Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 08 November 2012

Perpustakaan Mendukung Kabupaten Semarang Layak Anak


Perpustakaan Keliling Kab. Semarang

Kabupaten Semarang mulai 13 September 2012 dijadikan Kabupaten Layak Anak (KLA) oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Linda Amalia Sari Gumelar, Pencanangan yang dilakukan di Lapangan Alun-Alun Mini Ungaran ini di dampingi Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan Bupati Semarang Mundjirin.
Menurut Linda Gumelar, pencanangan Kabupaten Semarang menuju kabupaten layak itu merupakan respons yang positif dan strategis. Tujuannya bukan saja mendukung untuk Indonesia layak anak tetapi juga memastikan anak-anak di Kabupaten Semarang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terlindungi, dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan.

Taman Bacaan “ Kawan Kami”


Dolly, begitu masyarakat mengenal sebuah tempat ‘lokalisasi’ di daerah Surabaya, Buletin pustaka berhasil menemukan seorang kawan yang bergeliat membangun anak bangsa disana. Seperti oase di gurun pasir, menawarkan dahaga bagi anak-anak yang haus akan pengetahuan, lapar akan kreatifitas. Terletak di Jl. Putat Jaya Gang IIA/36 Kota Surabaya, dengan papan nama Taman Bacaan Kawan Kami.
Bapak Kartono sang pendiri Taman Baca Kawan Kami ini, melalui proses pendewasaan panjang Bapak Kartono mendirikan Taman Baca ini. Sosok Kartono adalah pria petualang. Tahun 1983 dari Banyuwangi ia merantau ke Surabaya. Setahun kemudian ia pindah ke Jakarta. Enam tahun kemudian ia kembali ke Surabaya. Di kota Pahlawan kemudian ia bekerja di sebuah perusahaan onderdil dan bengkel.
Kepintarannya menjalin hubungan dengan para customer-nya itulah yang akhirnya membuat dia mudah akrab dengan berbagai kalangan. Hingga satu ketika, Bapak Kartono mulai dengan dunia malam.

Senin, 05 November 2012

SYA’BANAN


 Oleh : Mafud Fauzi

Menurut sahibul hikayat, sekitar abad ke 15, konon ada Seorang Pangeran dari Kerajaan Mataram yang ke dua, bernama Danang Sutawijaya yang berkelana (Dolan/Sobo)
Setelah menempuh perjalanan jauh dan berbulan-bulan lamanya, sampailah Sang Pangeran di sebuah hutan lebat. Karena dianggap sebagai tempat yang cocok, Sang Pangeran memutuskan untuk bertapa, bermunajat memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kelak di kemudian hari, tempat pangeran untuk bertapa dinamai dengan sebutan “PROJO” (Bhs Jawa-Projo=sebuah singgasana untuk seorang raja). Saat ini tempat tersebut  menjadi pasar dan dinamai Pasar Projo, terletak di Kecamatan Ambarawa.
   Demikianlah Sang Pangeran mulai menyiapkan diri, mensucikan diri dengan harapan dalam pertapaannya mendapatkan petunjuk dari Sang Hyang Widi, Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah genap pertapaannya, Sang Pangeran mendapatkan apa yang diinginkannya. Dalam petunjuk itu, Sang Pangeran diharuskan untuk mencari dan mandi di “Tuk Pitu” (Tujuh Sendang/sungai)

Nongkrong di Teras Baca Tsoraya



Awal tahun 2012 tepatnya di minggu pertama Januari inilah saat Lounching awal perpustakaan Teras Baca Tsoraya....(baca buletin pustaka ed. Mei 2012). Menapaki perjalanan waktu keberadaan perpustakaan ini semakin dikenal masyarakat sekitar serta menunjukkan grafik peningkatan yang cukup setidaknya itu dapat dilihat dari catatan jumlah absensi pengunjung, sarana yang dimiliki dan yang tidak kalah penting peningkatan koleksi buku yang dimiliki.
          “Setidaknya saya merasa senang kini masyarakat dan anak anak sekitar banyak yang berkunjumg kesini, bukan hanya sekedar bermain namun, mereka juga mengakrabkan diri dengan koleksi perpustakaan. Dari yang belajar sampae dengan yang hanya nongkrong kami terima dengan tangan terbuka untuk mewujudkan minat dan kebiasaan membaca “ungkap pengelola perpustakaan.

Selamat Datang Para Pembaca !
Oleh : Supardi Tyastomo

Adalah Kenmaos seorang kepala rumah tangga dari sebuah keluarga kecil yang tinggal di lereng Gunung Ungaran. Kenmaos sendiri adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya dengan harapan kelak di kemudian hari akan menjadi sosok pembaca seutuh usia. Persis sebagaimana yang telah menjadi impian kedua orang tuanya, Kenmaos yang kini telah menetap di suatu perumahan sederhana wilayah ibukota Kabupaten Semarang, bersama istri dan kedua anaknya mencoba membangun tradisi membaca di lingkungannya. Memang bukan pekerjaan yang mudah dan bergengsi. Pandangan acuh dari tetangga-tetangga pun tak luput menimpanya. Tidak jarang pula sang istri ikut tampil dengan wajah cemberut  kalau asap dapur mulai surut kepulan asapnya. Tapi itulah Kenmaos. Meski sang istri bermuka masam dan tetangga kanan kiri mulai menebar kasak kusuk tak sedap, Kenmaos  tetap saja asyik dengan buku-bukunya. Kesehariannya tak lepas dari buku. Barangkali hanya pada saat tidur saja dia tidak pegang buku, karena di kamar mandi pun sengaja ia menenteng buku ukuran supermini agar bisa ditaruh di kantong sakunya, sehingga sang buku dapat turut serta menemaninya di dalam kamar mandi.

LEGENDA MRANAK


Oleh : Dwi Hartanto

Tersebutlah di Daerah Timur pulau Jawa sedang terjadi kekacauan, akibat mulai mundurnya kekuasaan majapahit di tanah Jawa, banyak orang-orang dari Timur yang mengungsi mencari tempat yang aman, menghindari kekacauan yang terjadi, di Majapahit sendiri tengah terjadi perang saudara.
Diantara mereka yang mengunsi ke barat (Jawa tengah) ialah Mbah Bening. seorang kepala kampung di daerah timur. Beliau mengajak warga kampungnya untuk mengungsi mencari tempat yang aman, tujuannya adalah daerah Jawa Tengah.
Setelah melakukan perjalanan selama 2 hari sampailah mereka di suatu tempat yang telah ramai, rumah-rumah telah teratur, Mbah Bening sebagai kepala rombongan akhirnya mampir ke Kapala kampung daerah tersebut, dan mengutarakan maksud kedatangannya meminta ijin untuk bermalam di daerah itu. Kepala Kampung tersebut. Saat berbincang-bincang itulah, Kapala Kampung tersebut mengarahkan Mbah Bening untuk terus berjalan sekitar 2 hari lagi ada suatu daerah subur terletak di perbukitan daerah tersebut belum terjamah. Kepala Kampung tersebut meminta Mbah Bening untuk membuka kampung di sana, karena tempatnya yang subur dan airnya yang melimpah. Mbah Bening pun menyetujui saran dari kepala kampung tersebut.

(KENAPA MASIH) TEMPAT BUANGAN


 Oleh : Siti Masruroh

Seorang guru berinisial PS, dikenai sangsi kedinasan dan oleh Eston Rimon Nainggolan, Wakil Kepala Sekolah Negeri 79, PS dipindahtugaskan menjadi pengelola perpustakaan sekolah dengan pertimbangan agar tidak berhubungan langsung dengan siswa. (Koran Tempo, 19 Januari 2009).Adalah AR seorang guru bahasa Jawa yang dibebastugaskan mengajar karena memukul siswa. Guru dari SMPN 26 Purworejo ini kemudian menjadi petugas perpustakaan karena menurut Kepala Dinas P dan K Kabupaten Purworejo Drs Bambang Aryawan MM, agar yang bersangkutan bisa introspeksi diri. (Suara Merdeka 18 Maret 2012).
Bagaimana tangggapan anda terhadap cuplikan berita di atas? Perpustakaan menjadi penjara untuk terdakwa. Guru yang bersalah dikenakan sangsi dengan menjadi petugas perpustakaan. Sistem pendidikan yang meletakan perpustakaan pada posisi seram.  Perpustakaan sekolah yang menjadi bagian dari pembelajaran seakan hanya menjadi tempat singgah orang-orang bermasalah.  Perpustakaan yang seharusnya menjadi pusat pembelajaran keberadaannya diabaikan oleh sistem pendidikan itu sendiri. Coba tenggok lokasi perpustakaan sekolah. Di tempatkan pada lokasi yang kurang strategis biasanya terpencil dari lingkungan pembelajaran. Petugas perpustakaan di perpustakaan sekolah sebagian besar terjadi karena guru tersebut kekurangan jam mengajar dan untuk melengkapinya maka ditugaskanlah beliau pada lembaga perpustakaan. Atau bahkan perpustakaan dikelola oleh petugas kebersihan sekolah. Hal ini lah yang mengakibatkan kurang terkelolanya perpustakaan dengan maksimal, bagaimana bisa maksimal bila mereka tidak memahami apa yang mereka kerjakan. Belum lagi ketika kita melihat koleksi yang ada di perpustakaan sekolah. Akan semakin mempertanyakan fungsi perpustakaan. Apa benar sebagai pusat pendidikan atau hanya tempat singgah buku-buku paket yang sebagian besar berasal dari satu penerbit.

KREATIFKAN ANAK ANDA


Oleh: Sri Endarti, A.Md

            Anak yang terlahir didunia merupakan anugerah dari Sang pencipta untuk kedua orang tuanya. Anak telah dibekali dengan akal pikiran yang baik, kedua orang tuanya bertugas mendidik, mengarahkan anak untuk kehidupan masa depan anak yang cemerlang. Anak dengan keunikan yang dimiliki antara satu dengan yang lainnya berbeda. Keberbedaan inilah yang mendorong anak untuk bisa mengolah potensi yang ada.
            Orang tua kebanyakan kalau anaknya duduk manis, diam, tidak lari-lari akan merasa nyaman bahwa anaknya tidak nakal, tidak banyak ulah. Padahal pemahaman tersebut keliru. Seorang anak akan tumbuh daya kreativitasnya karena anak tersebut melakukan aktivitas. Dalam melakukan aktivitas dalam diri anak akan muncul ide-ide untuk melakukan sesuatu dan mengembangkannya, dan ini kadang tidak disadari oleh kebanyakan orang tua. Tulisan dibawah ini akan dibahas tentang hal-hal yang bisa memacu kemampuan kreatif anak dan kreativitas anak.
Sebelum membicarakan tentang kreativitas anak lebih lanjut, kita bahas dulu apakah arti kata kreatif itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan bahwa kreatif yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan.  Sedangkan kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta.  Jadi yang disebut anak kreatif yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak untuk menciptakan sesuatu yang baru, walaupun mungkin tidak baru sama sekali.

PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN VS KETERBATASAN DANA


Oleh : B Endang Sudarti R., SIP

 
       Untuk mecapai keberhasilan tujuan Perpustakaan dibutuhkan kebijakan, pengambilan keputusan dari pengelola perpustakaan atau disebut juga Pengelola Perpustakan(SDM Perpustakaan).
Pengambilan kebijakan ini sangat erat kaitannya dengan kesediaan dana yang ada serta penggunaannya yang jelas. Sebuah organisasi tidak dapat berkembang dengan baik apabila tidak mempunyai dana, apalagi di Era teknologi Informasi perpustakaan harus senantiasa berusaha :


1.   Merubah Konsep Perpustakaan konvensional (manual) menjadi Perpustakaan berbasis teknologi Informasi
2.      Meningkatkan pelayanan prima yaitu pelayanan cepat, tepat dan akurat berorientasi pada kepuasan pengguna
3.     Berusaha melengkapi koleksi yang dibutuhkan pengguna sesuai tuntutan perkembangan jaman, perkembangan ilmu dan teknologi berdasarkan kebutuhan pengguna
4. Konsep perpustakaan sebagai pusat informasi sehingga harus bersifat pro aktif menyediakan sumber informasi  yang baru trend, aktual, bermutu dan terkini.
5.    Merubah pola hidup tidak pernah membaca menjadi masyarakat berbudaya baca seperti kalimat yang pernah dikatakan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia :

Selamat Datang Para Pembaca !


Oleh : Supardi Tyastomo

Adalah Kenmaos seorang kepala rumah tangga dari sebuah keluarga kecil yang tinggal di lereng Gunung Ungaran. Kenmaos sendiri adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya dengan harapan kelak di kemudian hari akan menjadi sosok pembaca seutuh usia. Persis sebagaimana yang telah menjadi impian kedua orang tuanya, Kenmaos yang kini telah menetap di suatu perumahan sederhana wilayah ibukota Kabupaten Semarang, bersama istri dan kedua anaknya mencoba membangun tradisi membaca di lingkungannya. Memang bukan pekerjaan yang mudah dan bergengsi. Pandangan acuh dari tetangga-tetangga pun tak luput menimpanya. Tidak jarang pula sang istri ikut tampil dengan wajah cemberut  kalau asap dapur mulai surut kepulan asapnya. Tapi itulah Kenmaos. Meski sang istri bermuka masam dan tetangga kanan kiri mulai menebar kasak kusuk tak sedap, Kenmaos  tetap saja asyik dengan buku-bukunya. Kesehariannya tak lepas dari buku. Barangkali hanya pada saat tidur saja dia tidak pegang buku, karena di kamar mandi pun sengaja ia menenteng buku ukuran supermini agar bisa ditaruh di kantong sakunya, sehingga sang buku dapat turut serta menemaninya di dalam kamar mandi.

Minggu, 04 November 2012

Satu Rumah, Satu Rak Buku


Oleh. AGUS M. IRKHAM

Berdasarkan riset lima tahunan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yang melibatkan siswa SD, Indonesia berada pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel. Indonesia hanya lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan.
Artinya kemampuan membaca dan memahami bacaan pada anak-anak SD di Indonesia masih sangat rendah. Akibatnya kemampuan berkomunikasi (menggunakan bahasa) baik lesan maupun tulisan pun sama rendahnya. Itu sebab, saat ini mendapati anak-anak SD yang mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, entah dalam bentuk lesan, terutama tulisan bak mencari jarum di tumpukan jerami.
Apa pasal kemampuan membaca dan memahami bacaan anak-anak SD di Indonesia masih sangat rendah?
Salah satunya adalah karena mereka sejak mula tidak akrab dengan bacaan, khususnya yang dalam bentuk buku. Pengalaman pra membaca tidak diperkenalkan pada mereka sejak usia dini. Perkenalan pertama mereka dengan buku adalah berupa buku pelajaran. Pengalaman yang justru membuat mereka “trauma”, lantaran jumlah halaman yang tebal dan isi yang melulu tulisan.
Pertanyaan pentingnya, kapan dan dimana anak-anak baiknya diperkenalkan dengan pengalaman pra membaca tersebut?

Mendesain ulang Komik anak-anak sebagai sarana perangsang minat baca


Oleh: Santoso Mahargono

Cerita bergambar atau yang sering disebut komik hingga saat ini masih menjadi bahan bacaan yang setengah hati bagi anak-anak. Dalam keluarga, orang tua masih banyak yang beranggapan bahwa komik adalah bacaan bodoh, tidak ilmiah, serta membuat kecanduan. Hampir setali tiga uang, demikian pula terjadi di Perpustakaan, rupanya banyak Perpustakaan masih menganggap Komik bacaan yang kesekian di sajikan kepada pemustaka. Sah saja memang menganggap demikian, karena tidak dipungkiri banyaknya komik yang membanjiri toko buku saat ini memang tidak semuanya layak dinikmati secara isi oleh anak-anak. Terutama karya terjemahan yang masih banyak ditemui kalimat kasar dan vulgar. Ditambah pula dengan gambar yang kadang aman-aman saja di awal, tetapi di tengah ada sisipan yang tidak pantas bagi anak-anak.
Namun, kenikmatan membaca komik tidak dapat dipungkiri oleh penikmat komik sebagai surga imajinasi mereka. Kalau Jorge Luis Borges (1899-1986) sebagai sastrawan Argentina menganggap Perpustakaan sebagai surga, maka penikmat komik menganggap bacaan komik sebagai surga yang nyata. Bagaimana tidak, pembaca dapat dibawa kedalam gambar, turut serta merasakan adegan demi adegan yang tergambar di dalamnya. Konon, melambungnya imajinasi itulah yang mengakibatkan kecanduan di kalangan pembaca komik, khususnya anak-anak, sehingga cenderung melupakan bacaan tekstual.

KETERBATASAN TAK MENGHALANGI MEREKA UNTUK BERKARYA


Oleh : Rudi Wachid El Khwarizm

Tuhan Jangan Tinggalkan Aku
Apakah kita pernah menghitung nikmat yang telah Tuhan berikan kepada pada kita? Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Mulai dari nafas sebagai penanda hidup kita…? Saya yakin hampir semua dari kita tidak ada yang mampu menghitung-Nya.
Lho… untuk apa kita menghitung nikmat-Nya? Jawabannya adalah untuk membandingkan dengan seberapa banyak kita mengeluh atas pemberian-Nya.
Sebagian dari kita menganggap bahwa kekurangan yang ada pada diri kita adalah ketidaksempurnaan yang diberikan oleh-Nya. Jarang sekali kita berpikir tentang apa hikmah dari semua itu. Mengeluh adalah hal yang sering kita lakukan. Ketahuilah bahwa tidak ada sesuatupun yang Dia ciptakan itu sia-sia.

GEMAR MEMBACA DAN MENULIS LEWAT FACEBOOK, BISA!


Oleh : Budiyanti
Facebook lagi... facebook lagi, kapan kamu belajarnya?”
Begitulah ungkapan sebagian besar orang tua jika melihat anaknya berfacebookan lewat HP atau laptop.
Memang akhir-akhir ini sebagian besar remaja menggunakan facebook. Hal itu bukan hal baru bagi mereka. Di setiap kesempatan para remaja sudah kecanduan bermain facebook sampai lupa waktu. Mereka berjam-jam didepan komputer tanpa mengenal lelah. Kadang uang jajan dipakai hanya untuk berjam-jam di warnet. Bisa jadi mereka lupa belajar dan ujung-ujungnya nilainya jelek lalu tidak naik kelas. Namun, sejauh inikah dampak facebook?
Para remaja cenderung menggunakan facebook hanya untuk meluapkan emosi dengan memperbarui stastus berupa umpatan, keluhan misalnya, yang pernah saya baca, ah lapar nih.. !ataugalau nih...pusing!! , booooosan. Atau kalimat-kalimat yang kurang bermanfaat, lain misalnya, makan dulu ah ah... atau.. tidur dulu ah. Dari tulisan-tulisan seperti itu, apakah berdampak positif bagi teman-temannya. Tidak. Teman-temannya ya... paling memberi komentar dengan sekenanya.. misalnya, dengan kata Ah masabodoh atau kenapa.. oh gitu, seterusnya. Jadi tak heran jika orangtua merasa khawatir terhadap anaknya  berfacebookan.

Andai setiap kita adalah Duta Baca Keluarga


Oleh : Zulaekah
….Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan (QS. Al ’Alaq : 1).
Itulah ayat yang pertama kali diturunkan dalam Alqur’an, perintah membaca kepada manusia. Mestinya tidak sekedar membaca, tetapi membaca untuk menemukan makna yang terkandung di dalam bacaan yang telah kita baca, dan mengantarkan manusia pada kesadaran diri bahwa manusia dan segala yang ada di alam semesta adalah diciptakan oleh Yang Maha Menciptakan, Allah. Tentu saja Allah bukanlah dzat yang suka bersenda gurau, menciptakan alam semesta dengan sia-sia tanpa ada tujuan dan manfaatnya. Tugas manusialah mencari informasi dan pengetahuan atas semua itu, kemudian memanfaatkannya dengan penuh kearifan. Dan yang tidak kalah penting adalah  belajar menumbuhkan  kesadaran akan kasih sayang dan kesempurnaanNya. Semua itu dapat kita peroleh dengan membaca.
Kenapa mesti membaca?
Perintah membaca merupakan perintah pertama bagi manusia, sudah pasti ada rahasia dan manfaat yang besar jika hal itu dilakukan manusia. Demikian juga sebaliknya, jika manusia tidak mau membaca, pasti akan rugi besar. Membaca yang dimaksud di sini adalah membaca setiap kejadian yang tersirat ataupun tersurat. Membaca secara tersurat adalah kegiatan membaca sebagaimana dipahami oleh semua orang, sedangkan membaca setiap kejadian secara tersirat adalah membaca untuk menemukan makna atas setiap kejadian yang kita temui, amati ataupun alami sendiri.

Kamis, 25 Oktober 2012

KARENA BUKU AKU TAHU


Oleh: Meka Nitrit Kawasari

            Matahari tepat ditengah-tengah kepala saat aku beranjak menyeberangi jalan raya untuk menuju ke salah satu toko pakaian di kotaku. Panas, bising, berdebu aku rasakan siang itu, berjibun kendaraan baik itu motor, mobil, truk kecil maupun truk tronton berebutan untuk memenuhi jalanan dan nyaris menutupi pandanganku. Aku tetap melaju, melambaikan tangan untuk segera menyeberang dan mendapatkan beberapa barang dari toko itu.
            Brp brp brp brp...Mimpi Adalah Kunci …Sejurus nada sms, ‘Laskar Pelangi’ milik Nidji dari ponselku berbunyi. “Mini Sasandonya udah q siapin ra, berangkat kapan? Mpe ketemu yah”. Sms dari sahabatq Reta, gadis asli Nusa Tenggara Timur. “Ok….makasih ya….ni aq bawain batik…..berangkat selasa, mpe ketemu minggu depan di pulau seberang Reta…..”. Jawabq seketika. Reta adalah salah satu temanku dari propinsi lain.
            Aku membayangkan alat musik sasando khas Rote, NTT yang dibuat dalam bentuk mini itu. Alat musik ini digunakan dengan cara dipetik. Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang terbuat dari bambu. Bagian tengah terdapat dawai yang direntangkan di tabung. Tabung sasando ini diletakkan dalam sebuah wadah yang berbantuk anyaman dari daun lontar yang dibuat seperti kipas. “Asyik bakalan nambah lagi ni koleksi benda-benda khas daerah yang aku miliki”.  Aku tersenyum kecil dan masih meneruskan aksiku di took itu.

karikatur


Perpustakaan Mendukung Kabupaten Semarang Layak Anak


Perpustakaan Mendukung Kabupaten Semarang Layak Anak

Kabupaten Semarang mulai 13 September 2012 dijadikan Kabupaten Layak Anak (KLA) oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Linda Amalia Sari Gumelar, Pencanangan yang dilakukan di Lapangan Alun-Alun Mini Ungaran ini di dampingi Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan Bupati Semarang Mundjirin.
Menurut Linda Gumelar, pencanangan Kabupaten Semarang menuju kabupaten layak itu merupakan respons yang positif dan strategis. Tujuannya bukan saja mendukung untuk Indonesia layak anak tetapi juga memastikan anak-anak di Kabupaten Semarang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terlindungi, dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan.
Tumbung kembang adalah satu komitmen dalam menuju kota layak anak. Tumbuh kembang pada anak dipengaruhi oleh banyak faktor, baik fisik maupun nonfisik. Pertumbuhan fisik anak bergantung pada aktivitasnya, anak aktif memiliki peluang tumbuh dan berkembang lebih dibanding anak yang pasif, ujar Menteri Linda Amalia Sari Gumelar.

Rabu, 24 Oktober 2012

puisi


KAIN HITAM

Suara baris menggema lorong buatan jepang
Melesat suara bising peluru timah
Berat gemetar topi topi baja
Kain tahan peluru tembus tipis
Mata penuh amarah
Kekar jari jari tua
Menyimpan banyak cerita rahasia
Dentuman binasa raksasa,akibat
Seribu halus melayang bahagia
Tahan sayang……tahan…
Bukan janur melengkung sayang,namun
sehelai kain hitam


Salam Redaksi


Assalamu’alaikum wr wb.
Puji syukur kehadirat Allah atas karuniaNya, hingga Buletin Pustaka masih mampu terbit hingga edisi ke XV tahun 2012 ini, dan salam  super (ikutan Mario Teguh) buat pembaca yang tetep setia dengan Bulletin Pustaka…
Kabupaten / Kota Layak Anak, saat ini sedang menjadi issue yang marak di beberapa kabupaten / kota di Indonesia, tidak ketinggalan di Kabupaten Semarang. Bahkan beberapa waktu yang lalu, tepatnya  tanggal 13 September 2012, Kabupaten Semarang telah dicanangkan sebagai Kabupaten Layak Anak oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak.
Sebagai unsur Pemerintah, tentunya Perpustakaan Dan Arsip Daerah turut mendukung kebijakan Pemerintah tersebut. Edisi Buletin Pustaka kali inipun banyak memuat artikel tentang peranan pemerintah, yang dalam hal ini perpustakaan, masyarakat dan keluarga dalam mendukung kreatifitas anak, sekaligus melindunginya dari hal-hal yang tidak layak untuk anak.

Salam Redaksi


Assalamu’alaikum wr wb.
Puji syukur kehadirat Allah atas karuniaNya, hingga Buletin Pustaka masih mampu terbit hingga edisi ke XV tahun 2012 ini, dan salam  super (ikutan Mario Teguh) buat pembaca yang tetep setia dengan Bulletin Pustaka…
Kabupaten / Kota Layak Anak, saat ini sedang menjadi issue yang marak di beberapa kabupaten / kota di Indonesia, tidak ketinggalan di Kabupaten Semarang. Bahkan beberapa waktu yang lalu, tepatnya  tanggal 13 September 2012, Kabupaten Semarang telah dicanangkan sebagai Kabupaten Layak Anak oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak.
Sebagai unsur Pemerintah, tentunya Perpustakaan Dan Arsip Daerah turut mendukung kebijakan Pemerintah tersebut. Edisi Buletin Pustaka kali inipun banyak memuat artikel tentang peranan pemerintah, yang dalam hal ini perpustakaan, masyarakat dan keluarga dalam mendukung kreatifitas anak, sekaligus melindunginya dari hal-hal yang tidak layak untuk anak.

PERPUSTAKAAN MENDUKUNG KABUPATEN SEMARANG LAYAK ANAK


Tajuk Rencana
PERPUSTAKAAN MENDUKUNG KABUPATEN SEMARANG LAYAK ANAK  


                Beberapa indikator suatu Kabupaten Layan Anak (KLA) yang sudah diwujudkan oleh Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang diantaranya adalah adanya Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 20 Tahun 2004 yang diubah menjadi Perda Kabupaten  Semarang nomor 4 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Perpustakaan Daerah. Dalam Perda tersebut dituangkan adanya Kewajiban Perpustakaan Daerah menyelenggarakan layanan story telling, wisata buku dan pemutaran film anak, serta larangan merokok di ruang Perpustakaan Daerah.
Hal ini sejalan dengan upaya yang dilakukan suatu KLA.Kebijakan yang telah ditetapkan dalam PERDA tersebut, telah dilaksanakan secara rutin oleh perpustakaan, terlebih dalam pelaksanaannya juga didukung dengan anggaran yang ada, baik dari Pemerintah, BUMD maupun dari dunia usaha lainnya. Dukungan anggaran untuk pemenuhan hak anak melalui penyelenggaraan perpustakaan, yang juga merupakan salah satu indicator KLA,  antara lain dipergunakan untuk pengadaan buku bacaan anak, CD/DVD anak, Alat Permainan Edukatif, internet gratis, layanan story telling, wisata buku, pemutaran film anak, workshop dan pelatihan-pelatihan  untuk anak. Layanan perpustakaan tidak hanya digelar di dalam gedung perpustakaan saja.

Jumat, 27 Juli 2012

Perpustakaan Ceria


Perpustakaan Ceria

Desa Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak
Bersama Kami Membaca dan Ceria Mengenggam Dunia

Perpustakaan Ceria
Sepak terjang menumbuhkembangkan minat baca, dimulai Perpustakaan Ceria sejak 11 Januari 2010, diawali oleh para "pegiat baca buku" di desa Jleper, yang secara terus menerus mencari ‘modal’ buku untuk perpustakaan yang mereka impikan.
Kemudian secara resmi, Perpustakaan Ceria dibuka setahun kemudian, tepatnya pada 6 Februari 2012. Yang membanggakan, Bapak Bupati Demak, yaitu Bapak (Alm.) Drs. Tafta Zaini, M.M. berkenan hadir dan meresmikan perpustakaan ini.
Baru pertama kali rasanya terjadi, Bupati berkenan meresmikan perpustakaan di tingkat desa”, ungkap Bapak dr. Abdur Rohman. Dengan kehadiran Bapak Bupati pula keberadaan perpustakaan Ceria menjadi ‘terkenal’ di seluruh desa Jleper.

TERTIB ARSIP MENDUKUNG TERTIB ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


TERTIB ARSIP MENDUKUNG TERTIB ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


Pemberlakukan Undang-undang RI nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan menegaskan pentingnya tertib administrasi untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan tertib (good governance). Landasan hukum itu menjadi semacam alarm pengingat yang kuat bagi pemangku kepentingan untuk sadar tentang keberadaan arsip.
Selama ini banyak pelaksana pemerintahan yang masih memandang rendah arsip di lingkungan kerjanya. Arsip lebih banyak dimaknai sebagai tumpukan kertas atau kumpulan data dan fakta dalam berbagai bentuk yang harus disimpan rapi dalam filling cabinet. Padahal, arsip bisa menjadi identitas bangsa sekaligus bahan pertanggungjawaban kepada publik yang harus dikelola secara aktif.
Lewat arsip pula, dapat diwariskan berbagai nilai kehidupan dan fakta sejarah kepada generasi penerus.

Kami Ingin Bahagia


Kami Ingin Bahagia


Seorang perempuan kelelahan mencari diri
Berteriak pada laut dan gunung:
Aku ingin berkarya!
Aku akan menapak jalan panjang
Mungkin sesekali terantuk batu kelabu
tapi bisa membuatku terjaga
Ijinkan aku bersimbah peluh
untuk bisa belajar mensyukuri karunia
Sehingga aku bijaksana

Seorang laki–laki kelelahan berlari
Berteriak pada langit dan bumi:
Aku masih muda!
Aku akan menjelajah dunia
Mungkin sesekali terpanggang terik surya
tapi bisa menjadikanku waspada
Ijinkan aku berlumur lumpur
untuk bisa belajar memahami ikhlas
Sehingga aku berharga

Kami ingin bahagia


Karya :
Yunita, Ambarawa

Bimbingan Teknis Pengelola Perpustakaan Desa, Sekolah dan Rumah Ibadah Tahun 2012


 Bimbingan Teknis
Pengelola Perpustakaan Desa, Sekolah dan Rumah Ibadah

Tahun 2012


Sesuai amanat Undang Undang  RI Nomor  43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan  bahwa salah satu upaya yang dilakukan agar fungsi perpustakaan dapat berjalan secara optimal yaitu sebagai wahana belajar, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi  diharapkan juga menjadi bagian hidup keseharian masyarakat, maka Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang menyelenggarakan Bintek Pengelolaan Perpustakaan Desa, Sekolah dan Rumah Ibadah tahun 2012.
Bimbingan teknis diselenggarakan dengan harapan agar ada pemahaman pola pikir dan peningkatan pengetahuan yang sama dalam mengelola perpustakaan dengan baik khususnya bagi pengelola perpustakaan desa, sekolah maupun rumah ibadah, sehingga ke depan mampu memberikan motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya budaya dan minat baca.

Perpustakaan Fun n Smart

by Kusbiyanto-Ambarawa


Kasih Sayangmu Mbak Nur....
Oleh : Sugito

Sore itu Sang Surya pun tenggelam tanpa saya ketahui dengan pasti, karena sejak pagi  memang enggan memancarkan sinarnya alias mendung selalu bergayut. Gema adzan baru saja berlalu dan aku baru saja menunaikan  sholat Maghrib, tiba-tiba Nita anakku minta ditemani  belajar. Menurut ceritanya ada pekerjaan rumah yang tidak bisa dikerjakan. Pesan ibu guru kalau tidak bisa disuruh tanya orang tua.
Bapak ada PR,.. tapi sulit pak?”, tanya Nita kepadaku manja.
PR nya apa ?”, jawabku sambil menghampirinya di meja belajar.
PR IPA, disuruh mencari penemu-penemu itu lho Pak, sudah tak cari dalam buku ini tapi tidak ada”, jawabnya sambil menunjukkan bukunya.  
Aku berusaha menenangkan anakku sambil mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Dua buku IPA dan satu LKS sudah dibuka beberapa kali, memang nama-nama penemu tidak ada dalam buku tersebut. Dalam hati aku berkata, “PR anak SD kok ya sulit temen to ya ya.”
Bapak juga tidak menemukan, bagaimana kalau besok kira-kira jam satu siang kita ke tempat  Mbak Nurhayati untuk mencarikan jawabannya di Perpustakaan Desa itu”, jawabku pelan.

Nonton film sambil belajar sejarah


Nonton film sambil belajar sejarah


Senin, 4 Juni 2012 di R. Baca Anak Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa diadakan acara Nonton film Cut Nyak Dien. Film tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya rakyat Aceh ini disutradarai oleh Eros Jarot dan bintang utama aktris Christine Hakim.
Acara nonton film ini bertujuan menjadikan perpustakaan sebagai tempat belajar, salah satunya belajar sejarah melalui media film, membuat masyarakat merasa dekat dengan buku tanpa harus memaksanya.
Kegiatan yang dimulai pada jam 14.00, dimaksudkan agar masyarakat umum memiliki waktu luang untuk datang ke perpustakaan dan melihat film tersebut, tentunya tujuan utama bagi anak-anak sekolah. Sekaligus mempromosikan jam buka perpustakaan yang ditambah, untuk sementara (ujicoba). Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa pada hari Senin sampai Rabu jam buka layanan sampai dengan jam 17.00 wi,b untuk bisa melayani para pekerja ataupun siswa sekolah yang pada pagi hari sibuk dengan aktivitas mereka.

GEDONG  SONGO DALAM LEGENDA

  diceritakan kembali oleh : Devibrata

Di Pulau Jawa pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama  ‘KALINGGA‘ dan diperintah oleh seorang Ratu yang bernama PUTRI SHIMA, berasal dari wangsa  Sanjaya. Seorang ratu cantik, arif bijaksana, tegas, dan berhati mulia yang selalu memperhatikan rakyatnya baik dalam urusan material maupun spiritual. Sehingga masyarakat dapat hidup rukun damai sejahtera adil dan makmur dalam rengkuhan Sang Ratu.
Dalam rangka memenuhi sarana peribadatan,  sang ratu ingin membangun tempat pemujaan pada Hyang Tunggal  yang megah dan berlokasi di puncak meru Suralaya dalam ujud Candi. Maka dipanggillah Hajar Salokantara dan Hajar Watangrana,  ditugaskan untuk mewujudkan impian sang ratu. Disertai Ariwulan pembantu Sang ratu  yang pandai, prigel dan cantik serta beratus prajurit pilihan berangkatlah rombongan Hajar Salokantara menuju arah barat mencari puncak meru suralaya titik dimana akan dibangun candi.

DARI KEBATAN HINGGA KRADENAN


DARI KEBATAN HINGGA KRADENAN

Tutur Tinular Sejarah Desa Kradenan


Desa ini tergolong desa yang cukup tua, ini terbukti dengan sering ditemukannya barang-barang kuno dibeberapa lokasi. Seperti alat-alat rumah tangga perhiasan dan senjata yang terpendam. Juga terdapat kuburan 2 yang tidak diketahui siapa yang dimakamkan disitu, masayarakat setempat menyebutnya “Kuburan Budha”.
Yang jelas, ketika masa berpindahnya ibu kota Kerajaan Mataram dari Pleret (Kota Gede) ke Kartosuro, desa ini sudah ada, bahkan masyarakat setempat ikut ambil bagian dalam pembangunan Kedaton (Istana Keraton Kartosuro). Sebagian dari kebutuhan batubata (bata merah) untuk keperluan pembangunan keraton diambil dari desa ini. Tempat pembuatan batu bata tadi, masyarakat menyebutnya Kartosuran (Tosuran), yang terletak di dusun Kluwihan. Sedangkan Tobongan tempat pembakarannya masih terlihat bekasnya. Penduduk setempat menyebutnya dengan nama Secandi, dan menganggapnya tempat itu tempat keramat. Tidak seorangpun yang berani mengambil batu-batu bata yang masih tersisa disitu walau jumlahnya cukup banyak.

ALAMAK, HARUS TERAPI NIH


ALAMAK, HARUS TERAPI NIH

Oleh: Meka Nitrit Kawasari, SS

            Seorang ibu beranak tunggal tiba-tiba syok setelah mendengar pernyataan anaknya, bahwa sang anak harus melakukan terapi setiap hari. Apa yang dipikirkan ibu itu? Sang ibu berpikir anak semata wayangnya yang masih tergolong muda itu terserang sebuah penyakit berbahaya, semacam kanker, ginjal dsb. Yah orang tua mana yang gak khawatir ketika anaknya mengidap sebuah penyakit? Berbagai usaha pasti akan dilakukan demi kesembuhan sang anak.
Mey         : “Bunda jangan khawatir…Mey tu mau pake terapi menulis biar gak gampang stress…terapi ini juga bagus banget lho buat bunda” 
Bunda      :“Ha????menulis bisa buat terapi???
Mey         : “Iya Bun…Coba Bunda baca artikel ini”. Sambil menunjukkan artikel disebuah situs interet.
Bunda      : “Alamak!!!musti ikutan terapi menulis nih”.
            Sekilas cerita yang akan menghantarkan pembaca memasuki suatu pengetahun baru (bagi yang belum tahu) dan menguatkan pengetahuan (bagi yang sudah tahu). Ssssstttt….kita simak yuk!!!
            Pada percakapan di atas, pembaca sudah mendapatkan bocoran apa sih yang akan kita bicarakan? Yup TERAPI MENULIS. Hmmm pasti ada yang heran deh kok menulis bisa dijadikan terapi kan? Ini bukan sihir apalagi sulap, akan tetapi memang begitu kenyataan yang telah terjadi.

SAKA PUSTAKA : MEMBANTU MENUMBUHKAN MINAT BACA


SAKA PUSTAKA : MEMBANTU MENUMBUHKAN MINAT BACA

Oleh : Santoso Mahargono, A.Md.

Saka Pustaka, apakah itu?, Pramuka dan Perpustakaan, demikianlah sebuah istilah ini digabungkan. Pramuka sebagai gerakan pendidikan pada jalur pendidikan non formal merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan guna menyiapkan anak bangsa yang berkualitas baik moral, mental, spiritual, intlelektual, emosional, maupun fisik dan ketrampilan. Selanjutnya Perpustakaan sebagai organisasi informasi yang memiliki manajemen dan sumber informasi yang mampu didayakan dalam upaya memenuhi kebutuhan pembelajaran sepanjang hayat dalam kehidupan manusia. Sebuah keterkaitan yang dapat saling tarik menarik dan memberikan manfaat yang berdaya guna tinggi. Secara historis, Gerakan Pramuka di Indonesia lahir pada tanggal 14 Agustus 1961, sebelumnya biasa disebut Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia. Seiring perjalanan waktu, lahir pula Saka Pustaka yang menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman para Pramuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum tujuan dibentuknya Pramuka sendiri  adalah menumbuhkan tunas bangsa menjadi generasi yang dapat menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, bertanggungjawab serta mampu mengisi kemerdekaan Indonesia.

Kegelisahan Pustakawan Sekolah, Menyikapi Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008


Kegelisahan Pustakawan Sekolah, Menyikapi Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008

 B. Endang Sudarti Respatiningsih, SIP.

Pustakawan Sekolah akhir – akhir ini merasakan resah dan gelisah mengapa timbul pendapat (opini) semacam ini, hal tersebut disebabkan karena munculnya isu -isu mutakhir yang membenarkan bahwa pengangkatan Kepala Perpustakan Sekolah bagi profesi lain (para guru) dengan berpedoman pada  Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 yang intinya adalah Peluang pengangkatan guru sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah dengan penghargaan Nilai Angka Kredit 12, Selain hal tersebut ada fenomena  indikasi bahwa jabatan Kepala Perpustakaan Sekolah untuk tempat penampungan Kepala sekolah yang sudah dua periode 4 tahunan sebagai kepala sekolah, maka peluang jabatan  Kepala Perpustakaan Sekolah menjadi solusi terbaik agar mereka tetap meduduki jabatan Kepala ,hal ini besar kemungkinan dikarenakan kapasitas sebagai Pengawas Sekolah dibatasi usia 50 tahun,.

Pustakawan, Menulis dan Media Massa


Pustakawan, Menulis  dan Media Massa

* Supriyana

 Pustakawan diakui sebagai profesi di Indonesia yang mandiri sejak diterbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 18 Tahun 1988 yang kemudian disempurnakan lagi dengan aturan yang terbaru yakni keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Nomor 23 Tahun 2003 dan Nomor 21 Tahun 2003.
            Dalam melaksanakan tugas kepustakawanan masih banyak pustakawan yang hanya melakukan kegiatan yang bersifat teknis saja. Kegiatan pada bidang pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka seperti pelayanan sirkulasi, pengolahan, shelving dan kegiatan lain yang bobot kreditnya relatife kecil atau bahkan untuk pustakawan ahli tidak ada bobot kreditnya. Masih jarang pustakawan yang dalam mengajukan kenaikan pangkat lebih tinggi menggunakan angka kredit yang diperoleh dari pengkajian dan pengembangan perpusdokinfo serta pengembangan profesi seperti penulisan makalah, artikel atau penelitian. Padahal unsur kegiatan dalam pengembangan profesi melalui pembuatan karya tulis /karya ilmiah dibidang perpusdokinfo nilai angka kreditnya lebih besar dibanding dengan kegiatan yang lain.