ALAMAK, HARUS TERAPI NIH
Oleh: Meka Nitrit Kawasari, SS

Mey :
“Bunda jangan khawatir…Mey tu mau pake terapi menulis biar gak gampang
stress…terapi ini juga bagus banget lho buat bunda”
Bunda :“Ha????menulis bisa buat terapi???
Mey :
“Iya Bun…Coba Bunda baca artikel ini”. Sambil menunjukkan artikel disebuah
situs interet.
Bunda :
“Alamak!!!musti ikutan terapi menulis nih”.
Sekilas
cerita yang akan menghantarkan pembaca memasuki suatu pengetahun baru (bagi
yang belum tahu) dan menguatkan pengetahuan (bagi yang sudah tahu). Ssssstttt….kita
simak yuk!!!
Pada
percakapan di atas, pembaca sudah mendapatkan bocoran apa sih yang akan kita
bicarakan? Yup TERAPI MENULIS. Hmmm pasti ada yang heran deh kok menulis bisa
dijadikan terapi kan? Ini bukan sihir apalagi sulap, akan tetapi memang begitu
kenyataan yang telah terjadi.
Contoh
kecil keuntungan kita menjadikan menulis sebagai terapi adalah dapat membantu
ingatan kita akan sesuatu. Ketika kita akan melakukan sesuatu, seperti belanja,
bepergian dsb kita dapat menuliskan keperluan kita dalam sebuah catatan agar
tidak lupa. Kemudian ketika kita sedang mengikuti sebuah rapat , kita dapat
mencatat hal-hal penting atau ide yang ada. Pasti akan membantu sekali untuk
ingatan kita.
Banyak
pendapat tentang kegunaan terapi yang murah meriah ini, seperti dapat
menghilangkan stress, menjernihkan pikiran dan perasaan, mengenali diri sendiri
lebih baik, menyembuhkan penyakit hati, dapat menghilangkan rasa minder, dapat
mengendalikan emosi, memperbaiki suasana hati, menguatkan sistem imun, memperbaiki
fungsi paru-paru dan hati, menurunkan tekanan darah, terapi pasca trauma dsb. Menurut
Dokter Dito seorang dokter di RS Keluarga Sehat Pati (Suara Merdeka, 11 April
2012), terapi menulis ini mempunyai manfaat sosial, yaitu mengurangi
ketidakhadiran di dalam bekerja, mengubah perilaku linguistik dan sosial,
menaikkan rata nilai rapor anak atau IPK mahasiswa, meningkatkan daya ingat
(seperti contoh di atas), meningkatkan sportivitas. Penasaran? Boleh lho
nyoba…malah dianjurkan untuk mencoba.
Banyak
penelitian mengenai terapi menulis yang telah dilakukan oleh para ahli di luar
negeri sana. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan di University of
Texas, Amerika Serikat, Gillie Bolton di
King’s College, London, Inggris. Kemudian Baikie KA dan Wilhelm (2005),
clinical psychologist dari University Of New South Wales dengan hasil
penelitian tentang manfaat jangka panjang menulis dengan metode expressive
writing. Smyth JM, dkk (1999) menemukan manfaat menulis bagi kesehatan tubuh.
Penelitian lain dilakukan oleh James, Pannebaker (Universitas Texas), menemukan
menulis dapat memperkuat T-lymphocytes atau sel kekebalan tubuh.
Di
Indonesia, sudah banyak orang yang memanfaatkan menulis dalam kehidupan
sehari-harinya. Seperi yang di ceritakan Jonru (pemilik sekolah menulis online)
pada www.jonru.net
dengan judul Terapi Menulis untuk
Menyembuhkan Penyakit Hati dan Pikiran (1). Seorang dokter muda dengan
kemanjaannya yang kemudian stress karena ketika mengikuti suaminya tinggal di
Belanda dan tidak lagi dapat membuka praktik dokter. Selain itu, sang doker
semakin stress dengan ketiadaan pembantu rumah tangga, sehingga harus
mengerjakan semua urusan rumah tangga sendirian. Dengan saran sang suami, bu
dokter mulai menulis tentang curhatan hatinya sebagai ibu rumah tangga di blog.
Perubahan pun terjadi, setiap selesai menulis, hatinya terasa plong, dn karena
aktivitas menulisnya di internet, si dokter jadi mendapat banyak teman untuk
berdiskusi dan mengikuti suatu komunitas. Satu hal yang tak pernah di sangka,
ibu muda ini akhirnya dapat menerbitkan sebuah buku. Siapa sangka kan seorang
dokter bisa stress dan sembuh dengan sendirinya berkat menulis?
Wow ternyata, manfaat menulis itu
tak sekedar untuk menyalurkan hobi, akan tetapi juga dapat sebagai alat terapi
kesehatan. Nilai plus lainnya dapat juga menjadi mata pencaharian atau sekedar
menambah uang saku bagi para pelajar dan mahasiswa. Sudah bisa berbagi ilmu
sekaligus menambah ilmu, dapat uang pula. Siapa yang mau? Silahkan para pembaca
mencoba.
Anggota Perpustakaan, Tinggal
Ungaran, Mahasiswa S2 FIB Undip
Tidak ada komentar:
Posting Komentar