Matahari
tepat ditengah-tengah kepala saat aku beranjak menyeberangi jalan raya untuk
menuju ke salah satu toko pakaian di kotaku. Panas, bising, berdebu aku rasakan
siang itu, berjibun kendaraan baik itu motor, mobil, truk kecil maupun truk
tronton berebutan untuk memenuhi jalanan dan nyaris menutupi pandanganku. Aku
tetap melaju, melambaikan tangan untuk segera menyeberang dan mendapatkan
beberapa barang dari toko itu.
Brp
brp brp brp...Mimpi Adalah Kunci …Sejurus
nada sms, ‘Laskar Pelangi’ milik Nidji dari ponselku berbunyi. “Mini Sasandonya
udah q siapin ra, berangkat kapan? Mpe ketemu yah”. Sms dari sahabatq Reta,
gadis asli Nusa Tenggara Timur. “Ok….makasih ya….ni aq bawain batik…..berangkat
selasa, mpe ketemu minggu depan di pulau seberang Reta…..”. Jawabq seketika. Reta
adalah salah satu temanku dari propinsi lain.
Aku membayangkan alat musik sasando
khas Rote, NTT yang dibuat dalam bentuk mini itu. Alat musik ini digunakan
dengan cara dipetik. Bagian utama sasando berbentuk tabung panjang yang terbuat
dari bambu. Bagian tengah terdapat dawai yang direntangkan di tabung. Tabung
sasando ini diletakkan dalam sebuah wadah yang berbantuk anyaman dari daun
lontar yang dibuat seperti kipas. “Asyik bakalan nambah lagi ni koleksi
benda-benda khas daerah yang aku miliki”. Aku tersenyum kecil dan masih meneruskan
aksiku di took itu.
JJJ
Hari
selasapun tiba, semua perlengkapan sudah aku siapkan untuk berangkat ke Kota
empek-empek. “Batik buat si NTT, Bali, Lampung udah siap, tinggal berangkat
dah…sampe ketemu kawan-kawan”. Gumamku sambil menenteng koper dan berjalan
keluar kamar.
Angin
pagi yang sejuk meniup jilbabku hingga meliuk-liuk menerba udara di sekitar
kepalaku. Rasa senang tak terhingga menelusup seluruh relung hatiku karena aku
akan mengunjungi Pulau sebelah Barat Pulau Jawa…Yup Pulau Sumatera, tepatnya
Sumatera Selatan. Rasa tak sabar segera ingin melihat dan melewati Jembatan
Ampera di Palembang serta mencicipi makanan khasnya, empek-empek…ya setidaknya
aku bisa membuktikan semua apa yang tertulis di buku yang pernah ku baca dengan
kepala mataku sendiri…
Sejurus teringat buku pertama yang
dibelikan ayahku di masa kecilku, entah apa judul buku itu, buku tentang budaya
nusantara. Aku suka sekali buku itu, membuatku tahu tentang budaya dan adat
Indonesia dimasa kecilku meskipun belum semua ku tahui. Buku itu bercerita
tentang pakaian adat, rumah adat, tarian, lagu, senjata adat, suku, dsb. Dan
setelah dewasa, aku tak pernah menyangka dapat berkawan dengan mereka suku asli
yang tersebar di Indonesia dan dapat bercerita tentang budaya dan adat mereka.
“Hmmm Alhamdulillah Ya Allah atas kesempatan ini, buku
pertama dari Ayah sangat berguna, aku jadi tahu banyak hal”. Kataku dalam hati.
Sebelum
keberangkatanku, aku sudah membaca banyak informasi baik dari buku maupun dari
internet tentang kota yang akan aku tuju, lumayan lah buat saku pengetahuan. Ya
aku datang ke Palembang melaksanakan tugas yang diberikan padaku mewakili
propinsi tempatku tinggal untuk mengikuti kegiatan di tingkat nasional.
Tepat
pukul 16.00 WIB sampailah rombonganku di bandara Internasional Sutan Mahmud
Badaruddin II. Perjalanan pun berlanjut ke tempat yang akan dituju dan melewati
Jembatan Ampera yang terkenal gagah itu. Aku dan kawanku mengagumi kekokohan
dan keindahannya.
“Tahu gak Sa, nama jembatan Ampera ini tu ada
kepanjangannya lho”. Kataku mulai bercerita.
“Oh ya??emang apa??” Selidik Sasa.
“Amanat Penderitaan Rakyat, dulu namanya jembatan
Musi, karena dibawahnya ntu kan mengalir sungai musi.” Lanjutku denga penuh
semangat. “Trus satu lagi ni…dulu ni jembatan bagian tengahnya bisa diangkat
lho, jadi klo ada kapal yang lewat gak nubruk tu jembatan”. Tambahku sambil
mataku memandang sekeliling jembatan.
Sasa dengan mimik muka keheranan menanggapi
penjelasanku, “Waw keren dunk ya…kayak apa klo diangkat….eh tapi kok kamu bisa
tahu sih….dari mana???kan baru sekali ini datang kemari…trus kok bias diangkat
tengahnya Cuma dulu kenapa?”
“Ya iyalah secara kan banyak buku tu, sebelum aku
berangkat kesini, aq baca-baca buku tentang Palembang, makanya sering baca buku
dunk…gini…sekarang kan banyak kendaraan tu karena mobilitas penduduk semakin
tinggi, jadi ya dah gak diangkat lagi tengahnya,coba bayangin klo lagi
diangkat…bakalan lama mereka nunggu, bisa-bisa pada telat deh ketempat
tujuan,belum macetnya”. Jawabku sok tau, dengan kesimpulanku sendiri dari apa
yang pernah ku baca.
JJJ
Saat
yang aku tunggu-tunggu tiba, bertemu dengan kawan-kawan dengan suku, ras dan
agama yang berbeda dari seluruh pelosok negeri. Hal yang aku suka adalah
bertanya tentang semua apa yang pernah ku baca tentang adat dan kebudayaan
mereka. Kawan-kawanku itu senang dengan batik yang aku bawa. Si Eka Bali, Reta
NTT, Indri Lampung, Syam Aceh, dll, seneng banget bisa kembali bertemu dengan
mereka. Kami saling bertukar bingkisan khas daerah.
Aku
berjalan-jalan ke stan pameran daerah bersama Sasa untuk melihat dan menyentuh
hasil karya asli dan budaya dari setiap daerah. Sasa terlihat senang dan
terkagum-kagum menikmati seluruh apa yang dia lihat.
“Sa, yuk kita ke Stan Bali”. Ajakku
“Ayuk….!!!” Sasa berjalan dengan penuh semangat.
“Sa kita foto pake udeng yuk”. Ajakku lagi
“Udeng apaan??” Tanya Sasa tanpa dosa
“Jiah udeng aja kagak tau, itu lho penutup kepala
khas bali, ini ni barangnya” Cerocosku sambil nunjukin udeng. “Di Bali biasanya
udeng ini dipake untuk para laki-laki agar rambut mereka rapi kalo mau ikut
upacara adat atau ke pura”. Jelasku lebih lanjut.
“Ih kamu kok serba tau sih”. Bisik Sasa..
“Ya iyalah…suka baca gitu lho, makanya kamu banyak
baca dunk Sa…masa dari tadi aku terus yang jelasin…” Jawabku sambil manyun.
“Iya ni aku jadi malu banget, untung sama
kamu…pulang dari sini aku mau sering ke perpustakaan kaya kamu ah, tadi ada
yang tanya jenis-jenis batik aku gak hafal, untung kamu cepat datang”. Rayu
Sasa padaku.
“Rasain tu…sekarang baru krasa kan gunanya banyak
baca buku, gak cuma facebookan mlulu hahahahha” Ledekku penuh tawa.
Sasa kawanku akhirnya menjadi seorang kutu buku yang gaul
setelah pengalaman berpetualangnya denganku. Aku pun semakin senang membaca berbagai
jenis buku atau majalah diberbagai tempat. Senang rasanya buku menolongku untuk
lebih tahu banyak tentang semua yang ada di dunia ini. Karena buku akhirnya aku
tahu tentang apapun.
Jl.
Cenderawasih No 27 RT 02 RW 01 Karangjati Kab. Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar