Perpustakaan Sekolah sebagai Alternatif
Ilmu Pengetahuan Para Siswa
*/Masrohan
Juara Harapan II Lomba Penulisan Artikel Tk. SMA/K/MA Tk. Kab Semarang
yang diselenggarakan dalam rangka Ungaran Bookfair 2010
Sebagai salah salah satu pendukung pembelajaran siswa, perpustakaan memiliki peranan yang sangat penting di sekolah. Bukan hanya sebatas tempat menyimpan buku paket, tidak pula sebatas kelengkapan proses administrasi sekolah saat penilaian. Perannya melebihi hal itu, karena perpustakaan harus bisa menjadi alternatif sumber ilmu pengetahuan yang dibutuhkan para siswa.
Mengoptimalkan fungsi perpustakaan sebagai sumber ilmu saat ini memang masih menjadi pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, mengingat hal tersebut ungen untuk segera direalisasikan.
Para siswa siswa sekarang ini lebih tertarik dengan facebook, game online, playstation dan sejenisnya, dari pada memanfaatkan perpustakaan. Semua pihak harus bertindak agar ’kemunduran’ ini tidak semakin parah.
Bila kita mencermati budaya baca sebagai alternatif sumber ilmudinegara maju seperti Jepang, ternyata disana sudah dimulai sejak ratusan tahun yang lalu. Dimulai pada masa kekaisaran Meiji atau dimana ada Restorasi Meiji, antara tahun 1868 telah dilakukan terobosan besar dalam usaha membangun sumber daya manusia di Jepang. Pengiriman pelajar ke luar negeri, ke negara-negara yang maju untuk belajar dan menuntut ilmu. Yang kemudian mereka kembali dan mengamalkan ilmu di negara asalnya yaitu Jepang.

Hasilnya seperti yang kita lihat sekarang. Jepang mampu menjadi negara industri yang maju, banyak menciptakan produk-produk berteknologi tinggi. Bahkan saat ini banyak diciptakan prototipe robot yang canggih. Kesuksesan tersebut berkaitan erat dengan budaya baca masyarakat Jepang. Masyarakat jepang berkarakter pekerja keras dan pantang menyerah, dan mereka menyadari semua itu berasal dari ilmu pengetahuan yang diperoleh dari bacaan.
Belajar apa yang dilakuakn oleh Jepang, mulai sekarang (walaupun terlambat) kita harus menjadikan buku sebagai ’teman’ kita. Selalu mendampingi kita para siswa saat menuntut ilmu, jangan menggantungkan kepada guru saja. Dengan buku ilmu pengetahuan yang kita dapat menjadi luas dan tak terbatas.
Undang – Undang tentang Sistem Pendidikan Nasionalpun sudah mewajibkan harus adanya perpustakaan sekolah. Akan tetapi kenyataannya masih banyak sekolah yang belum mengganggap bahwa perpustakaan itu penting bagi para siswa. Pernah dimuat di Harian Kompas ( 25/7/02) bahwa dari data Deputi Pengembangan Perpustakaan Nasional RI kurang dari 1% dari 260.000 sekolah di Indonesia memiliki perpustakaan, alangkah mirisnya data tersebut.
Betapa memprihatinkan (menyedihkan) kondisi tersebut, perpustakaan sekolah yang diharapkan menjadi penopang pembelajaran para siswa ternyata tidak mendapat perhatian dari sekolah maupun dinas pendidikan. Bahkan menurut pernyataan Fuad Gani, (Ketua Departemen Ilmu Perpustakaan UI) beliu pernah melihat perpustakaan pernah disatukan dengan ruang laboratorium, dan gudang penyimpanan alat olah raga, padahal sekolah tersebut terbilang bagus. Keadaan tersebut cukup ironis, dan mungkin saja menggambarkan bagaimana pengelolaan perpustakaan sekolah saat ini di Indonesia. Sudah sepantasnya hal ini menjadi perhatian pemerintah, terutama harus adanya koordinasi yang baik antara Departemen Pendidikan Nasional serta Perpustakaan Nasional RI untuk menghasilkan formulasi yang cukup manjur untuk mengatasi permasalahan ini serta mengurangi ego sektoral. Penangannan masalah perpustakaan harus secara terpadu.
Jangan menunda menyelesaikan ketertinggalan bangsa kita ini, menurut Suwondo Aimodjahnawi (Buku Pedoman Perpus Univ. Sebelas Maret:1986), bahwa perpustakaan merupakan tempat penyimpanan koleksi bahan pustaka y6ang diolah dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu untuk digunakan oleh pemakai sebagai sumber informasi dan memiliki 5 fungsi utama yaitu, sebagai sarana pendidikan, sarana rekreasi, sarana penelitian, sumber informasi dan sarana dokumentasi.
Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengatur tentang sarana dan prasarana pendidikan, dikuatkan dengan Undang Undang Nomor 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan, juga mengatur mengenai standar perpustakaan sekolah yang meliputi koleksi, sarpras, pelayanan dan pengelolaan perpustakaan.
Melihat bagaimana kedua undang-undang tersebut jelas mengatur tentang perpustakaan maka sudah wajib pihak sekolah meningkatkan kualitas dan kuantitas koleksi perpustakaan yang bersangkutan. Selain mnegoleksi buku buku wajib sekolah, idealnnya perpustakaan sekolah juga menyediakan bervariasi buku pendanding pembelajaran yang menunjang kegiatan belajar mengajar siswa.
Selain buku buku ilmu pengetahuan yang disediakan, perlu juga menyediakan buku-buku fiksi seperti novel untuk memancing/ nemunculkan ketertarikan siswa untuk membaca.
Berdasarkan hasil penelitian Taufik Ismail pada tahun 1997 tentang 13 SMA di dunia yang memiliki program wajib membaca, Indonesia cukup menghawatirkan.
NO | ASAL SEKOLAH | BUKU WAJIB | NAMA SMA/KOTA | TAHUN |
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. | SMA Thailand Selatan SMA Malaysia SMA Sinagpura SMA Brunai Darussalam SMA Rusia/Uni Soviet SMA Kanada SMA Jepang SMA Swiss SMA Jerman SMA Perancis SMA Belanda SMA Amerika Serikat SMA Indonesia | 5 judul 6 judul 6 judul 7 judul 12 judul 13 judul 15 judul 15 judul 22 judul 30 judul 30 judul 32 judul 0 judul | Narathiwat Kuala Kangsar Stanford College SM Melayu Ilva Tortebury Urawa Jenewa WunneEickel Pontoise Middleburd Forest Hills Di Semua Kota.... | 1986-1991 1976-1980 1982-1983 1966-1969 1980-1990 1992-1994 1969-1972 1991-1994 1966-1975 1967-1970 1970-1973 1987-1989 1943-2005 |
Sumber: Taufik Ismail, Tragedi Nol buku, 2005
Tabel diatas terlihat jelas bagaimana gambaran kondisi perpustakaan di Indosia sebagai penyedia buku bacaan utama masih kurang diperhatikan bahkan terkesan dipinggirkan.
Untuk perubahan, harus memperhatikan kebijakan pembangunan, perpustakaan harus menjadi prioritas bukan lagi pelengkap. Selain anggaran faktor penting lainnya yaitu profesionalisme pengelola perpustakaan juga harus diutaman, serendah-rendahnya harus berpendidikan DIII Perpustakaaan sehingga mampe mengelola perpustakaan dengan benar.
*\Siswa SMA N 1 Ambarawa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar