Oleh: Rahmaningtyas Wiganingrum
Gimana sih cara mendongkrak minat baca buat para pelajar?
Dari dulu, orang Indonesia memang lebih senang mendengar dan melihat daripada membaca dan menulis. Yang
mungkin terpengaruh tradisi turunan dari nenek moyang yang suka mendongeng (baca: ngobrol, bukan mendongeng untuk anak sebelum tidur)
Lain dulu, lain kini, sekarang muncul generasi PS alias menghabiskan waktu bermain video game, atau lebih senang nongkong di
mall daripada di perpustakaan, lebih lama di depan tv daripada baca buku. Dianggap lebih asyik gaul dan keren, itulah kondisi sebagian besar pelajar kita. “Gak mau disebut cupu,
gara-gara kutu buku”, begitu biasanya para remaja beralasan .
Namun, tidak semua pelajar jauh dari buku, banyak pula pelajar yang menyukai novel-novel ‘teenlit’. Menurutku,
kita bisa menumbuhkan minat membaca dari hal yang kita sukai terlebih dahulu. Misal membaca buku – buku ringan yang tipis dulu. Atau bisa pula membaca formasi dari berbagai sumber, seperti
Koran, majalah bahkan dari media online. Secara tidak sadar nantinya, ketika kita rutin membaca informasi tersebut minat baca kita akan tumbuh juga.
Menumbuhkan minat baca terutama bagi pelajar memang relatif tidak mudah, dibutuhkan usaha dan kerja keras serta peran semua pihak. Kita
tentu juga menyadari, perubahan pastinya tidak seperti merebus mie istant. Yang hanya membutuhkan waktu kurang dari lima menit bisa langsung dimakan. Kualitas buku yang
belum sesuai harapan, belum lagi harga buku yang setinggi langit menambah rasa enggan para pelajar untuk membaca.
Permasalahan yang paling dekat dengan pelajar adalah ketiadaan waktu luang untuk mereka. Selain itu, kurikulum/ pelajaran yang sangat padat. Belum lagi kegiatan ekstra lain yang sangat menyita waktu dan tenaga.
Sesampainya di rumah waktu istirahat dibagi dengan kewajiban menyelesaikan pekerjaan rumah. Bahkan sering juga dibebani kewajiban menghafal mata pelajaran yang akan diuji di akhir jenjang pendidikan. Sehingga mendadak para pelajar menjadi kutu buku. Namun sayangnya hanya buku pelajaran yang mereka baca.
Kalau kondisinya seperti ini terus kapan Indonesia maju?
Kita lihat Jepang, masyarakatnya sudah terbiasa membawa buku di tas/saku atau di tenteng pergi beraktivitas, saat menunggu bis/ kereta mereka membaca, di dalam kendaraanpun lagi-lagi mereka meneruskan bacaannya, bahkan di toilet juga membaca. Karena orang Jepang tidak ingin waktu luang mereka terbuang percuma. Kenapa, kita tidak bisa seperti itu? Banyak orang
pasti menjawab sarana transportasi yang tidak mendukung, jalan yang rusak, bis/ kereta yang
tidak nyaman menjadi penyebab utama. Akan tetapi saya punya pendapat lain, penyebabnya adalah kita sendiri yang
malas.
Beda lagi dengan Amerika, di sana sudah menjadi peraturan jika waktu bermain anak hanya 3 jam, sedangkan Korea dan Vietnam 1
jam saja. Anak-anak sudah dididik untuk lebih menyukai buku daripada bermain. Namun bangsa Indonesia masih memiliki kelebihan dibandingkan negara yang saya sebutkan sebelumnya,
yaitu memiliki jiwa sosial yang tinggi. Mungkin karena seringnya bermain dengan teman di luar rumah sehingga hubungan/ relationship-nya menjadi tinggi sekaligus menumbuhkan toleransi yang
dikagumi banyak bangsa lain. Namun jangan cepat bangga. Kita tetap harus mengubah kebisaan malas membaca dengan tetap mengedepankan budaya luhur kita,
bertoleransi.
Srategi pertama, kita harus mulai baca dari diri sendiri dan jangan pernah mengganggap sering membaca buku berarti cupu. Tapi membaca itu mendapatkan pengetahuan. Dimulai dengan membaca komik dan majalah yang banyak gambarnya, pasti menarik dan menyenangkan.
Strategi kedua, baca buku sekarang.
Sedini mungkin dan jangan takut memulai, jangan pula memiliki perasaan terlambat untuk membaca.
Strategi ketiga, mulai membaca buku dengan topik yang
paling kita sukai. Misal kita sangat suka bola, bisa dimulai baca majalah bola, biografi pesepakbola terkenal dan terus saja meningkatkan kualitas dan kuantintas bacaan yang
kita baca.
Para pelajar harus meluangkan waktu berkunjung ke perpustakaan, baik perpustakaan
di sekolah, perpustakaan daerah maupun tempat baca komunitas seperti taman bacaan. Akan lebih indah jika kita sebagai pelajar menyisihkan uang saku kita untuk membeli buku (bukan buku pelajaran). Harga buku yang
mahal dapat disiasati dengan mendatangi pameran buku, sehingga kita dapatkan harga buku relatif murah, karena banyak diskonnya.
Yang patut diingat usaha mengembangkan minat baca harus mendapat dukungan dari keluarga. Orangtua bisa memulai memberi perhatian mengenai masalah ini, misal ketika memberi hadiah berilah mereka buku. Mengalokasikan waktu sebulan sekali ke toko buku. Yang tak kalah penting orang tua harus membatasi waktu bermain bagi anak mereka. Akan lebih bagus jika dalam keluarga mempunyai waktu membaca bersama. Pentingnya dukungan orangtua, Karena anak adalah imitasi/ tiruan dari orang tua mereka, sehingga diperlukan keteladanan
yang baik dalam membaca di rumah.
Peran pemerintah harus pula diperbanyak, seperti menyediakan perpustakan di
berbagai area publik, di kantor kecamatan, di kantor desa bahkan di semua rumah ibadah yang
ada. Sehingga masyarakat akan menjadi akrab dengan buku.
Orang bijak bilang, “Kualitas hidup tergantung dari apa yang kita baca”.Jadi jangan takut dibilang cupu hanya karena kita kutu buku. Baca buku berarti kita juga melestarikan budaya indonesia….
Jadi ayo jangan ketinggalan…
Juara 2 Lomba Artikel Tk.
SMA/K/MA Se-Kab.Semarang dalam rangka Pameran Buku Murah Kab. Semarang Tahun 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar