KETERAMPILAN KOMUNIKASI YANG EFEKTIF SEBAGAI BENTUK
PENGEMBANGAN POTENSI DIRI SEORANG PUSTAKAWAN
Oleh : Runi
Alcitra Amalia, S.Sos.
![]() |
Runi Alcitra Amalia, S.Sos. |
Dalam lingkup
perpustakaan, peran seorang pustakawan sangat besar pengaruhnya. Seorang
pustakawan sebagai individu memiliki potensi diri yang dapat dikembangkan
secara optimal. Pengembangan diri ini dapat terlaksana dengan baik apabila
pustakawan itu mampu menjalin komunikasi yang efektif. Melalui berbagai media
komunikasi, pustakawan dapat mengekspresikan diri, mempengaruhi orang lain,
menjalin kerjasama, dan meningkatkan potensi diri. Dalam hal ini, pustakawan memiliki peran strategis karena
pustakawan bergerak di bidang ilmu pengetahuan dan informasi. Bidang-bidang ini
sangat diperlukan oleh profesi dan fungsional. Pustakawan adalah pelaku langsung
kegiatan layanan, sehingga kualitas pustakawan akan berpengaruh pada kualitas
layanan perpustakaan. Kualitas pustakawan ditentukan oleh
beberapa faktor, antara lain latar belakang pendidikan yang akan menentukan
keahliannya, kepribadiannya, dan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan
berkomunikasi dalam hal ini komunikasi yang efektif sangat penting,
karena dalam pekerjaannya pustakawan akan berhadapan langsung dengan
para pengguna perpustakaan. Keterampilan pustakawan dalam melakukan komunikasi
yang efektif akan menentukan keberhasilan pustakawan tersebut
dalam melaksanakan tugasnya. Dengan
adanya kemampuan komunikasi ini, seorang pustakawan akan mampu membangun konsep
diri, mengaktualisasikan diri, memperoleh kebahagiaan, dan memupuk silaturrahim
dengan sesama.
Pengertian komunikasi yang efektif dapat dikutip dari
paradigma yang dikemukakan oleh Harold
Lasswell dalam karyanya, The structure
and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara
yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai
berikut : Who Says What in Which Chancel
to Whom With what Effect?. Paradigma Lasswell tersebut menunjukkan bahwa
komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan
itu, yakni:
1.
Komunikator (Communicator, source,
sender)
2.
Pesan (Message)
3.
Media (Channel, media)
4.
Komunika (communicant, communicate,
receiver, recipient)
5.
Efek (effect, impact, influence).
Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi
adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yang menimbulkan efek tertentu. ( dalam Effendy, 10 : 2009).
Agar komunikasi yang efektif menjadi berhasil, seorang pustakawan
haruslah memahami maknanya secara mendalam. Kelima unsur diatas haruslah ada,
sehingga apabila komunikasi yang efektif sudah dilakukan maka potensi diri
seorang pustakawan pun menjadi berkembang. Potensi diri dalam ilmu psikologi
adalah kemampuan dan kekuatan yang dimiliki oleh seseorang dan mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang
baik, sedangkan diri adalah seperangkat proses atau ciri-ciri proses fisik,
prilaku dan psikologis yang dimiliki. Kekhasan potensi diri yang dimiliki
seseorang pustakawan berpengaruh besar pada pembentukan pemahaman diri dan
konsep diri. Ini juga terkait erat dengan prestasi yang hendak diraih didalam
hidupnya. Kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dalam konteks potensi diri
adalah jika terolah dengan baik akan memperkembangkan baik secara fisik maupun
mental.
Dalam hubungannya dengan dunia kepustakawanan, potensi diri
yang berkembang dengan baik dalam bidang komunikasi yang efektif akan
memperlancar hubungan yang erat dengan pengguna atau user di perpustakaan.
Pustakawan tersebut akan dianggap mampu, ahli di bidangnya dan bisa dipercaya
karena dari komunikasi yang baik akan dapat mencerminkan penguasaan informasi
di segala bidang. Mudah-mudahan keinginan untuk mengembangkan potensi diri
lewat ketrampilan komunikasi yang efekif bisa diwujudkan dan itu diawali dari
kesadaran diri dari pustakawan tersebut.
Pustakawan
Pertama
Pada
Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar