Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 18 Maret 2011

Manfa’at mendongeng pada anak


Manfa’at mendongeng pada anak
*Wahyu Citra Ningsih

Membacakan buku pada anak sebelum tidur mungkin sudah jarang dilakukan orangtua. Padahal ada banyak manfaat yang bisa diperoleh jika anak didongengkan cerita sebelum tidur. "Manfaat yang bisa didapatkan anak-anak dari rutinitas mendongengkan cerita sebelum tidur tidak hanya untuk intelektualnya saja, tapi juga secara emosional," ujar Dr Terri Apter, seorang psikolog sosial di University Cambridge, seperti dikutip dari HealthToday, Kamis (2/9).
Dongeng atau membaca buku cerita sebelum tidur tidak hanya bermanfaat bagi balita dan anak-anak, karena kaum remaja pun masih bisa mendapatkan manfaatnya. Sebenarnya mendongengkan anak-anak merupakan kegiatan yang menyenangkan, sebab selain menambah wawasan, juga dapat mengeratkan hubungan antara orang tua dan si buah hati. Akan tetapi perkembangan teknologi, membuat anak-anak lebih suka membaca di komputer ketimbang buku. Fenomena ini yang dikhawatirkan oleh peneliti.
Sekelompok peneliti yang berasal dari University of Stavanger, di Norwegia, menyarankan kepada orangtua untuk lebih mengutamakan membaca melalui buku ketimbang melalui komputer, bagi anak-anak. Sebab, membaca melalui komputer dapat mempengaruhi mental dan konsenterasi si anak.
Seperti yang dilansir dari Science Daily, layar yang terdapat dalam sebuah komputer, sebagian besar akan bergerak-gerak, selain itu meng-klik dan scrolling menggunakan mouse untuk mengubah halaman, justru dapat mengganggu kosentrasi si anak. “Beberapa percobaan dalam kognitif psikologi telah menunjukkan bagaimana perubahan teknologi untuk membaca dapat berpotensi mempengaruhi negatif pada memori seorang anak,” urai salah satu peneliti Professor Anne Mangen.
Ditambahkan oleh Mangen, timnya terus melakukan evaluasi agar media digital dapat menjadi bantuan untuk mengajar. Teknologi memang sangat membantu, tetapi tidak sedikit bagaimana komputer mempengaruhi efek pengajaran. Belajar memerlukan waktu, tenaga, serta mental. Sedangkan media digital tidak menyediakan untuk itu.
Belajar dengan menggunakan media digital memang baik, namun akan menghilangkan rasa keseluruhan dalam proses orangtua mengajar. Untuk itu, mereka menyarankan agar para pendidik tidak melupakan buku sebagai jendela informasi bagi anak-anak yang sedang dalam masa tumbuh kembang. Berikut ini adalah manfaat kegiatan mendongeng sebelum tidur, yaitu:
Membantu perkembangan bicara dan bahasa anak
Mengajarkan anak berbicara sudah bisa dimulai sejak awal kehamilan, karena orangtua yang mengajak anaknya berbicara akan direspons oleh otak anak dan berusaha untuk menyerap suara serta bahasa yang digunakan ibunya. Jika kebiasaan mendongengkan anak sebelum tidur ini berlanjut, maka akan mendorong anak untuk berbicara dan mengembangkan kemampuan bahasanya. Cara ini merupakan salah satu teknik belajar yang menyenangkan bagi anak.


Membantu menenangkan anak yang menangis
Membacakan dongeng sebelum tidur adalah salah satu cara penghilang stres yang efektif. Biasanya orangtua akan membacakan cerita dalam suasana santai dan nyaman, dramatisasi dengan membuat intonasi nada yang berbeda akan membuat anak tertarik untuk mendengarkan cerita. Lama-kelamaan anak akan merasa nyaman sehingga tingkat stresnya berkurang.
Membantu meningkatkan IQ anak
Pada anak yang baru belajar membaca, mendongengkan buku cerita yang sama berulang-ulang bisa membantunya mengajarkan bahasa, meningkatkan memori dan mengembangkan imajinasi. Saat pertama kali mendengarkan cerita, anak tidak bisa menangkap semuanya. Tapi jika diulang-ulang, maka anak akan memperhatikan pola dan urutan dari cerita tersebut. Orangtua harus memperhatikan jenis buku cerita yang akan didongengkan pada anak, misalnya tidak boleh membacakan cerita yang terlalu merangsang atau menakutkan bagi anak. Serta lakukan dengan cara yang positif dan menyenangkan agar bisa bermanfaat bagi anak.
Membantu anak agar cinta dengan buku
Membacakan sebuah cerita sebelum anak tidur akan membuat anak mencintai buku dan menjadi senang membaca. Jika anak sudah cinta dengan buku, maka anak akan melihat buku sebagai teman yang menyenangkan seperti halnya mainan. Buku merupakan salah satu media aktif yang dapat menjaga kerja otak anak dan membantu anak menjadi lebih kreatif.
Membantu mengembangkan keterampilan mendengarkan anak
Jika anak ingin memahami isi dari buku yang didongengkan, maka anak harus mendengarkan ceritanya. Karena itu anak akan menyiapkan pikirannya untuk menyerap kata-kata yang diucapkan orangtua dan menciptakan kata sendiri untuk memahaminya. Jadi anak akan mendengarkan dengan seksama dan berusaha menguasai keterampilan ini. Selain itu, cara ini juga membantu meningkatkan komunikasi yang baik antara orangtua dan anak.
Membantu anak memiliki pola tidur yang sehat
Ketika anak-anak sudah terbiasa mendengarkan cerita sebelum tidur, maka ritual nyaman ini akan menjadi alarm bagi anak bahwa setelah itu adalah saatnya tidur. Kondisi ini akan membantu anak memiliki jam tidur dan bangun yang sama setiap harinya, karena itu dianjurkan untuk melakukan rutinitas ini pada jam yang sama sejak anak masih kecil.

*\Anggota TBM Nurul Fatah & Karyawati PT Buana Inti Sari Garment Karangjati, tinggal di Gemawang Jambu Kab. Semaraang

MEMBACA TAK HANYA KETIKA DI BANGKU SEKOLAH
*Menika Murtiatma

Siapapun yang terhibur dengan buku-buku, kebahagiaan tak akan sirna dari dirinya (Ali bin Abi Thalib)

            Hari yang cerah dan belum ada pekerjaan maupun sesuatu yang perlu segera ditangani. Ku tatap seonggok tumpukan buku dan serpihan-serpihan kertas yang terpampang di rak buku dan meja. Kemudian ku ambil satu buku meskipun isi buku itu tidak ada hubungannya dengan jurusanku ketika masih di bangku kuliah. Tiba-tiba seorang teman berkomentar, “Lho bukannya udah lulus???? Ngapain baca buku lagi??? Sekolah enggak, kuliah enggak kok masih aja belajar.”
            Melihat kisah di atas ternyata masih banyak atau mungkin beberapa orang di Indonesia yang mempunyai mindset bahwa membaca hanya ketika kita masih mengenyam pendidikan formal. Konteks membaca di sini masih sepadan dengan belajar nampaknya. Padahal membaca tidak hanya untuk belajar materi-materi sekolah atau kuliah, akan tetapi juga merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi maupun wawasan dari seluruh dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis (dengan melisankan atau bunyi dalam hati). Sedangkan pengertian membaca yang ditemukan di salah satu situs internet adalah suatu cara untuk memperoleh informasi dari sesuatu yang di tulis. Sudah sangat jelas menurut ke dua pengertian di atas bahwasannya membaca tidak hanya ketika masih di bangku sekolah dengan konteks belajar, tetapi lebih luas, yaitu untuk mendapatkan informasi dan memahami isi tulisan yang terdapat dalam buku, media massa, internet, komputer dan atau yang lebih luas adalah media baca.
            Manfaat membaca sangatlah besar adanya bagi kehidupan manusia di dunia, karena dengan membaca, jendela dunia akan terbuka lebar dengan sekejab mata karena meskipun tak dapat keliling dunia. Selain itu, suatu peradapan yang lebih tinggi dan lebih baik akan tercipta jika masyarakatnya sadar akan manfaat membaca dan mengambil manfaat tersebut tentunya.
Berdasarkan hasil survei United Nation Education Society and Cultural Organization (UNESCO), minat baca penduduk Indonesia jauh di bawah negara-negara Asia. Sebagai contoh negara maju seperti Amerika, Jerman dan Jepang mempunyai peradapan yang pesat karena masyarakatnya mempunyai tradisi membaca dengan tanpa disuruh. Masyarakat di Negara-negara maju ini selalu memanfaatkan waktu dengan kegiatan produktif, yaitu membaca. Karena membaca adalah kegiatan produktif yang murah, bermanfaat dan dapat dilakukan di mana saja. Entah itu ketika perjalanan di kendaraan umum, mengantri karcis, menunggu kendaraan umum, menunggu hidangan datang ketika di restoran dll. Tampaknya, membaca telah menjadi konsumsi sehari-hari dan telah menjadi salah satu kebutuhan primer selain makan, minum dan tempat tinggal. Kemudian marilah kita tengok di Negara kita sendiri, Indonesia. Hmmm apa yang terjadi? Hal di atas nampaknya belum dapat diterapkan pada masyarakat Indonesia. Banyak sekali yang berpendapat “Mana Sempet???”
Seharusnya budaya yang baik dan bermanfaat ini dapat kita tiru seiring berjalannya masa globalisasi. Akan tetapi nampaknya kondisi di Indonesia terbalik, bukan budaya baik dan bermanfaat yang diambil dan ditiru akan tetapi budaya yang negatif di tiru oleh anak muda bahkan orang tua. Anak muda lebih senang main games dari pada membuka-buka buku, mereka pun lebih senang nongkrong atau shoping aksesoris di mall dari pada nongkrong di perpustakaan atau shoping buku dan banyak kondisi yang sangat miris melihat perkembangan anak muda dan orang dewasa yang sekarang lebih konsumtif dan bergaya hidup “Wah”.
Menumbuhkan kebiasaan membaca tidak hanya di bangku sekolah, akan tetapi yang paling mendasar adalah di lingkungan keluarga. Dimana seorang anak lebih banyak bersama keluarga dan mengikuti kebiasaan-kebiasaan orang tuanya. Berhubungan dengan orang tua, mereka mempunyai peran penting dalam menumbuhkan kegemaran membaca bagi seorang anak. Pepatah Inggris mengatakan we first make our habits, then our habits make us. Sebuah watak akan muncul, bila kita membentuk kebiasaan lebih dulu. Artinya, bila orang tua ingin anaknya gemar membaca buku, maka membaca buku perlu dibiasakan sejak kecil. Orang tua hendaknya juga memberi teladan yang baik untuk meningkatkan minat membaca anak.
Berapa juta jiwa orang tua di Indonesia ini, jika delapan dari sepuluh orang tua di Indonesia menerapkan peneladanan minat membaca terhadap anak, maka semua bentuk kebodohan dan ketidaktahuan dapat terelakkan. Bangsa Indonesia tentunya akan semakin mempunyai peradapan yang semakin maju dan baik setiap waktunya. Biaya pendidikan yang kian melambung tentunya tidak menjadi persoalan dengan adanya masyarakat yang gemar membaca. Karena membaca tidak harus membeli buku, akan tetapi dapat dilakukan di perpustakaan bahkan di mana saja, dengan siapa saja dan dengan media apa saja. Entah media tersebut masih baru maupun sudah lama.
*\ Anggota Perpustakaan. Warga Karangjati, Ungaran


Perpustakaan (masih saja) Terlupakan…


Perpustakaan (masih saja) Terlupakan…
(Review Hasil Musrenbang tingkat Kecamatan Tahun 2012)
*Bambang Murdianto, SS.

Bulan Februari ini dilaksanakan musrenbang tingkat kecamatan mulai tanggal 7 sampai dengan tanggal 17 Februari 2011. dan ternyata kurang dari 7,2% desa dari 235 di Kabupaten Semarang mengusulkan pembangunan perpustakaan.
 Buku dan Rak serta pembangunan gedung perpustakaan menjadi bahan usulan dari desa-desa tersebut. Dari hasil laporan tim pendamping musrenbang menyebutkan bahwa usulan yang dibawa desa untuk di bahas di tingkat kecamatan selalu ‘kandas’, akhirnya bukan lagi menjadi prioritas.
Tabel.
 Hasil Musrenbang Desa Yang Mengusullkan Perpustakaan
NO
Kecamatan
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9.
10.
Tengaran
Getasan
Susukan
Bawen
Jambu
Bringin
Ungaran Timur
Pabelan
Banyubiru
11 Kecamatan
Nyamat
Tajuk, Samirono,Jetak,Wates
Muncar, Gentan, Kenteng
Polosiri
Genting
Popongan, Kalikurmo
Kawengen
Bejaten, Kauman Lor, Sumberrejo
Ngrapah
Nihil
Sumber: Tim Pendamping Perpusda Musrenbang, dikumpulkan Penulis.

Membaca misi Bupati Semarang yang pertama (dari 5 misi), meningkatkan kualitas sdm yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudaya serta menguasai Ilmu pengetahuan dan teknologi. (www.semarangkab.go.id), perpustakaan seyogyanya bisa menjadi alternatif mewakili dan merepresentasi keinginan tersebut. Selain tentunya faktor utama pendidikan formal yaitu sekolah.
Apa pasalnya? Banyak hal yang mendasari kenapa harus perpustakaan. Sebelum uraian lebih lanjut mengenai pentingnya perpustakaan bagi masyarakat, kembali ke proses musrenbang yang beberapa waktu lalu telah dilaksanakan. Luar biasanya, ada salah satu usulan dari peserta musrenbang dari Kecamatan Jambu tepatnya desa Genting yang mengusulkan “Rumah Pintar”. Usulan yang mengadopsi secara positif bentuk perpustakaan terpadu yang sudah identik dengan Kota Semarang, seperti yang telah diduga sebelumnya, usulan ini juga belum diprioritaskan.
Hakikatnya “rumah pintar” adalah perpustakaan yang modern, terpadu dan menjadi pusat kegiatan pengembangan masyarakat. Sederhanannya, rumah pintar menjadi ‘jujugan’ masyarakat untuk mencari pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan sebagainya.
Desa Ngrapah, Kecamatan Banyubiru juga demikian, usulan warga masyarakat yaitu pembangunan perpustakaan menjadi prioritas dan menjadi satu-satunya usulan dari desa Ngrapah tersebut. Hal ini patut dicermati, karena usulan datang dari warga masyarakat sendiri, berbeda dengan ”Rumah Pintar” yang berupa intruksi dari atas top to bottom.
Kenapa begitu penting arti perpustakaan?
Perpustakaan merupakan sebuah ruangan/ gedung yang berisi buku-buku yang diatur sedemikian rupa sehingga mudah dicari dan dipergunakan sewaktu-waktu diperlukan pembaca. (Sutarno, NS :2003). Ketika perpustakaan berada di masyarakat di lingkungan terkecil/pedesaan maka perpustakaan mampu mentransformasikan ilmu yang ada di koleksi mereka. Sarana murah untuk peningkatan sumber daya manusia, dengan banyak membaca wawasan menjadi luas, cara pandangpun semakin berbeda. Sudah saatnya Perubahan paradigma perpustakaan.
Yang ini harus diketahui, perpustakaan bukan hanya berisi buku saja. Perpustakaan sudah berkembang menjadi pusat kegiatan belajar mengajar masyarakat. Hal tersebut pernah diulas dalam surat kabar, (Warta Pustaka, Selasa 22 Februari 2011 halaman 12), dengan judul ”Ubah Paradigma Perpustakaan”. Saat ini harus segera diwujudkan perpustakaan (umum) sebagai pusat sumber belajar dan keterampilan hidup. Tentunya harus didukung berbagai pihak, tanpa dukungan, perpustakaan tidak akan mampu mewujudkan cita-cita tersebut apabila ’dibiarkan sendirian’. Semua pihak harus melepas ego sektoral masing-masing.
Yang paling dekat dengan dunia perpustakaan tentunya pendidikan. Sudah saatnya bersama sama membangun perpustakaan yang baik, berkoordinasi, saling mendukung dan menciptakan suasana yang kondusif untuk penciptaan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar. Seperti sudah menjadi rahasia umum, dan tampaknya malah sudah dimaklumi, mayoritas sekolah yang ada terutama sekolah dasar belum mengelola perpustakaan secara baik dan benar. Sebuah hal yang memprihatinkan. Dan untuk itu, tidak boleh tidak, ego sektoral harus dihilangkan.
Perpustakaan seharusnya ada dimanapun. Di desa, masjid, instansi, pabrik dan fasilitas publik yang lain. Karena belajar dan ataupun membaca tidak mengenal batasan-batasan tertentu. Di perpustakaan, warga masyarakat biasa bisa menjadi pengusaha. Contohnya pengusaha makanan. Buku-buku life skill/keterampilan dan terapan banyak pilihannya. Setelah dibaca buku tersebut bisa dlangsung dipraktekkan. Hasil baca bisa menjadi penghasilan ekonomi baru. Untuk itu perlu Peningkatan peran perpustakaan mesti diwujudkan, selain mengejar ketertinggalan HDI manusia indonesia, juga meningkatkan kemampuan ekonomi.
Perpustakaan Bergema misalnya (satu perpustakaan desa yang berada di Kab. Wonosobo), menawarkan berbagai macam kegiatan melalui perpustakaan yang muaranya mengembangkan kualitas sdm serta meningkatkan kemampuan finansial. Mulai dari koperasi, kegiatan pertanian yang mampu memproduksi berpuluh-puluh ton kentang, pecinta alam, usaha catering, pelatihan komputer, kesenian rebana yang sering di undang mengisi acara, PAUD, dan banyak kegiatan lainnya. Semua kegiatan tersebut dimulai dari buku yang ada diperpustakaan. Perpustakaan Bergema berkerjasama dengan berbagai pihak antara lain Perpusda, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Dinas Kehutanan, Dinas Pariwisata, Departemen Agama, berbagai instansi dan perusahaan swasta yang lain. Bersama-sama, terpadu dalam usaha meningkatkan sdm dan kesejahteraan warga masyarakat melalui kegiatan di perpustakaan.
Ketiga banyak kegiatan yang di selenggarakan, bermanfaat dan menstimulus warga, maka lambat laun akan timbul perasaan membutuhkan. Hal itu yang sekarang dirasakan Perpustakaan Bergema di Kab. Wonosobo. Simbiosis mutualisme, saling menguntungkan bagi masyarakat, bagi pemerintah ataupun bagi perpustakaan itu sendiri. Dengan banyaknya masyarakat yang memanfaatkan perpustakaan maka berhasil tujuan perpustakan, dan bagi masyarakat sendiri akan meningkatkan kualitas sdm mereka, sementara bagi pemerintah secara tidak langsung akan mempermudah dan mensukseskan jalannya pembangunan. Dengan kualitas sdm yang tinggi senantiasa program-program pembangunan yang dilaksanakan akan berhasil sesuai dengan harapan.
 Sementara di Kabupaten Semarang, beberapa desa sudah memulai mengembangkan perpustakaan yang terpadu. Seperti perpustakaan cemerlang desa Tlompakan Kecamatan Tuntang yang sudah merintis bentuk perpustakaan terpadu. Baru-baru ini perpustakaan cemerlang tersebut berkerjasama dengan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Semarang dengan layanan AKTA dan KTP Gratis, Layanan Kesehatan Gratis dengan Dinas Kesehatan melalui Puskesmas Kec. Tuntang, Badan KB dan PP Kab Semarang melalui kegiatan seminar pemberdayaan perempuan. Sebelumnya, perpustakaan cemerlang yang dikelola Ibu PKK juga pernah mengadakan berbagai pelatihan, mereka dibantu PNPM menyelenggarakan pelatihan menjahit dan bordir serta pelatihan membuat makanan ringan. Semua hasil ‘karya’ para ibu pkk juga ditampilkan pada acara bazar yang baru saja diselenggarakan oleh perpustakaan cemerlang tersebut.
Tentunya selain perpustakaan memberikan informasi melalui buku, perpustakaan juga bisa memberi ”kail” bagi peningkatan perekonomian melalui sumber pendapatan dari keterampilan rumah tangga yang diperoleh dari perpustakaan. ”Hasil baca” tersebut layak untuk menjadi terobosan saat ini, dimana biaya kebutuhan hidup tinggi sementara tingkat perekonomian masyarakat kebanyakan dibawah rata-rata. Hal positif yang perlu di terapkan...dan Perpustakaan jangan (lagi) dilupakan!!! Majulah Perpustakaan....
\Staf Pengembangan Kantor Perpustakaan Daerah Kab. Semarang

Perpustakaan Dan Masyarakat


Perpustakaan Dan Masyarakat
*Wahyu Dwi Prakoso

Juara Harapan I Lomba Penulisan Artikel Tk. SMP/MTs Tk. Kab Semarang
yang diselenggarakan dalam rangka Ungaran Bookfair 2010

Alergi ketika masuk perpustakaan?Bosan dan ngeri melihat buku yang berjejer di rak? Depresi dan jengah melihat bangunan yang tidak gaul? Atau malah jadi stres setelah masuk ke ruangan perpustakaan?......
Wajar tentunya..... semua orang yang baru pertama kali berkunjung ke perpustakaan mungkin saja pernah mengalami kejadian diatas. Jika kita bertanya pada orang – orang di sekitar kita, apakah mereka mau berkunjung ke perpustakaan. 95% ada akan mengetahui jawabanyan. Bukan menvonis tapi saya yakin orang  yanda tanyai mempunya seribu alasan lebih banyak untuk menghindar dari perpustakaan daripada alasan yang anda kemukakan kenapa menyuruh masuk ke perpustakaan.
Kira kira begini, Tidak!, Kenapa harus kesana, Pusing!, Untuk apa buku, dan banyak jawaban yang memprihatinkan lainnya (kalau tidak boleh disebut memilukan). Bila orang-orang itu mengetahui arti penting perpustakaan, pastinya mereka tidak akan mungkin menjawab seperti itu, malah dengan sadar diri selalu datang ke perpustakaan.
Perpustakaan adalah tempat untuk koleksi buku yang di biayai oleh pemerintah yang ditujukan bagi seluruh masyarakat yang ingin membaca secara Cuma-Cuma. Perpustakaan juga tempat yang mempedulikan seluruh masyarakat. Perpustakaan banyak memberikan banyak ilmu melalui buku-buku yang ada. Bagaimana bisa? Perpustakaan menyediakan ratusan bahkan ribuan buku yang siap untuk dibaca oleh pengunjung. Dengan membaca itu pula menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kita.
Perpustakaan juga relatif lengkap menyediakan buku-buku yang masyarakat butuhkan, dan kalaupun ada tentunya pengadaan buku untuk kedepan pastinya perpustakaan akan menganggarkan. Itu bukti perpustakaan peduli kepada masyarakat,
Perpusda saat ini sudah berubah, tidak lagi menjadi tempat membosankan. Sudah mengikuti perkembangan jaman, ada internet hotspot yang gratis bagi pengunjung. Kebersihan ruangan terjada serta keramahan petugas yang selalu akrab pada para pengunjung. Selain itu perpusda juga sudah dilengkapi tempat ibadah, toilet dan ruang baca khusus, serta ruangan yang sudah ber-AC.
Perpustakaan adalah layanan, maka perpusda sangat mengedepankan keramahan pada para pengunjung, tidak membedakan umur, pekerjaan atau apapun. Dengan keramahan ini, diharapkan para pengunjung betah dan selalu ingin berkunjung ke perpustakaan. Meniru slogan pelayanan di bank, 3S; senyum, salam,sapa.
Budaya membaca sangat menentukan intelektualitas Sumber Daya Manusia bangsa kita, dengan budaya membaca kita bisa mengejar bahkan melewati Malaysia bahkan singapura, karena buktinya para siswa banyak yang berhasil di berbagai kompetisi /olimpiade di tingkat dunia dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan itu dimulai dengan membaca buku.
Sebegitu pedulinya perpustakaan terhadap kita, Kita? Minimal berapakali anda berkunjung ke perpustakaan dan membaca buku? Anda yang bisa menjawabnya.
*\Siswa SMP N 1 Banyubiru