PNPM
Mandiri Versi Perpustakaan
Oleh
: Heri Abi Burachman Hakim
Setiap negara tentu memiliki cita-cita atau tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Tidak terkecuali bangsa Indonesia, bahkan cita-cita ini diabadikan dan diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Para pendiri bangsa ini sadar betul bahwa kesejateraan rakyat adalah cita-cita yang harus diwujudkan sehingga perlu untuk dicantumkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Bagi bangsa Indonesia Undang-Undang merupakan pedoman bagi penyelenggaraan negara.
![]() |
Heri Abi Burachman Hakim |
Digulirkannya Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau yang lebih dikenal dengan PNPM mandiri
untuk mensejahteranakan masyarakat Indonesia. PNPM Mandiri merupakan program
terbaru, dengan harapan mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan
kerja melalui konsolidasi program-program pemberdayaan masyarakat yang ada di
berbagai kementerian atau lembaga (Tim Penyusun Pedoman Umum PNPM Mandiri,
2007).
Dari konsep yang digunakan dalam program ini, dapat diketahui
bahwa pemerintah mulai menyadari bahwa masyarakat merupakan modal dalam
pembangunan. Pemberdayaan masyarakat merupakan cara yang efektif untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini menjadikan masyarakat
sebagai ujung tombak dalam meningkatan kesejahteraannya sendiri. Masyarakat
menjadi aktor utama dalam penanggulangan kemiskinan yang dilibatkan dari proses
perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Hasil dari program seperti ini dapat dilihat disekitar kita,
masyarakat mulai membangun unit-unit usaha yang dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu dengan dana stimulan yang diberikan oleh
program ini masyarakat mulai membangun infrastruktur ekonomi seperti jalan
secara bersama-sama atau pembangunan infrastrukturnya.
Lalu bagaimana jika konsep Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat Mandiri ini, digunakan
sebagai konsep dalam pengembangan perpustakaan di Tanah Air? Menurut penulis konsep PNPM mandiri ini dapat
ditiru sebagai konsep pengembangan perpustakaan. Program ini memposisikan
masyarakat sebagai ujung tombak dalam pengembangan masyarakat.
Kondisi
Perpustakaan Saat ini
Dunia perpustakaan di Indonesia
saat ini mulai bangkit. Menyadari akan arti penting perpustakaan sebagai
lembaga penyedia informasi kepada masyarakat, perpustakaan mulai bermunculan.
Saat ini tersedia perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi,
perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan komunitas atau bahkan
taman baca yang akan memanjakan minat baca masyarakat.
Berdasarkan data yang
dipublikasikan melalui web Perpustakaan Nasional (www.pnri.go.id), saat ini
terdapat 14468 perpustakaan yang siap melayani masyarakat indonesia dalam
rangka memenuhi kebutuhan bahan bacaan serta melakukan pembinaan minat baca
masyarakat. Jumlah tersebut terdiri dari 9215 perpustakaan sekolah, 759
perpustakaan perguruan tinggi, 2151
perpustakaan umum dan 2343 perpustakaan khusus.
Walaupun jumlah perpustakaan terus
meningkat, namun jika melihat data perpustakaan di atas maka jumlah tersebut
kurang memadai untuk melayani masyarakat Indonesia yang berjumlah 206.264.595 (www.bps.go.id). Jika melihat data
perpustakaan yang ada dengan jumlah penduduk maka sebuah perpustakaan harus melayani
sekitar 14257 orang.
Selain jumlah perpustakaan yang
minim, kondisi berbagai perpustakaan yang ada tersebut bagaikan dua sisi mata
uang, di satu sisi ada perpustakaan maju yang ditopang dengan dana yang
memadai, di sisi lain ada perpustakaan yang hidup dalam keterbatasan dan
dikelola seadanya. Belum lagi
pertumbuhan berbagai perpustakaan tersebut terpusat di kota-kota besar sehingga
masyarakat dipedalaman minimnya aksesnya terhadap perpustakaan. Dengan demikian
ada ketimpangan kualitas perpustakaan di tanah
air.
Pengembangan perpustakaan di tanah air selayaknya memang
menjadi tanggung jawab pemerintah. Melalui Perpustakaan Nasional yang merupakan
kepanjangan tangan dari pemerintah, tanggung jawab pengembangan dan pembinaan
perpustakaan di tanah
air dilaksanakan. Namun
jika melihat jumlah penduduk Indonesia yang terlalui besar serta luasnya
wilayah Indonesia maka untuk mendukung pembinaan dan pengembangan perpustakaan
di tanah air bukanlah pekerjaan
mudah. Sebenarnya untuk mempermudah dan mempercepat proses pembinaan serta
pengembangan perpustakaan di Indonesai dapat, Perpustakaan Nasional dapat
memanfaatkan masyarakat sebagai salah satu komponen untuk mendukung pembinaan
dan pengembangan perpustakaan di tanah
air. Masyarakat belum
dipandang sebagai salah satu komponen penting dalam pembinaan dan pengembangan
perpustakaan di Tanah Air. Padahal jika masyarakat dilibatkan dalam pembinaan
dan pengembangan perpustakaan maka beban yang ada dipundak perpustakaan
nasional semakin ringan.
Masyarakat
sebagai Ujung Tobak
Perpustakaan memiliki fungsi untuk
melayani masyarakat. Sebagai lembaga yang memiliki fungsi melayani masyarakat
lembaga ini senantiasa berada di tengah-tengah masyarakat. Pola interaksi
antara perpustakaan dan masyarakat adalah pola interaksi yang saling
membutuhkan. Eksistensi perpustakaan tidak akan berarti jika tidak diakses oleh
masyarakat. Masyarakat juga berharap perpustakaan terus berkembang sehingga
mampu memenuhi kebutuhan informasi.
Pola interaksi atau hubungan yang
saling membutuhkan ini, maka apabila masyarakat dilibatkan dalam proses
pembinaan dan pengembangan maka tentu dengan senang hati masyarakat akan
berpartisipasi. Masyarakat tentu akan senang jika dilibatkan dalam proses
pengembangan dan pembinaan perpustakaan karena apabila proses pembinaan dan
pengembangan yang dilakukan perpustakaan nasional berhasil maka masyarakat
sendirilah yang akan memperoleh manfaat.
Dalam program pembinaan dan
pengembangan perpustakaan, masyarakat dapat dilibatkan dalam pendanaan dan
pengelolaan perpustakaan. Masyarakat dapat diikut serta dalam pendanaan
perpustakaan dan pengelola perpustakaan. Masih segar diingatan kita tentang
jumlah koin yang berhasil dikumpulkan dalam kegiatan coin for prita atau coin for
balqis mencapai milyaran rupiah. Guna
membantu ibu Prita Mulya Sari dan Balqis masyarakat kemudian mengadakan
kegiatan pengumpulan uang receh atau yang dikenal dengan istilah coint for prita atau coin for balqis dan ternyata nominal
uang yang berhasil dikumpulkan jumlahnya cukup besar. Dengan demikian
sebenarnya masyarakat dapat diposisikan sebagai modal dalam pengembangan
perpustakaan. Masyarakat juga dapat dilibatkan dalam pengelolaan perpustakaan,
tentu dengan bimbingan dari perpustakaan nasional.
Agar masyarakat termotivasi untuk
terlibat dalam pendanaan dan pengelolaan perpustakaan maka perpustakaan
nasional perlu memberikan stimulan. Stimulan yang diberikan dapat berupa uang
pembinaan perpustakaan atau berbagai bantuan fisik lainya seperti buku,
komputer atau gedung untuk pengelolaan perpustakaan. Untuk memperoleh stimulan
ini, masyarakat diwajibkan untuk mengajukan proposal. Namun, sebagai syarat
untuk menyetujui proposal dan memberikan dana stimulan pengembangan
perpustakaan maka masyarakat diharuskan memiliki
modal dasar.
Masyarakat juga perlu diberikan
pelatihan pengelolaan perpustakaan. Pengelolaan tidak hanya dilakukan oleh
pustakawan yang dimiliki perpustakaan nasional karena jumlah pustakawan sangat
terbatas. Pelatihan ini dilakukan secara berkesinambungan dan terencana. Dengan
konsep seperti ini maka tugas perpustakaan nasional dalam usaha pimbanaan dan
pengembangan perpustakaan semakin ringan. Setelah mampu melakukan pengelolaan
perpustakaan maka masyarakat dapat melakukan pengelolaan secara mandiri atau
swadaya. Bahkan masyarakat diberikan keleluasaan untuk merumuskan peraturan
yang berlaku di perpustakaan. Perumusan peraturan perpustakaan yang dirumuskan
oleh masyarakat dapat menjadi salah satu faktor yang memotivasi masyarakat
datang ke perpustakaan.
PNPM Mandiri
Versi Perpustakaan
Jika
melihat realita yang ada di masyarakat PNPM Mandiri ternyata mampu “merangsang”
masyarakat untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Berbagai fasilitas
publik dan program pemberdayaan masyarakat lainnya mampu dilakukan masyarakat
secara mandiri. Dengan program ini maka proses pembangunan atau program
pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah akan lebih cepat
terlaksana karena melibatkan masyarakat.
Pemerintah
melalui PNPM Mandiri memberikan stimulan berupa dana bantuan untuk mendukung program
pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Dana bantuan yang diberikan kepada
masyarakat inilah yang memotivasi masyarakat untuk melakukan pembangunan secara
mandiri. Untuk memperoleh dana bantuan atau dana stimulan tersebut, masyarakat
diwajibkan untuk menyusun proposal dan memiliki modal awal untuk melakukan
kegiatan atau program yang akan dilaksanakan dalam proposal tersebut. Modal
awal yang ada dalam proposal ini disyarakatkan sebagai bentuk keseriusan
masyarakat untuk melakukan pembangunan.
PNPM
mandiri direspon positif oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang termotivasi
untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Jika melihat hasil dari
implementasi PNPM mandiri ini, maka konsep ini layak dijadikan sebagai
referensi untuk membangunan perpustakaan di Tanah Air. Selama ini pembangunan
perpustakaan di tanah
air selalu bertumpu
kepada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah. Dengan mengadopsi konsep
dari PNPM mandiri ini maka peran masyarakat dalam pembangunan perpustakaan di tanah air sebagai besar.
Masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai pihak yang dilayani oleh
perpustakaan, akan tetapi menjadi aktor yang memiliki peranan penting dalam
pembangunan dan pengelolaan perpustakaan itu sendiri.
Seperti
PNPM Mandiri, pemerintah melalui lembaga terkait seperti Perpustakaan Nasional,
Perpustakaan Daerah atau bahkan Dinas Pendidikan dapat memberikan dana stimulan
untuk peningkatan kualitas perpustakaan. Dana stimulan ini diberikan kepada
kelompok masyarakat yang bersedia untuk mengajukan proposal pengembangan
perpustakaan. Bagi masyarakat yang telah memiliki perpustakaan mereka dapat
mengajukan proposal untuk peningkatan
fungsi perpustakaan.
Sementara bagi masyarakat yang belum memiliki
perpustakaan dapat mengajukan proposal untuk membangunan embrio perpustakaan. Namun hendaknya tidak hanya
memberikan stimulan bantuan dana, perpustakaan juga perlu melakukan kegiatan
pendampingan serta evaluasi terhadap pengelolaan perpustakaan.
Jika konsep ini benar-benar terealisasi
maka akan banyak tumbuh perpustakaan di Tanah Air, secara tidak langsung upaya pembinaan minat
baca yang selama ini bertumpu dapat perpustakaan daerah dapat didistribusikan
melalui perpustakaan-perpustakaan yang berada dilingkungan masyarakat. Dengan
demikian maka beban perpustakaan umum dalam melakukan pembinaan minat baca
masyarakat menjadi lebih ringan.
*\Staf Perpustakaan ISI
Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar