Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 25 Oktober 2012

KARENA BUKU AKU TAHU


Oleh: Meka Nitrit Kawasari

            Matahari tepat ditengah-tengah kepala saat aku beranjak menyeberangi jalan raya untuk menuju ke salah satu toko pakaian di kotaku. Panas, bising, berdebu aku rasakan siang itu, berjibun kendaraan baik itu motor, mobil, truk kecil maupun truk tronton berebutan untuk memenuhi jalanan dan nyaris menutupi pandanganku. Aku tetap melaju, melambaikan tangan untuk segera menyeberang dan mendapatkan beberapa barang dari toko itu.
            Brp brp brp brp...Mimpi Adalah Kunci …Sejurus nada sms, ‘Laskar Pelangi’ milik Nidji dari ponselku berbunyi. “Mini Sasandonya udah q siapin ra, berangkat kapan? Mpe ketemu yah”. Sms dari sahabatq Reta, gadis asli Nusa Tenggara Timur. “Ok….makasih ya….ni aq bawain batik…..berangkat selasa, mpe ketemu minggu depan di pulau seberang Reta…..”. Jawabq seketika. Reta adalah salah satu temanku dari propinsi lain.
            Aku membayangkan alat musik sasando khas Rote, NTT yang dibuat dalam bentuk mini itu. Alat musik ini digunakan dengan cara dipetik. Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang terbuat dari bambu. Bagian tengah terdapat dawai yang direntangkan di tabung. Tabung sasando ini diletakkan dalam sebuah wadah yang berbantuk anyaman dari daun lontar yang dibuat seperti kipas. “Asyik bakalan nambah lagi ni koleksi benda-benda khas daerah yang aku miliki”.  Aku tersenyum kecil dan masih meneruskan aksiku di took itu.
JJJ
            Hari selasapun tiba, semua perlengkapan sudah aku siapkan untuk berangkat ke Kota empek-empek. “Batik buat si NTT, Bali, Lampung udah siap, tinggal berangkat dah…sampe ketemu kawan-kawan”. Gumamku sambil menenteng koper dan berjalan keluar kamar.
            Angin pagi yang sejuk meniup jilbabku hingga meliuk-liuk menerba udara di sekitar kepalaku. Rasa senang tak terhingga menelusup seluruh relung hatiku karena aku akan mengunjungi Pulau sebelah Barat Pulau Jawa…Yup Pulau Sumatera, tepatnya Sumatera Selatan. Rasa tak sabar segera ingin melihat dan melewati Jembatan Ampera di Palembang serta mencicipi makanan khasnya, empek-empek…ya setidaknya aku bisa membuktikan semua apa yang tertulis di buku yang pernah ku baca dengan kepala mataku sendiri…
            Sejurus teringat buku pertama yang dibelikan ayahku di masa kecilku, entah apa judul buku itu, buku tentang budaya nusantara. Aku suka sekali buku itu, membuatku tahu tentang budaya dan adat Indonesia dimasa kecilku meskipun belum semua ku tahui. Buku itu bercerita tentang pakaian adat, rumah adat, tarian, lagu, senjata adat, suku, dsb. Dan setelah dewasa, aku tak pernah menyangka dapat berkawan dengan mereka suku asli yang tersebar di Indonesia dan dapat bercerita tentang budaya dan adat mereka.
“Hmmm Alhamdulillah Ya Allah atas kesempatan ini, buku pertama dari Ayah sangat berguna, aku jadi tahu banyak hal”. Kataku dalam hati.
            Sebelum keberangkatanku, aku sudah membaca banyak informasi baik dari buku maupun dari internet tentang kota yang akan aku tuju, lumayan lah buat saku pengetahuan. Ya aku datang ke Palembang melaksanakan tugas yang diberikan padaku mewakili propinsi tempatku tinggal untuk mengikuti kegiatan di tingkat nasional.
            Tepat pukul 16.00 WIB sampailah rombonganku di bandara Internasional Sutan Mahmud Badaruddin II. Perjalanan pun berlanjut ke tempat yang akan dituju dan melewati Jembatan Ampera yang terkenal gagah itu. Aku dan kawanku mengagumi kekokohan dan keindahannya.
Tahu gak Sa, nama jembatan Ampera ini tu ada kepanjangannya lho”. Kataku mulai bercerita.
Oh ya??emang apa??” Selidik Sasa.
Amanat Penderitaan Rakyat, dulu namanya jembatan Musi, karena dibawahnya ntu kan mengalir sungai musi.” Lanjutku denga penuh semangat. “Trus satu lagi ni…dulu ni jembatan bagian tengahnya bisa diangkat lho, jadi klo ada kapal yang lewat gak nubruk tu jembatan”. Tambahku sambil mataku memandang sekeliling jembatan.
Sasa dengan mimik muka keheranan menanggapi penjelasanku, “Waw keren dunk ya…kayak apa klo diangkat….eh tapi kok kamu bisa tahu sih….dari mana???kan baru sekali ini datang kemari…trus kok bias diangkat tengahnya Cuma dulu kenapa?
Ya iyalah secara kan banyak buku tu, sebelum aku berangkat kesini, aq baca-baca buku tentang Palembang, makanya sering baca buku dunk…gini…sekarang kan banyak kendaraan tu karena mobilitas penduduk semakin tinggi, jadi ya dah gak diangkat lagi tengahnya,coba bayangin klo lagi diangkat…bakalan lama mereka nunggu, bisa-bisa pada telat deh ketempat tujuan,belum macetnya”. Jawabku sok tau, dengan kesimpulanku sendiri dari apa yang pernah ku baca.
            JJJ
            Saat yang aku tunggu-tunggu tiba, bertemu dengan kawan-kawan dengan suku, ras dan agama yang berbeda dari seluruh pelosok negeri. Hal yang aku suka adalah bertanya tentang semua apa yang pernah ku baca tentang adat dan kebudayaan mereka. Kawan-kawanku itu senang dengan batik yang aku bawa. Si Eka Bali, Reta NTT, Indri Lampung, Syam Aceh, dll, seneng banget bisa kembali bertemu dengan mereka. Kami saling bertukar bingkisan khas daerah.
            Aku berjalan-jalan ke stan pameran daerah bersama Sasa untuk melihat dan menyentuh hasil karya asli dan budaya dari setiap daerah. Sasa terlihat senang dan terkagum-kagum menikmati seluruh apa yang dia lihat.
Sa, yuk kita ke Stan Bali”. Ajakku
Ayuk….!!!” Sasa berjalan dengan penuh semangat.
“Sa kita foto pake udeng yuk”. Ajakku lagi
Udeng apaan??” Tanya Sasa tanpa dosa
Jiah udeng aja kagak tau, itu lho penutup kepala khas bali, ini ni barangnya” Cerocosku sambil nunjukin udeng. “Di Bali biasanya udeng ini dipake untuk para laki-laki agar rambut mereka rapi kalo mau ikut upacara adat atau ke pura”. Jelasku lebih lanjut.
Ih kamu kok serba tau sih”. Bisik Sasa..
“Ya iyalah…suka baca gitu lho, makanya kamu banyak baca dunk Sa…masa dari tadi aku terus yang jelasin…” Jawabku sambil manyun.
Iya ni aku jadi malu banget, untung sama kamu…pulang dari sini aku mau sering ke perpustakaan kaya kamu ah, tadi ada yang tanya jenis-jenis batik aku gak hafal, untung kamu cepat datang”. Rayu Sasa padaku.
Rasain tu…sekarang baru krasa kan gunanya banyak baca buku, gak cuma facebookan mlulu hahahahha” Ledekku penuh tawa.
            Sasa kawanku akhirnya menjadi seorang kutu buku yang gaul setelah pengalaman berpetualangnya denganku. Aku pun semakin senang membaca berbagai jenis buku atau majalah diberbagai tempat. Senang rasanya buku menolongku untuk lebih tahu banyak tentang semua yang ada di dunia ini. Karena buku akhirnya aku tahu tentang apapun.
Jl. Cenderawasih No 27 RT 02 RW 01 Karangjati Kab. Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar