustakaan harus dapat meningkatkan layanan perpustakan karena bagaimanapun perpustakaan dengan koleksi berupa bentuk fisik dari buku mempunyai keunggulan dari informasi yang berasal dari internet.
Keempat, koleksi perpustakaan daerah selayaknya memiliki rasio 60% non fiksi dan 40 % fiksi. Kurang tepat apabila perpustakaan daerah mengoleksi buku-buku nonfiksi semua. Sampai sekarang, khusus untuk unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa, jumlah koleksinya berkisar 24000 eksemplar buku. Jumlah ini jauh dari cukup bila dibandingkan jumlah masyarakat yang berpotensi menjadi pengguna perpustakaan. Jadi perlunya penambahan yang cukup banyak dan dilakukan regular tiap tahunnya serta pengadaan koleksi yang up to date, jangan hanya setahun satu kali.
Kelima, waktu buka perpustakaan  daerah lebih diperpanjang. Saat ini pelayanan perpustakaan Ambarawa dari senin sampai sabtu buka dari jam 07.30, tutup jam 3 sore, khusus untuk hari sabtu tutup jam 2 siang. Alangkah baiknya kalau Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa buka sampai jam 9 malam. Jiha hal tersebut dapat diwujudkan, tentunya akan mendukung program Pemerintah Kabupaten Semarang yaitu JBEM (Jam Belajar Efektif Masyarakat) yaitu dimulai dari pukul 18.00 WIB – 21.00 WIB, sehingga masyarakat kota Ambarawa akan memanfaatkan perpustakaan sampai malam sesuai dengan program JBEM. Apalagi perpustakaan ambarawa sudah dilengkapi dengan jaringan hot spot internet, sehingga mendukung penelusuran informasi oleh pengunjung.
Keenam, bagunan atau ruangan perpustakaan hendaknya selaku dijaga kebersihan dan keindahannya. Sehingga pengunjung akan mrasa betah berada di perpustakaan.
Semoga usaha optimalisasi perpustakaan terutama layanannya akan mempusat kepedulian masyarakat terhadap perpustakaan semakin tinggi. Masyarakatpun akan mampu merasakan keuntungan memanfaatkan perpustakaan ini. Semoga.
*/ Siswa SMA N 1 Ambarawa