
Bapak Kartono sang
pendiri Taman Baca Kawan Kami ini, melalui proses pendewasaan panjang Bapak
Kartono mendirikan Taman Baca ini. Sosok Kartono adalah pria
petualang. Tahun 1983 dari Banyuwangi ia merantau ke Surabaya. Setahun kemudian
ia pindah ke Jakarta. Enam tahun kemudian ia kembali ke Surabaya. Di kota
Pahlawan kemudian ia bekerja di sebuah perusahaan onderdil dan bengkel.
Kepintarannya
menjalin hubungan dengan para customer-nya itulah yang akhirnya
membuat dia mudah akrab dengan berbagai kalangan. Hingga satu ketika, Bapak
Kartono mulai dengan dunia malam.

Sambil
menjalankan usahanya itulah, pria lulusan STM itu mengikuti pelatihan-pelatihan
penanggulangan HIV/AIDS dan trafficking oleh LSM dan menjadi
pengurus Yayasan Abdi Asih. Selama itu pula Kartono mulai berpikir tentang
usahanya yang mulai dia sadari keliru. Mirisnya, di lingkungan usahanya itu
banyak ia temui anak-anak yang tidak sekolah dan seringkali mendapat perlakuan
tak manusiawi. Hingga akhirnya, bertepatan dengan malam pertama Ramadhan 2006,
ia tutup usaha itu.
Taman Baca di
Bekas ‘Wisma’

Bagi pria
kelahiran Banyuwangi, 29 Agustus 1963 itu, Kawan Kami adalah
harga mati. “Saya tidak bisa membayangkan
bagaimana jadinya masa depan anak-anak itu. Mereka sangat rentan sekali dengan
pengaruh lingkungannya. Mereka sangat mungkin meneruskan pekerjaan orang tuanya,”
tegasnya.
Bersama enam temannya, ia mendirikan taman baca itu dengan dana awal urunan.
Uang Rp 3 juta hasil urunan itu digunakan untuk menyewa dua kamar rumah bekas
wisma 36 di gang 2 A Putat Jaya, Surabaya. Dengan hanya berbekal belasan buku
bacaan, pada 9 Februari 2007, taman baca itu dibuka. Setelah itu seperti keran
air berbagai bantuan buku datang dari beberapa lembaga.
“Taman Baca ini bukan semata milik pribadi
atau milik pendiri tapi taman baca ini milik kita bersama/ milik semua orang
sehingga semua kegiatan yang ada di ‘Kawan Kami’ gratis termasuk relawan
pengajarnya, dengan begitu semua ikut berpartisipasi untuk merawat dan menjaga
kelangsungannya,” jelas Bapak Kartono ketika ditanyakan mengenai ihwal pemberian nama Kawan Kami.
Hambatan
bukannya tidak ditemui oleh bapak Kartono, diawal berdirinya Taman Baca Kawan
Kami. Dari berbelit-belitnya pengurusan izin hingga penarikan ‘upeti’ dari para
oknum menjadi ganjalan. Namun, Kartono tak menghiraukan dan tetap jalan dengan
impiannya.
“Saya ingin mengubah kondisi anak-anak di sini agar lebih baik. Saya
yakin dengan membaca, pola pikir mereka akan berubah dan tidak meniru pekerjaan
yang jelek,” katanya.

“Saya akan berusaha mati-matian untuk
mempertahankan Kawan Kami.
Andai tidak ada yang mau membantu, pinjam rentenir pun akan saya lakukan,”
paparnya.
Pada awal
berdirinya tak banyak anak yang tertarik untuk bermain dan belajar di tempat
tersebut. Ruangan yang ada hanya sebesar (2,5m x 2,5m). Kegiatan belajar
mengajarnya hanya pada hari minggu siang yang dilakukan oleh KAMMI (Kesatuan
Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dari ITS. Sampai kemudian datang para relawan
dari berbagai komunitas, seperti Relawan dari YDSF, komunitas Cerita Menulis Diskusi Online (Chendol),
Remas Al Falah dan Remas Al Akbar.
Kini, perjuangan itu dirasakan manfaatnya. Puluhan anak-anak setiap hari
memenuhi taman baca dengan koleksi buku lebih dari 4.000 eksemplar. Banyak
orang tua mereka yang berprofesi sebagai mucikari dan PSK, merasa tertolong
dengan hadirnya taman baca tersebut. Bahkan, mereka keberatan bila tempat
belajar anak-anak mereka itu pindah atau ditutup.
Taman Baca ‘Kawan Kami’ buka
setiap hari dari jam 9 pagi sampai jam 8 malam. Sementara itu, Jadwal Kegiatan rutin di Taman Baca KAWAN KAMI
:
1.
Menulis
(Sastra), Minggu, Jam Jam : 09.00-11.30
WIB yang diampu oleh Komunitas Penulis Surabaya (Cendol). Beberapakali
performance di luar kompleks. Seperti pada Februari
2012 di Perpustakaan Umum Kota Surabaya dalam acara yang bertemakan tema "Mom,
Please don't Die" , dimana anak-anak dari lokalisasi membacakan
puisinya yang sebelumnya sudah di kompetisikan di Taman Bacaan Kawan Kami,
Dolly.
2.
Bimbingan
Belajar, setiap hari jam 13.00 - 16.00 WIB, oleh : KAMMI-ITS
3.
Seni
Hadrah, Senin jam : 16.30-20.30, oleh : Remas Al Akbar
4.
Mengaji,
setiap hari Kamis jam : 16.30-20.30 Oleh : Relawan YDSF dan Remas Al Akbar.
Anak anak yang belajar Al Quran di “Kawan
Kami”, walaupun di gempur suara bising lagu karaoke namun adik adik tetap
semangat dalam mempelajari Al Quran
5.
Pengembangan Kreativitas dan Pemutaran film Anak
setiap hari Sabtu Jam : 18.30 - 20.30 oleh Relawan YDSF dan Remas Al Falah
Selain
kegiatan rutin, Taman Baca Kawan Kami juga mengadakan kegiatan dalam moment/
event tertentu, seperti pada Bulan Ramadhan diadakan Pesantren Sastra
bekerjasama dengan komunitas grup CENDOL.
“Kawan Kami juga mengadakan kegiatan sosialisasi/ advokasi pencegahan
perdagangan anak baik kepada masyarakat maupun pemerintah khususnya mengenai
pemenuhan ha-hak anak”, jelas Bapak Kartono.

Untuk berkorespondensi dan segala
macam bantuan yang tidak mengikat, “Sukarelawan
pun kami selalu membuka pintu asal sesuai dengan visi kami”, jelas Bapak
Kartono saat mengakhiri wawancara dengan Buletin Pustaka. Siapa saja boleh
datang langsung ke Taman Baca Kawan Kami
di Jl. Putat Jaya Gang IIA /36 Surabaya atau bisa mengungjungi weblog: http://tbkawankami.blogspot.com/ jika ingin informasi yang lebih jelas dapat
menghubungi Bapak Kartono dengan no telp. : 085730004501 /082132502673.
---Semoga mampu
menginspirasi yang lain.... (BM)
bagus sekali taman bacaannya
BalasHapusbts