Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 08 November 2012

Perpustakaan Mendukung Kabupaten Semarang Layak Anak


Perpustakaan Keliling Kab. Semarang

Kabupaten Semarang mulai 13 September 2012 dijadikan Kabupaten Layak Anak (KLA) oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Linda Amalia Sari Gumelar, Pencanangan yang dilakukan di Lapangan Alun-Alun Mini Ungaran ini di dampingi Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dan Bupati Semarang Mundjirin.
Menurut Linda Gumelar, pencanangan Kabupaten Semarang menuju kabupaten layak itu merupakan respons yang positif dan strategis. Tujuannya bukan saja mendukung untuk Indonesia layak anak tetapi juga memastikan anak-anak di Kabupaten Semarang dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, terlindungi, dan aktif berpartisipasi dalam pembangunan.

Taman Bacaan “ Kawan Kami”


Dolly, begitu masyarakat mengenal sebuah tempat ‘lokalisasi’ di daerah Surabaya, Buletin pustaka berhasil menemukan seorang kawan yang bergeliat membangun anak bangsa disana. Seperti oase di gurun pasir, menawarkan dahaga bagi anak-anak yang haus akan pengetahuan, lapar akan kreatifitas. Terletak di Jl. Putat Jaya Gang IIA/36 Kota Surabaya, dengan papan nama Taman Bacaan Kawan Kami.
Bapak Kartono sang pendiri Taman Baca Kawan Kami ini, melalui proses pendewasaan panjang Bapak Kartono mendirikan Taman Baca ini. Sosok Kartono adalah pria petualang. Tahun 1983 dari Banyuwangi ia merantau ke Surabaya. Setahun kemudian ia pindah ke Jakarta. Enam tahun kemudian ia kembali ke Surabaya. Di kota Pahlawan kemudian ia bekerja di sebuah perusahaan onderdil dan bengkel.
Kepintarannya menjalin hubungan dengan para customer-nya itulah yang akhirnya membuat dia mudah akrab dengan berbagai kalangan. Hingga satu ketika, Bapak Kartono mulai dengan dunia malam.

Senin, 05 November 2012

SYA’BANAN


 Oleh : Mafud Fauzi

Menurut sahibul hikayat, sekitar abad ke 15, konon ada Seorang Pangeran dari Kerajaan Mataram yang ke dua, bernama Danang Sutawijaya yang berkelana (Dolan/Sobo)
Setelah menempuh perjalanan jauh dan berbulan-bulan lamanya, sampailah Sang Pangeran di sebuah hutan lebat. Karena dianggap sebagai tempat yang cocok, Sang Pangeran memutuskan untuk bertapa, bermunajat memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Kelak di kemudian hari, tempat pangeran untuk bertapa dinamai dengan sebutan “PROJO” (Bhs Jawa-Projo=sebuah singgasana untuk seorang raja). Saat ini tempat tersebut  menjadi pasar dan dinamai Pasar Projo, terletak di Kecamatan Ambarawa.
   Demikianlah Sang Pangeran mulai menyiapkan diri, mensucikan diri dengan harapan dalam pertapaannya mendapatkan petunjuk dari Sang Hyang Widi, Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah genap pertapaannya, Sang Pangeran mendapatkan apa yang diinginkannya. Dalam petunjuk itu, Sang Pangeran diharuskan untuk mencari dan mandi di “Tuk Pitu” (Tujuh Sendang/sungai)

Nongkrong di Teras Baca Tsoraya



Awal tahun 2012 tepatnya di minggu pertama Januari inilah saat Lounching awal perpustakaan Teras Baca Tsoraya....(baca buletin pustaka ed. Mei 2012). Menapaki perjalanan waktu keberadaan perpustakaan ini semakin dikenal masyarakat sekitar serta menunjukkan grafik peningkatan yang cukup setidaknya itu dapat dilihat dari catatan jumlah absensi pengunjung, sarana yang dimiliki dan yang tidak kalah penting peningkatan koleksi buku yang dimiliki.
          “Setidaknya saya merasa senang kini masyarakat dan anak anak sekitar banyak yang berkunjumg kesini, bukan hanya sekedar bermain namun, mereka juga mengakrabkan diri dengan koleksi perpustakaan. Dari yang belajar sampae dengan yang hanya nongkrong kami terima dengan tangan terbuka untuk mewujudkan minat dan kebiasaan membaca “ungkap pengelola perpustakaan.

Selamat Datang Para Pembaca !
Oleh : Supardi Tyastomo

Adalah Kenmaos seorang kepala rumah tangga dari sebuah keluarga kecil yang tinggal di lereng Gunung Ungaran. Kenmaos sendiri adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya dengan harapan kelak di kemudian hari akan menjadi sosok pembaca seutuh usia. Persis sebagaimana yang telah menjadi impian kedua orang tuanya, Kenmaos yang kini telah menetap di suatu perumahan sederhana wilayah ibukota Kabupaten Semarang, bersama istri dan kedua anaknya mencoba membangun tradisi membaca di lingkungannya. Memang bukan pekerjaan yang mudah dan bergengsi. Pandangan acuh dari tetangga-tetangga pun tak luput menimpanya. Tidak jarang pula sang istri ikut tampil dengan wajah cemberut  kalau asap dapur mulai surut kepulan asapnya. Tapi itulah Kenmaos. Meski sang istri bermuka masam dan tetangga kanan kiri mulai menebar kasak kusuk tak sedap, Kenmaos  tetap saja asyik dengan buku-bukunya. Kesehariannya tak lepas dari buku. Barangkali hanya pada saat tidur saja dia tidak pegang buku, karena di kamar mandi pun sengaja ia menenteng buku ukuran supermini agar bisa ditaruh di kantong sakunya, sehingga sang buku dapat turut serta menemaninya di dalam kamar mandi.

LEGENDA MRANAK


Oleh : Dwi Hartanto

Tersebutlah di Daerah Timur pulau Jawa sedang terjadi kekacauan, akibat mulai mundurnya kekuasaan majapahit di tanah Jawa, banyak orang-orang dari Timur yang mengungsi mencari tempat yang aman, menghindari kekacauan yang terjadi, di Majapahit sendiri tengah terjadi perang saudara.
Diantara mereka yang mengunsi ke barat (Jawa tengah) ialah Mbah Bening. seorang kepala kampung di daerah timur. Beliau mengajak warga kampungnya untuk mengungsi mencari tempat yang aman, tujuannya adalah daerah Jawa Tengah.
Setelah melakukan perjalanan selama 2 hari sampailah mereka di suatu tempat yang telah ramai, rumah-rumah telah teratur, Mbah Bening sebagai kepala rombongan akhirnya mampir ke Kapala kampung daerah tersebut, dan mengutarakan maksud kedatangannya meminta ijin untuk bermalam di daerah itu. Kepala Kampung tersebut. Saat berbincang-bincang itulah, Kapala Kampung tersebut mengarahkan Mbah Bening untuk terus berjalan sekitar 2 hari lagi ada suatu daerah subur terletak di perbukitan daerah tersebut belum terjamah. Kepala Kampung tersebut meminta Mbah Bening untuk membuka kampung di sana, karena tempatnya yang subur dan airnya yang melimpah. Mbah Bening pun menyetujui saran dari kepala kampung tersebut.

(KENAPA MASIH) TEMPAT BUANGAN


 Oleh : Siti Masruroh

Seorang guru berinisial PS, dikenai sangsi kedinasan dan oleh Eston Rimon Nainggolan, Wakil Kepala Sekolah Negeri 79, PS dipindahtugaskan menjadi pengelola perpustakaan sekolah dengan pertimbangan agar tidak berhubungan langsung dengan siswa. (Koran Tempo, 19 Januari 2009).Adalah AR seorang guru bahasa Jawa yang dibebastugaskan mengajar karena memukul siswa. Guru dari SMPN 26 Purworejo ini kemudian menjadi petugas perpustakaan karena menurut Kepala Dinas P dan K Kabupaten Purworejo Drs Bambang Aryawan MM, agar yang bersangkutan bisa introspeksi diri. (Suara Merdeka 18 Maret 2012).
Bagaimana tangggapan anda terhadap cuplikan berita di atas? Perpustakaan menjadi penjara untuk terdakwa. Guru yang bersalah dikenakan sangsi dengan menjadi petugas perpustakaan. Sistem pendidikan yang meletakan perpustakaan pada posisi seram.  Perpustakaan sekolah yang menjadi bagian dari pembelajaran seakan hanya menjadi tempat singgah orang-orang bermasalah.  Perpustakaan yang seharusnya menjadi pusat pembelajaran keberadaannya diabaikan oleh sistem pendidikan itu sendiri. Coba tenggok lokasi perpustakaan sekolah. Di tempatkan pada lokasi yang kurang strategis biasanya terpencil dari lingkungan pembelajaran. Petugas perpustakaan di perpustakaan sekolah sebagian besar terjadi karena guru tersebut kekurangan jam mengajar dan untuk melengkapinya maka ditugaskanlah beliau pada lembaga perpustakaan. Atau bahkan perpustakaan dikelola oleh petugas kebersihan sekolah. Hal ini lah yang mengakibatkan kurang terkelolanya perpustakaan dengan maksimal, bagaimana bisa maksimal bila mereka tidak memahami apa yang mereka kerjakan. Belum lagi ketika kita melihat koleksi yang ada di perpustakaan sekolah. Akan semakin mempertanyakan fungsi perpustakaan. Apa benar sebagai pusat pendidikan atau hanya tempat singgah buku-buku paket yang sebagian besar berasal dari satu penerbit.

KREATIFKAN ANAK ANDA


Oleh: Sri Endarti, A.Md

            Anak yang terlahir didunia merupakan anugerah dari Sang pencipta untuk kedua orang tuanya. Anak telah dibekali dengan akal pikiran yang baik, kedua orang tuanya bertugas mendidik, mengarahkan anak untuk kehidupan masa depan anak yang cemerlang. Anak dengan keunikan yang dimiliki antara satu dengan yang lainnya berbeda. Keberbedaan inilah yang mendorong anak untuk bisa mengolah potensi yang ada.
            Orang tua kebanyakan kalau anaknya duduk manis, diam, tidak lari-lari akan merasa nyaman bahwa anaknya tidak nakal, tidak banyak ulah. Padahal pemahaman tersebut keliru. Seorang anak akan tumbuh daya kreativitasnya karena anak tersebut melakukan aktivitas. Dalam melakukan aktivitas dalam diri anak akan muncul ide-ide untuk melakukan sesuatu dan mengembangkannya, dan ini kadang tidak disadari oleh kebanyakan orang tua. Tulisan dibawah ini akan dibahas tentang hal-hal yang bisa memacu kemampuan kreatif anak dan kreativitas anak.
Sebelum membicarakan tentang kreativitas anak lebih lanjut, kita bahas dulu apakah arti kata kreatif itu? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dituliskan bahwa kreatif yaitu memiliki kemampuan untuk menciptakan.  Sedangkan kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta.  Jadi yang disebut anak kreatif yaitu kemampuan yang dimiliki oleh seorang anak untuk menciptakan sesuatu yang baru, walaupun mungkin tidak baru sama sekali.

PENGEMBANGAN PERPUSTAKAAN VS KETERBATASAN DANA


Oleh : B Endang Sudarti R., SIP

 
       Untuk mecapai keberhasilan tujuan Perpustakaan dibutuhkan kebijakan, pengambilan keputusan dari pengelola perpustakaan atau disebut juga Pengelola Perpustakan(SDM Perpustakaan).
Pengambilan kebijakan ini sangat erat kaitannya dengan kesediaan dana yang ada serta penggunaannya yang jelas. Sebuah organisasi tidak dapat berkembang dengan baik apabila tidak mempunyai dana, apalagi di Era teknologi Informasi perpustakaan harus senantiasa berusaha :


1.   Merubah Konsep Perpustakaan konvensional (manual) menjadi Perpustakaan berbasis teknologi Informasi
2.      Meningkatkan pelayanan prima yaitu pelayanan cepat, tepat dan akurat berorientasi pada kepuasan pengguna
3.     Berusaha melengkapi koleksi yang dibutuhkan pengguna sesuai tuntutan perkembangan jaman, perkembangan ilmu dan teknologi berdasarkan kebutuhan pengguna
4. Konsep perpustakaan sebagai pusat informasi sehingga harus bersifat pro aktif menyediakan sumber informasi  yang baru trend, aktual, bermutu dan terkini.
5.    Merubah pola hidup tidak pernah membaca menjadi masyarakat berbudaya baca seperti kalimat yang pernah dikatakan oleh Bapak Presiden Republik Indonesia :

Selamat Datang Para Pembaca !


Oleh : Supardi Tyastomo

Adalah Kenmaos seorang kepala rumah tangga dari sebuah keluarga kecil yang tinggal di lereng Gunung Ungaran. Kenmaos sendiri adalah nama yang diberikan oleh kedua orang tuanya dengan harapan kelak di kemudian hari akan menjadi sosok pembaca seutuh usia. Persis sebagaimana yang telah menjadi impian kedua orang tuanya, Kenmaos yang kini telah menetap di suatu perumahan sederhana wilayah ibukota Kabupaten Semarang, bersama istri dan kedua anaknya mencoba membangun tradisi membaca di lingkungannya. Memang bukan pekerjaan yang mudah dan bergengsi. Pandangan acuh dari tetangga-tetangga pun tak luput menimpanya. Tidak jarang pula sang istri ikut tampil dengan wajah cemberut  kalau asap dapur mulai surut kepulan asapnya. Tapi itulah Kenmaos. Meski sang istri bermuka masam dan tetangga kanan kiri mulai menebar kasak kusuk tak sedap, Kenmaos  tetap saja asyik dengan buku-bukunya. Kesehariannya tak lepas dari buku. Barangkali hanya pada saat tidur saja dia tidak pegang buku, karena di kamar mandi pun sengaja ia menenteng buku ukuran supermini agar bisa ditaruh di kantong sakunya, sehingga sang buku dapat turut serta menemaninya di dalam kamar mandi.

Minggu, 04 November 2012

Satu Rumah, Satu Rak Buku


Oleh. AGUS M. IRKHAM

Berdasarkan riset lima tahunan Progress in International Reading Literacy Study (PIRLS), yang melibatkan siswa SD, Indonesia berada pada posisi 36 dari 40 negara yang dijadikan sampel. Indonesia hanya lebih baik dari Qatar, Kuwait, Maroko, dan Afrika Selatan.
Artinya kemampuan membaca dan memahami bacaan pada anak-anak SD di Indonesia masih sangat rendah. Akibatnya kemampuan berkomunikasi (menggunakan bahasa) baik lesan maupun tulisan pun sama rendahnya. Itu sebab, saat ini mendapati anak-anak SD yang mampu menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, entah dalam bentuk lesan, terutama tulisan bak mencari jarum di tumpukan jerami.
Apa pasal kemampuan membaca dan memahami bacaan anak-anak SD di Indonesia masih sangat rendah?
Salah satunya adalah karena mereka sejak mula tidak akrab dengan bacaan, khususnya yang dalam bentuk buku. Pengalaman pra membaca tidak diperkenalkan pada mereka sejak usia dini. Perkenalan pertama mereka dengan buku adalah berupa buku pelajaran. Pengalaman yang justru membuat mereka “trauma”, lantaran jumlah halaman yang tebal dan isi yang melulu tulisan.
Pertanyaan pentingnya, kapan dan dimana anak-anak baiknya diperkenalkan dengan pengalaman pra membaca tersebut?

Mendesain ulang Komik anak-anak sebagai sarana perangsang minat baca


Oleh: Santoso Mahargono

Cerita bergambar atau yang sering disebut komik hingga saat ini masih menjadi bahan bacaan yang setengah hati bagi anak-anak. Dalam keluarga, orang tua masih banyak yang beranggapan bahwa komik adalah bacaan bodoh, tidak ilmiah, serta membuat kecanduan. Hampir setali tiga uang, demikian pula terjadi di Perpustakaan, rupanya banyak Perpustakaan masih menganggap Komik bacaan yang kesekian di sajikan kepada pemustaka. Sah saja memang menganggap demikian, karena tidak dipungkiri banyaknya komik yang membanjiri toko buku saat ini memang tidak semuanya layak dinikmati secara isi oleh anak-anak. Terutama karya terjemahan yang masih banyak ditemui kalimat kasar dan vulgar. Ditambah pula dengan gambar yang kadang aman-aman saja di awal, tetapi di tengah ada sisipan yang tidak pantas bagi anak-anak.
Namun, kenikmatan membaca komik tidak dapat dipungkiri oleh penikmat komik sebagai surga imajinasi mereka. Kalau Jorge Luis Borges (1899-1986) sebagai sastrawan Argentina menganggap Perpustakaan sebagai surga, maka penikmat komik menganggap bacaan komik sebagai surga yang nyata. Bagaimana tidak, pembaca dapat dibawa kedalam gambar, turut serta merasakan adegan demi adegan yang tergambar di dalamnya. Konon, melambungnya imajinasi itulah yang mengakibatkan kecanduan di kalangan pembaca komik, khususnya anak-anak, sehingga cenderung melupakan bacaan tekstual.

KETERBATASAN TAK MENGHALANGI MEREKA UNTUK BERKARYA


Oleh : Rudi Wachid El Khwarizm

Tuhan Jangan Tinggalkan Aku
Apakah kita pernah menghitung nikmat yang telah Tuhan berikan kepada pada kita? Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Mulai dari nafas sebagai penanda hidup kita…? Saya yakin hampir semua dari kita tidak ada yang mampu menghitung-Nya.
Lho… untuk apa kita menghitung nikmat-Nya? Jawabannya adalah untuk membandingkan dengan seberapa banyak kita mengeluh atas pemberian-Nya.
Sebagian dari kita menganggap bahwa kekurangan yang ada pada diri kita adalah ketidaksempurnaan yang diberikan oleh-Nya. Jarang sekali kita berpikir tentang apa hikmah dari semua itu. Mengeluh adalah hal yang sering kita lakukan. Ketahuilah bahwa tidak ada sesuatupun yang Dia ciptakan itu sia-sia.

GEMAR MEMBACA DAN MENULIS LEWAT FACEBOOK, BISA!


Oleh : Budiyanti
Facebook lagi... facebook lagi, kapan kamu belajarnya?”
Begitulah ungkapan sebagian besar orang tua jika melihat anaknya berfacebookan lewat HP atau laptop.
Memang akhir-akhir ini sebagian besar remaja menggunakan facebook. Hal itu bukan hal baru bagi mereka. Di setiap kesempatan para remaja sudah kecanduan bermain facebook sampai lupa waktu. Mereka berjam-jam didepan komputer tanpa mengenal lelah. Kadang uang jajan dipakai hanya untuk berjam-jam di warnet. Bisa jadi mereka lupa belajar dan ujung-ujungnya nilainya jelek lalu tidak naik kelas. Namun, sejauh inikah dampak facebook?
Para remaja cenderung menggunakan facebook hanya untuk meluapkan emosi dengan memperbarui stastus berupa umpatan, keluhan misalnya, yang pernah saya baca, ah lapar nih.. !ataugalau nih...pusing!! , booooosan. Atau kalimat-kalimat yang kurang bermanfaat, lain misalnya, makan dulu ah ah... atau.. tidur dulu ah. Dari tulisan-tulisan seperti itu, apakah berdampak positif bagi teman-temannya. Tidak. Teman-temannya ya... paling memberi komentar dengan sekenanya.. misalnya, dengan kata Ah masabodoh atau kenapa.. oh gitu, seterusnya. Jadi tak heran jika orangtua merasa khawatir terhadap anaknya  berfacebookan.

Andai setiap kita adalah Duta Baca Keluarga


Oleh : Zulaekah
….Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan (QS. Al ’Alaq : 1).
Itulah ayat yang pertama kali diturunkan dalam Alqur’an, perintah membaca kepada manusia. Mestinya tidak sekedar membaca, tetapi membaca untuk menemukan makna yang terkandung di dalam bacaan yang telah kita baca, dan mengantarkan manusia pada kesadaran diri bahwa manusia dan segala yang ada di alam semesta adalah diciptakan oleh Yang Maha Menciptakan, Allah. Tentu saja Allah bukanlah dzat yang suka bersenda gurau, menciptakan alam semesta dengan sia-sia tanpa ada tujuan dan manfaatnya. Tugas manusialah mencari informasi dan pengetahuan atas semua itu, kemudian memanfaatkannya dengan penuh kearifan. Dan yang tidak kalah penting adalah  belajar menumbuhkan  kesadaran akan kasih sayang dan kesempurnaanNya. Semua itu dapat kita peroleh dengan membaca.
Kenapa mesti membaca?
Perintah membaca merupakan perintah pertama bagi manusia, sudah pasti ada rahasia dan manfaat yang besar jika hal itu dilakukan manusia. Demikian juga sebaliknya, jika manusia tidak mau membaca, pasti akan rugi besar. Membaca yang dimaksud di sini adalah membaca setiap kejadian yang tersirat ataupun tersurat. Membaca secara tersurat adalah kegiatan membaca sebagaimana dipahami oleh semua orang, sedangkan membaca setiap kejadian secara tersirat adalah membaca untuk menemukan makna atas setiap kejadian yang kita temui, amati ataupun alami sendiri.