Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Senin, 11 Februari 2013

PERAN IBU DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN BUDAYA BACA


PERAN IBU DALAM MENINGKATKAN MINAT DAN BUDAYA BACA

            “Ibuku Perpustakaan Pertamaku”, slogan perpustakaan yang pernah dipopulerkan oleh Tantowi Yahya ini nampaknya sederhana, namun jika benar-benar diterapkan hasilnya akan sangat luar biasa. Mengapa demikian? Karena di tangan para ibulah, kualitas generasi penerus bangsa ditentukan.

Perpustakaan “Ngudi Ilmu”


Perpustakaan “Ngudi Ilmu”
Desa Mukiran Kecamatan Kaliwungu

Perpustakaan Ngudi Ilmu berdiri secara resmi tahun 2006, dengan SK Kepala Desa Mukiran waktu itu Bapak Sudarjono. “Berharap masyarakat Mukiran bisa terus menerus menimba ilmu di perpustakaan ini”, ungkap Bapak Sudarjono ketika BP bertanya ihwal nama Ngudi Ilmu.

Rumah Baca PANTER


Rumah Baca PANTER
Paguyuban Terminal, Depok.

Membaca buku dapat dilakukan di mana saja.
Di rumah, di sekolah, di perpustakaan, bahkan di terminal.



Terminal menurut anggapan umum lekat dengan banyaknya premanisme, kekerasan dan kejahatan. Namun berbeda, Terminal Depok sekarang ini jauh dari kesan tersebut. Adalah H. Agus Kurnia yang merintis mendirikan paguyuban terminal. Paguyuban ini terdiri dari beberapa kelompok-kelompok yang sudah ada di Terminal Depok.

Asal mula Grojogan Klenting Kuning


Asal mula Grojogan Klenting Kuning
Oleh : Mediarso Tri Soelistyo, SS. )*

Pada jaman keemasan kerajaan Jenggala-kediri, masa pemerintahan Prabu Lembu Amiluhur ada seorang pangeran yang terkenal baik budi, kesaktian dan ketampanannnya. Bernama Raden Panji Inu Kertapati atau Raden Panji Asmoro Bangun yang merupakan Putra mahkota Kerajaan. Disamping itu, Raden Panji ini juga dikenal karena mempunyai seorang istri yang halus budi bahasanya dan cantik jelita yang bernama Dewi Sekartaji atau Dewi Galuh Candra Kirana. Dimana menurut para pujangga kerajaan yang mempunyai ilmu tinggi, pasangan ini diramalkan kelak yang akan menurunkan raja-raja di tanah jawa.

ORANG TUA BERPERAN TANAMKAN BUDAYA BACA ANAK


ORANG TUA BERPERAN TANAMKAN BUDAYA BACA ANAK

Bupati H Mundjirin menegaskan orang tua memiliki peran penting menanamkan budaya membaca pada anak-anaknya. Karenanya, kebiasaan membaca harus dikenalkan sejak dini. Termasuk diantaranya mengajak anak-anak mengunjungi pameran buku dan kegiatan sosialisasi membaca lainnya. Hal itu dikatakannya saat membuka pameran buku murah Kabupaten Semarang 2012 di Ungaran, belum lama berselang.

Sambutan Bupati Semarang

Silaturahmi ke Perpustakaan


Silaturahmi ke Perpustakaan
Di Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa


Selama bulan November-Desember, unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa mengadakan ‘silaturahmi’ dengan beberapa TK di sekitar Ambarawa. Mengakrabkan siswa dengan perpustakaan sekaligus mengajarkan anak mencintai buku adalah tujuan silaturahmi perpustakaan ini.
TK Kartika Siwi Ambarawa, adalah TK pertama yang bersilaturahmi dengan perpustakaan pada 27 November, kemudian 13 Desember 2012 TK ABA 2 Ambarawa dan yang terakhir dari TK Assalam Bawen (Apacinti).

Salam Redaksi.. edisi 16


 SALAM   REDAKSI

Assalu’alaikum Wr.Wb.
Rasa syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan ridhoNya kita bisa menerbitkan  Buletin Pustaka Edisi ke XVI Tahun 2012, salam jumpa dan semoga    tetap setia pada pembaca yang budiman.
Pada edisi  ini kami sampaikan hasil pameran buku murah tingkat Kabupaten Semarang yang  diselenggarakan dari tanggal 30 Oktober s/d 4 Nopember 2012,  dan Alhamdulillah berkat dukungan semua pihak kegiatan dapat berjalan sukses dan lancar, dan mudah-mudahan tahun depan dapat menyelenggarakan lagi tentu dengan acara dan tema yang lebih meriah.

Roadshow Perpustakaan Nasional di Kabupaten Semarang


Roadshow Perpustakaan Nasional di Kabupaten Semarang

Ambarawa, 19 Desember 2012 bertempat di aula pertemuan SMA Islam Sudirman ambarawa telah berlangsung Road show Perpustakaan Nasional, Gerakan Nasional Indonesia Membaca. Sebagai pembicara, Drs. H. Machmud Yunus anggota DPR RI Komisi X, Kepala Biro Hukum dan Perencanaan Perpusnas, Dra. Offi Sofiana dan Ibu Nelly Rahmawati, SH.M.Hum Kepala Kantor Perpustkaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang.

FESTIVE in Library


FESTIVE in Library

Palagan Ambarawa, peristiwa bersejarah di masa mempertahankan kemerdekaan menjadi peristiwa kemenangan heroik yang patut dibanggakan dan selalu dikenang. Peristiwa yang terjadi tanggal 15 Desember 1947 itu sekarang diperingati sebagai hari juang kartika. Untuk menggugah kembali rasa nasionalisme, pada tanggal 17 Desember 2012 sampai dengan 22 Desember 2012 Kantor Perpustakaan Dan Arsip daerah melalui Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa mengadakan Pameran Foto-foto lama Ambarawa.

Cover Edisi 16 Tahun IV, Desember 2013

Cover Edisi 16 Tahun IV Desember 2013

Selasa, 05 Februari 2013

Roadshow Perpustakaan Nasional di Kabupaten Semarang


Roadshow Perpustakaan Nasional di Kabupaten Semarang

Ambarawa, 19 Desember 2012 bertempat di aula pertemuan SMA Islam Sudirman ambarawa telah berlangsung Road show Perpustakaan Nasional, Gerakan Nasional Indonesia Membaca. Sebagai pembicara, Drs. H. Machmud Yunus anggota DPR RI Komisi X, Kepala Biro Hukum dan Perencanaan Perpusnas, Dra. Offi Sofiana dan Ibu Nelly Rahmawati, SH.M.Hum Kepala Kantor Perpustkaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang.
Kegiatan yang diselenggarakan di Kab/kota seluruh Indonesia ini bertajuk “Membangun Karakter bangsa melalui kebiasaan membaca” ini diikuti oleh lebih dari 250 peserta dari siswa sekolah, elemen masyarakat dan perwakilan pondok pesantren.
Bapak Yunus yang merupakan alumnus SMA islam Sudirman Ambarawa mengungkapkan bahwa, “Minat baca harus mulai ditanamkan sejak kecil, mulai dari lingkungan keluarga.” Bapak Yunus juga berniat menghibahkan koleksi bukunya sebanyak 3 almari penuh kepada Rumah Aspirasi, Patoman Ambarawa.
Senada dengan Bapak Yunus, Ibu Offi Sofiana menambahkan “Kebiasaan membaca dimulai dari keteladanan keluarga kemudian kurikulum yang mendukung minat baca di sekolah serta budaya lingkungan, semua harus bergerak bersama-sama.”
Sementara itu Ibu Nelly Rahmawati, Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang menambahkan adanya berbagai fasilitas membaca di Kabupaten Semarang, Mulai dari Perpustakaan sekolah, Perpustakaan Desa, Taman Bacaan serta Perpustakaan Daerah, “Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang, selain mempunyai Layanan Perpustakaan di Ungaran, juga telah memiliki Unti Pelayanan Perpustakaan Ambarawa yaitu di samping terminal ambarawa bekas kantor kecamatan ambarawa. Juga beberapa pos baca di RSUD Ungaran, Puskesmas Banyubiru dan Kantor Kecamatan Bandungan, selain layanan mobil perpustakaan keliling serta motor pintar.” Jelas Ibu Nelly.
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan seperti ”bagaimana memotivasi anak –anak agar suka membaca?, bagaimana dengan anak – anak yang kurang mampu tapi senang membaca agar dapat selalu membaca buku?, bagaimana agar buku yang kita baca dapat kita terapkan dan masih banyak lagi pertanyaan menarik lainnya.
Membudayakan gemar membaca? Harapan itu masih ada..!(BM)

Karikatur Dodi Budiana


Karikatur 
Dodi Budiana





Cahaya Beranda


Cahaya Beranda
Oleh : Asih Prasetiyawati

Larut malam mengantarkanku pada peraduan mimpi. Cukup melelahkan hari ini, sepulang kerja dari kota, balik menjemput ibu yang berjualan di desa sebelah, kemudian lagi; bekerja shift malam. Menyulam hari dengan kegiatanku seperti ini, beberapa orang menyebutku gadis yang ngoyo. Entahlah, kuanggap serba-serbi komentar orang adalah bumbu hidup. Nyatanya aku, Nafeesa, gadis 22 th asal desa pinggiran kota tetap saja melakoni ini; dengan senang hati.
Mungkin ketika ayah masih hidup, beliau tidak akan membiarkan anak semata wayangnya melakukan hal seperti ini. Tapi bagaimana lagi, this is life, inilah realita hidup yang harus kujalani setelah kepergian ayah. Ketika uang tabungan sebagai pegawai BUMN telah habis untuk biaya operasi jantung, kami harus menelan mentah-mentah kepahitan yang dilakukan oleh adik ayahku. Dengan  alasan harta gono-gini harus segera diselesaikan, paman menjual rumah kami. Kukubur keinginanku untuk menjadi pendidik. Kuliah semester 4 di keguruan kutinggalkan dengan terpaksa, untuk membantu ekonomi keluarga.
Namun jiwaku terpanggil ketika kususuri kampung halamanku yang lama. Jalanan sempit, desa yang padat dan penduduk yang masih belum mengecap bangku sekolah kembali menyulut semangatku untuk mengajar. Itulah desaku, desa kelahiranku. Haruskah kubiarkan anak-anaknya  tumbuh tanpa bekal pengetahuan?
Suatu malam seusai bekerja muncul ide ketika melihat Lia, gadis cilik tetangga lamaku belajar di pelataran rumah. Aku tertarik pada caranya belajar, kuajari bocah 8 tahun itu membaca. Dengan terbata-bata Lia menyebut kata per kata yang kutunjuk melalui jariku. Hm..miris, dia belum lancar menyebut kata-kata yang ada di bukunya. Inilah potret anak-anak di desa tercintaku.
 “Sudahlah Nak, kamu akan susah sendiri kalau mengurusi mereka”  ibu nampak pesimis ketika kuutarakan niatku untuk membuat perpustakaan kecil di desa.
Cukup patah semangat mendengar jawaban ibu. Tapi agh tidak, “Bu, Feesa minta doanya saja. Sungguh doa ibu melancarkan kesulitan Feesa” jawabku meyakinkan ibu.
Lagipula ibu juga ingin kan tinggal di kampung halaman kita lagi. Ketika ingin mencapai itu semua, Feesa harus bekerja keras Bu, untuk kembali membeli rumah kita sekaligus membuatnya jadi perpustakaan yang bermanfaat.
Beberapa saat ibu diam. Kuusap tangan beliau, lalu beliau menepuk tanganku kembali sambil berkata,Ibu bangga Nak, tapi ibu kasihan sama kamu kerja siang malam”. “Feesa ndak papa bu, Feesa senang, Senyuman mantap kutebarkan di depan ibu.
Nyatanya ibu turut pula membantuku dengan menabung sebagian hasil jualannya untuk cita-citaku.  Kusinggahi segala hal buruk yang men-cap aku sebagai perempuan ngoyo. Beberapa bulan kemudian kucoba membuat group cinta perpustakaan di media sosial. Dari teman-teman kuliahku yang lama dan beberapa teman jejaring sosial, aku belajar cara mengelola perpustakaan kecil. Great, beberapa orang berminat dan menyumbangkan beberapa buku yang layak baca!
Tidak semua ideku berjalan dengan mulus. Saat ingin merangkul teman-teman satu kotaku, beberapa hanya merespon datar bahkan.. Jangan terlalu tinggi Fee, kamu kan cewek, mending uangmu kamu tabung untuk masa depan kamu, untuk menikah misalnya...
Salah seorang temanku tidak sepaham denganku. Menolak dengan nada sinis .Teman-teman di kantor ikut mengangguk setuju dengan ucapannya.
Tapi aku setuju Fee,” Lanjut Risa temanku yang lain. Dia memang karyawan baru di tempat kerjaku.  Sungguh terharu mendengar ucapannya. Kurangkul tangannya, dan dialah yang menjadi partnerku sampai saat ini.
Disaat sulit seperti ini sungguh sangat berharganya dukungan seorang teman. Seperti memikul beban yang berat, uluran tangan Risa mampu meringankan kerjaku.
“ Anak-anak..coba baca ini..” Tangan Risa memegang bolpoin sembari mengarahkan ke papan tulis. Aku anak.. pintar.. Risa, atau Bu Risa Nampak asik mengajar. Kulihat ruang tamuku yang dulu. Oh Tuhan, syukur, sekarang aku mampu melihatnya menjadi ruang perpustakaan yang disekat sebagai ruang belajar anak-anak di desaku. Suasana malam memang dingin, tapi semangat anak-anak belajar di ruangan ini memberikan atmosfer kesegaran bagiku, pada Risa, juga pada ibuku.
Bu Guru.. ini tugasnya... Gadis kecil memberikan sebuah buku. Iya terimakasih... Kutatap mata bocah kecil itu. Lia, si kecil yang memberiku inspirasi. Dua tahun sudah berjalan perpustakaan Cahaya Beranda ini. Kutangkap senyum kegembiraan dari mata-mata polos mereka.  Lelahku jadi luntur melihat semangat mereka. Terimakasih Tuhan”, ucapku dalam hati. Malam ini aku bahagia!
*Anggota Perpustakaan

NGEMIL BUKU


NGEMIL BUKU
Oleh: Tiara Sawitri Widyaningtyas

 Dengan ngemil buku kita bisa pintar lho… tapi bukan berarti kita harus makan buku. Yang dimaksud ngemil buku itu membaca sedikit demi sedikit.
Umumnya, seorang pelajar yang akan menghadapi ujian hanya sebagian kecil yang  belajar sedangkan sisanya, sebagian besar mengandalkan contekan.  Miris namun kenyataan memang seperti itu. Seolah-olah pelajar di negeri kita tak cukup percaya diri alias pintar mengerjakan ujian.
Kenapa bisa terjadi? Memang tidak pintar, atau malas?
Solusi yang paling murah bagi para pelajar untuk ikut berperan dalam membangkitkan bangsa dari keterpurukan adalah membaca. Tentunya dengan niat merubah kebiasaan dengan sungguh-sungguh, karena memang tidak mudah melakukannya.
Membaca buku dengan rutin, dengan variasi buku yang dibaca.Tidak hanya buku pelajaran yang dibaca. Novel, buku referensi semacam ensiklopedi, sejarah biografi, kisah-kisah motivasi dan inspiratif. Koran, majalah bahkan komikpun bisa membuat kita pintar. Asal dalam membaca dilakukan secara rutin. Karena apapun bahan bacaan tersebut mengandung informasi, baik yang tersirat maupun yang tersurat.
Dengan melakukan kebiasaan membaca secara rutin, potensi kemampuan otak kita akan semakin meningkat. Kreatif, inovatif, adalah beberapa manfaat yang kita dapatkan dengan kebiasaan rutin membaca. Saat membaca, otak kita menyerap informasi, kemudian dijadikan sebagai pikiran-pikiran kreatif.
Harga buku memang mahal,namun hal itu bukan alasan karena banyak alternatif untuk tetap dapat membaca buku. Saat ini banyak di sekitar lingkungan kita komunitas penggiat minat baca seperti taman bacaan, perpustakaan masyarakat dan lain sebagainya. Umumnya kita bisa pinjam gratis. Bisa pula memanfaatkan papan baca surat kabar yang banyak tersedia di berbagai pusat keramaian. Pemerintah juga sudah memperhatikan keberadaan fasilitas membaca, misal adanya layanan mobil perpustakaan keliling yang langsung mendatangi masyarakat.
Perkembangan teknologi, ikut juga merubah paradigma buku cetak, dengan tersedianya buku elektronik atau dengan istilah sekarang e-book. Walaupun sampai saat ini belum menggeser keberadaan buku konvensional. Dengan bantuan gadget/ alat pembaca ebook, adalah jawaban bagi kita yang tidak  suka buku, alergi (alasan yang sebenarnya tidak masuk akal). Membaca ebook dengan gadget selain memperoleh informasi juga mengikuti perkembangan lifestyle.
Selain pengaruh buruk budaya luar (faktor eksternal), dalam mempengaruhi orang malas membaca, juga bisa disebabkan faktor dari dalam (faktor internal). Mood atau emosi kita saat akan membaca juga mempengaruhi kebiasaan membaca buku secara rutin.
Kondisi yang nyaman, dan menyenangkan akan meningkatkan kegemaran membaca. Ketika perasaan sedang badmood, apa yang dibaca tidak akan sepenuhnya dicerna oleh otak kita, banyak hal yang akan terlupa karena perhatian menjadi tidak fokus.
Mood yang jelek bisa diubah dengan bacaan yang ringan semisal humor.Tempat yang nyaman dan tenang misal di perpustakaan daerah. Bisa juga di taman kota yang sejuk bersih dan indah, yang akan menambah suasana hati bersahabat dan mendukung suasana membaca. Ada pula yang menyukai membaca buku di keramaian atau sambil mendengarkan musik.
Fasilitas membaca yang kurang menjadi tugas pemerintah dan masyarakat untuk memikirkan sekaligus melengkapi, namun kita sebagai generasi muda bangsa sudah saatnya mengubah pemikiran kita, buang rasa malas ganti menjadi kebiasan membaca, karena kita harus percaya, membaca sadar atau tidak akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan mendukung perubahan menjadi pribadi lebih baik.
Buku – buku ringan bisa menjadi permulaan untuk memupuk kebiasaan membaca, komik yang sebagian kalangan melarang bahkan mengecam mereka karena suka membaca komik, sesungguhnya salah namun bisa juga benar. Akan benar ketika membaca komik lupa waktu, meninggalkan kewajiban sebagai pelajar namun salah ketika membaca komik dijadikan sarana untuk memulai membaca buku. Komik dengan gambar yang lebih dominan akan menjadi pengantar yang menyenangkan sehingga pemikiran dan imajinasi akan berkembang, dan pada akhinya pembaca komik akan beralih ke buku yang teksnya dominan.
Setelah menjadi kebiasaan, perlu meningkatkan kualitas bacaan kita. Perlu menambah variasi bacaan, berbagai pengetahuan umum perlu dibaca. Contohnya bacaan tentang kebudayaan Indonesia. Generasi muda perlu banyak membaca mengenai berbagai budaya yang ada Indonesia. Selain wawasan kebangsaan yang luas, mampu juga membangun karakter Indonesia. Mampu menangkal budaya asing yang negatif sekaligus rasa miliki terhadap budaya kita sendiri sehingga tidak akan pernah terjadi lagi budaya kita diakui oleh bangsa lain.
Dengan memaksa mengubah kebiasaan malas menjadi membaca merupakan kebutuhan akhirnya manfaat akan kita rasakan sendiri. Ayo mulai baca buku!
Juara 1 Lomba Artikel Tk. SMA/K/MA Se-Kab.Semarang dalam rangka Pameran Buku Murah Kab. Semarang Tahun 2012.


Mantra dari kata “KutuBuku”


Mantra dari kata “KutuBuku”
Oleh: Devi Larasati

You know book?... yah masih Tanya, pasti udah pada tahu dong buku itu apa, kebangetan banget jika gak pernah tahu buku, gak tahu bentuknya juga….
Buku Cuma benda kecil namun manfaatnya berjuta-juta. Apapun jenis buku pasti memiliki manfaat sendiri-sendiri. Buku novel bisa dijadikan hiburan tersendiri. Ketika membaca novel, pembaca sering mengikuti alur cerita, terbawa suasana sehingga kadang terbayang kenangan. Novel  adalah satu jenis buku yang paling banyak dibaca. Novel bisa membuat enjoy, dan santai saat membacanya. Bagaimana jika yang kita selalu baca hanya buku pelajaran? Jawaban yang biasa kita peroleh pasti “Gausahbacalah, males…
Biasanya orang yang bukunya bersih adalah orang yang ‘fashionable’, penampilan cantik/ ganteng, rapi dan parlente. Bahkan jadi raja/ratu di sekolah, benarkan? Mereka sering nongkrong di café, jalan-jalan ke mall agar terlihat gaul. Kemudian kalau mereka lihat ada teman sekolah yang sering baca buku di perpustakaan pasti mengolok-olok, “Kutu buku kuper, ga gaul banget!”.Kasihanjuga, karena tidak menyadari pentingnya baca buku akhirnya mereka yang sebenarnya kuper. Bagaimana tidak, perkembangan infomasi pasti selalu ketinggalan,  apalagi ilmu pengetahuan pasti gagap. Memang biasanya mereka membaca, tapi baca sms, juga banyak menulis namun sayang hanya nulis di facebook dan tweeter.
Merubah cara pandang mereka membutuhkan usaha yang sangat keras (baca :susah), bagaimana tidak? Kebiasaan itu sudah terpatri di pikiran mereka. Jadi dari diri mereka sendirilah yang harus diubah terlebih dahulu, tentunya dengan lingkungan sekeliling yang kondusif. Saya mencoba memberikan tips ringan, yang siapa tahu bisa mengubah kebiasaan kalian. Satu, Saat jalan-jalan ke mall, jangan hanya melihat fashion saja, sempatkan masuk lihat-lihat juga buku. Jika sekali tidak tertarik tidak masalah, kedua kalinya jika ada yang tertarik bolehtuh buka tabungan trus beli. Namun jangan dipaksa, jika masing sayang uangnya, boleh kok baca-baca dulu buku yang menarik, sambil nunggu ditegur pelayan toko buku itu (pengalaman penulis).
Dua, jika teman-teman sekalian tidak terlalu suka main ke mall, tapi game mania. Saat main game, ketika loading pasti membutuhkan waktu yang lumayan lama. Nah, waktu yang kosong itu manfaatkan untuk mencari informasi melalui google. Tentunya yang dicari ebook. Buku elektronik lebih simple, beragam dan gratis.
Tiga, agar tidak bosan membaca buku pelajaran sebaiknya mencatat intisari dari penjelasan guru kalian, kemudian dicatat dengan rapi dan menarik, manfaat buku-buku bukan pelajaran (bacaan ringan) sebagai variasi agar kita tidak bosan. Setelah aktivitas membaca menjadi sesuatu hal yang menarik, membaca buku pelajaran menjadi take it easy.
Empat, dukungan dari orang tua sangat penting, biar anak-anak membaca sudah seharusnya orangtua memberi contoh kebiasaan membaca di rumah. Orang tua sering marah-marah, menasehati anak agar baca buku, belajar. Sementara para orang tua tidak membaca buku tapi malah nonton sinetron. Akan lebih bijak rasanya orang tua menyediakan perpustakaan kecil di rumah dengan buku-buku yang menarik, juga memberi keteladanan ketika jam belajar orang tua hendaknya jangan nonton televisi. Ikut membaca, walaupun Cuma majalah/ koran tidak masalah.
Nah, itu beberapa hal yang bisa lakukan, mudah dan sederhana kan? Namun cara mudah itu tidak akan berhasil tanpa upaya yang sungguh-sungguh. Setelah memiliki kebiasaan membacaa, wawasan menjadi semakin luas, lebih bijaksana dan berkarakter. Dan biasanya orang yang suka membaca lebih realistis, lebih tertib dan mengerti budi pekerti, peka terhadap kesusahan orang lain dan yang tidak kalah penting ikut melestarikan hasil peradaban dan budaya bangsa kita.
Do you want it? Let’s start read book and love it right now!
Juara 3 Lomba Artikel Tk. SMA/K/MA Se-Kab.Semarang dalam rangka Pameran Buku Murah Kab. Semarang Tahun 2012

Lilin Kecil Dikala Gelap Gulita


Oleh : Winda Wijayanti

 Bagaimana pandangan masyarakat mengenai buku?
Umumnya beranggapan buku sebagai sumber bacaan dan referensi. Namun sebenarnya buku punya makna lain yang tersirat. Buku bukan hanya kumpulan kertas yang dijadikan satu atau dijilid. Melainkan sebuah media pembelajaran yang baik. Buku juga berperan sebagai pelestari  kebudayaan karena buku juga merupakan catatan sebuah peradaban dari masa lalu.
Seiring dengan perkembangan jaman, pesatnya pertumbuhan media massa, media elektronik keberadaan buku semakin terabaikan. Hal itu sejalan dengan rendahnya minat baca di Indonesia. Sementara budaya merupakan cerminan kemajuan dari suatu bangsa. Pelestarian kebudaya bangsa Indonesia akhir-akhir ini sangat mengkhawatirkan. Berualangkali budaya asli bangsa kita ‘diaku-aku’ oleh bangsa lain. Sebenarnya kita juga bersalah, karena minimnya catatan dan pengakuan dan rasa memiliki terhadap kebudayaan kita sendiri.
Buku bukan sekedar karya kreasi manusia dalam mengintepretasikan peradaban namun juga menciptakan peradaban.  yang baru dengan buku yang berfungsi sebagai pengingat apa yang telah dicapai di masa lalu. Pemahaman buku dalam perannya melestarikan budaya meliputi;
1.       Buku sebagai alat komunikasi antara masa lalu dan saat ini.
2.       Buku sebagai catatan kronologi perkembangan kebudayaan.
3.       Buku sebagai alat untuk mendapatkan ilmu pengetahuan dan mengenal kehdupan
4.       Buku menyimpan segala aspek dari kebudayaan.
Namun sayangnya perhatian dan atensi sebagian masyarakat kita terhadap buku saat ini belum cukup menggembirakan. Dimuat dalam berita di harian pos kota tanggal 29 Februari 2012 memberitakan bahwa peringkat daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia merosot tajam dari 44 pada tahun 2011 menjadi 46 pada 2012. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk membaca buku, selain mengakibatkan jatidiri budaya bangsa luntur juga mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Sebagai perbandingan Singapura menduduki peringkat ke 2, Malaysia peringkat 21, Thailand peringkat 39 dan Brunei peringkat 28.
Berbagai usaha memang sudah diupayakan oleh pemerintah dan masyarakat, namun belum dirasa maksimal. Terlihat dari minimnya fasilitas membaca yang disediakan pemerintah. Perpustakaan-perpustakaan sekolah yang masih memprihatinkan, perpustakaan daerah yang kekurangan koleksi serta masih banyak lagi fasilitas yang serba kekurangan menjadikan usaha untuk menjadikan membaca sebagai budaya masih jauh panggang daripada api.
Memulai membaca memang menjadi suatu hal yang butuh eksta kerja keras, karena memang susah mengubah kebudayaan instan yang sudah mengakar kuat di masyarakat juga (mungkin pengaruh penjajahan yang berlangsung 3 abad lamanya menjadikan masyarakat kita dipaksa untuk selalu bodoh). Mulai diri sendiri, keluarga dan lingkungan harus bersama-sama menciptakan kondisi yang ramah untuk membaca buku.
Hal yang bisa dilakukan misalnya, mengembangkan atau memperbanyak komik-komik budaya. Misal cerita rakyat di jadikan komik. Contohnya, Banyak siswa sering malas membaca buku tebal-tebal, karena setelah seharian berkutat dengan buku pelajaran, mereka harus membaca buku lagi. Tentunya bosan dan malas, karena niat membaca tadi tidak tumbuh dari diri sendiri dan bukan karena tertarik.
Dengan model buku banyak gambar, akan menjadi langkah awal menumbuhkan ketertarikan para siswa terhadap buku. Mula-mula mereka membaca dengan disertai gambar, sesuatu hal yang ringan namun menjadikan kebiasaan. Setelah beberapa lama, siswa menjadi tertantang untuk membaca dengan mayoritas teks dan sedikit gambar.
Ketika generasi muda mulai menyukai buku dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan,maka perlahan dunia perbukuan akan semakin meningkat. Bermunculan pengarang-pengarang berbagai disiplin keilmuan. Secara makro maupun makro kemudian kebudayan akan lebih terjaga, karena pencatatan ke dalam buku melalui memoar sejarah, aktivitas masalalu, ide, gagasan, ilmu pengetahuan akan terdokumentasikan secara lengkap sehingga mendukung pengembangan pengetahuan dengan menyediakan pengalaman yang sudah tertulis dalam sebuah buku.
Pada era kemajuan teknologi saat ini, tidak menutup kenyataan mengenai perkembangan buku menjadi buku elektronik/ yang dikenal dengan istilah ebook. Dengan segala kemudahan dan praktisnya ebook diharapkan mampu membangkitkan minat baca masyarakat. Namun daripada itu, buku secara fisik masih mempunyai keunggulan dibandingkan ebook. Buku bisa di baca tanpa melalui alat bantu (ebook; harus dengan menggunakan gadget). Buku bisa dibawa-ke mana mana tanpa takut cuaca dan resiko yang lain.  Ayo membaca...
Juara Harapan 2 LombaArtikel Tk. SMA/K/MA Se-Kab.Semarang dalam rangka Pameran Buku Murah Kab. Semarang Tahun 2012.