Oleh
: Zulaekah
….Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan (QS. Al
’Alaq : 1).
Itulah
ayat yang pertama kali diturunkan dalam Alqur’an, perintah membaca kepada
manusia. Mestinya tidak sekedar membaca, tetapi membaca untuk menemukan makna
yang terkandung di dalam bacaan yang telah kita baca, dan mengantarkan manusia
pada kesadaran diri bahwa manusia dan segala yang ada di alam semesta adalah
diciptakan oleh Yang Maha Menciptakan, Allah. Tentu saja Allah bukanlah dzat
yang suka bersenda gurau, menciptakan alam semesta dengan sia-sia tanpa ada tujuan
dan manfaatnya. Tugas manusialah mencari informasi dan pengetahuan atas semua
itu, kemudian memanfaatkannya dengan penuh kearifan. Dan yang tidak kalah
penting adalah belajar menumbuhkan kesadaran akan kasih sayang dan
kesempurnaanNya. Semua itu dapat kita peroleh dengan membaca.
Kenapa mesti membaca?
Perintah
membaca merupakan perintah pertama bagi manusia, sudah pasti ada rahasia dan
manfaat yang besar jika hal itu dilakukan manusia. Demikian juga sebaliknya,
jika manusia tidak mau membaca, pasti akan rugi besar. Membaca yang dimaksud di
sini adalah membaca setiap kejadian yang tersirat ataupun tersurat. Membaca
secara tersurat adalah kegiatan membaca sebagaimana dipahami oleh semua orang,
sedangkan membaca setiap kejadian secara tersirat adalah membaca untuk
menemukan makna atas setiap kejadian yang kita temui, amati ataupun alami
sendiri.
Kemampuan
menyerap makna dari membaca secara tersirat akan sangat dipengaruhi dan
didukung oleh kemampuannya menyerap makna atas bacaan yang tersurat. Dengan
demikian semakin banyak kita membaca
buku ataupun sumber bacaan lainnya, maka kemampuan menyerap makna dari kegiatan
membaca secara tersiratpun akan semakin baik dan semakin tajam. Hal ini dapat
dimengerti karena membaca memiliki
banyak manfaat, antara lain :
1.
Memberikan makanan bagi otak dan hati kita
Jika
lambung kita perlu diisi supaya tidak lapar, maka otak dan hati kitapun juga
perlu diisi, agar tidak mati. Tentu sangat berbahaya jika pikiran, mata hati
dan perasaan kita semuanya mati. Agar terus hidup dan berkembang, masing-masing
perlu diberi nutrisi, terutama yang bergizi. Tidak hanya makanan dalam arti
sebenarnya saja yang harus kita pilih agar yang masuk ke lambung kita
benar-benar bergizi, bacaanpun juga harus kita pilih yang bergizi, agar
manfaatnya benar-benar dapat kita rasakan. Bacaan
yang bergizi merupakan bacaan yang mampu menggerakkan mata hati dan pikiran,
sehingga akan berpengaruh secara signifikan pada peningkatan kualitas diri.
Dengan demikian, semakin banyak kita mengkonsumsi bacaan yang bergizi, maka
mata hati dan pikiran kita akan semakin hidup, dan tentunya kualitas diri
kitapun akan semakin meningkat.
2.
Meningkatkan kecerdasan, kemampuan berpikir dan menganalisis.
Manusia
dibekali dengan otak yang super canggih, meski tanpa disertai dengan buku
petunjuk bagaimana cara menggunakan otak secara optimal. Menurut majalah
Scientitic American edisi Nopember 2005, bahwa setiap bayi lahir dibekali
dengan 1 triliun sel otak. Tetapi jumlah sel otak yang luar biasa besar ini
baru potensi. Kecerdasan seseorang tergantung pada koneksi yang terjadi antar
sel. Dan 1 sel bisa membuat koneksi hingga 20.000 koneksi. Kapasitas otak
manusia, bila kita belajar setiap detik hal baru, otak kita akan penuh setelah
30 juta tahun!! Bisa kita bayangkan betapa besar potensi yang dimiliki
kemampuan otak manusia. Sayangnya kebanyakan manusia baru menggunakan sekitar 1
% dari potensi dan kapasitas otaknya.
Dengan banyak membaca,
otak akan memperoleh rangsangan informasi baru. Semakin banyak dirangsang
sambungan sel saraf aktif akan terus berkembang. Informasi baru yang diperoleh
dari hasil membaca buku, tentu berbeda dengan informasi baru yang diperoleh
dari hasil menonton televisi. Ketika menonton televisi, otak cenderung pasif,
karena hanya menerima saja. Hal ini berbeda dengan membaca buku, yang harus
sabar, runtut, teliti, konsentrasi, terkadang harus berpikir sejenak dan
menganalisis hal-hal yang dibacanya. Hal inilah yang menjadikan kegiatan
membaca akan menjadikan sel-sel otak saling terkoneksi. Padahal semakin banyak
terjadi koneksi antar sel, otak kita akan semakin cerdas. Dan hal ini tentu
saja akan sangat mendukung kemampuan berpikir dan menganalisis.
3.
Tidak lagi bagaikan katak di dalam tempurung.
Ibarat
katak di dalam tempurung, dia hanya tahu hal-hal yang ada di dalam pikirannya sendiri. Dengan
membuka tempurungnya, dia akan tahu dunia luar yang maha luas. Buku ibarat
jendela dunia. Dengan membaca buku berarti telah membuka jendela dunia, membuka
pikiran orang lain. Dengan membuka pikiran orang lain, kita tidak lagi hanya
berpedoman pada pikiran kita sendiri,
ketika menyelesaikan berbagai
persoalan, menghadapi berbagai ancaman, gangguan, dan tantangan, serta dalam
menggapai harapan. Buku ditulis berdasarkan pengalaman, pengetahuan bahkan
hasil penelitian yang telah dilakukan orang lain. Semakin banyak buku yang kita
baca, maka semakin banyak pula
pengalaman, pengetahuan dan hasil penelitian yang dapat kita peroleh.
Semua tinggal pakai, tanpa perlu repot melakukan berbagai try and error penelitian, dan tanpa perlu waktu bertahun-tahun
untuk memperoleh pengalaman, bahkan tanpa perlu waktu bertahun-tahun untuk
mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan sebagaimana yang dilakukan para
penulisnya. Tentu saja, semua tergantung seberapa tajam kemampuan kita menyerap
hasil bacaan, dan seberapa besar minat dan kemauan kita menerapkan hasil
bacaan.
4.
Mendukung
keluwesan dalam pergaulan dan kefasihan dalam bertutur kata.
Dengan banyak membaca, pengetahuan dan referensi kita akan
bertambah. Modal informasi dan pengetahuan tentang banyak hal, menjadikan kita
tidak akan canggung ketika berbicara dengan lawan bicara kita, karena kita bisa
menanggapi dengan baik, apa yang disampaikannya. Hal ini akan mendukung rasa
percaya diri kita ketika bergaul dengan berbagai kalangan.
Implementasi
Andai setiap kita adalah
duta baca bagi keluarga , kita akan selalu berusaha untuk menjadi panglima
terdepan dalam menjaga budaya membaca, setidaknya dalam keluarga kita. Jika
masing-masing keluarga menghidupkan budaya membaca, berarti gerakan masyarakat
membaca telah dimulai.
Bagaimana
memulainya?
Anak kecil suka meniru
apa-apa yang dilihatnya. Baik atau buruk, mereka tidak peduli. Seorang anak
(balita) yang dibesarkan dilingkungan yang suka membaca, akan cenderung lebih
suka membaca dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dilingkungan yang tidak
suka membaca. Hal ini disebabkan, pada awal perkembangannya balita hanya
mencontoh tindakan yang kita lakukan tanpa menghayati. Mereka mencetak perilaku
berdasarkan cetakannya (imprinting),
yakni orang tua dari balita tersebut. Oleh karenanya orang tuanyalah yang
berkewajiban menciptakan kebiasaan membaca tersebut.
Disamping menciptakan
lingkungan yang suka membaca, membacakan cerita kepada anak merupakan langkah
kedua yang dapat ditempuh agar anak suka membaca. Membacakan cerita bagi anak
dan bukan sekedar mendongeng tanpa membawa buku, terutama kepada anak yang
belum bisa membaca dapat dimulai seawal mungkin, bahkan mulai bulan-bulan awal
kelahirannya. Meskipun bayi belum mengerti terhadap apa yang kita lakukan/baca,
kegiatan memberi pengalaman pra membaca
semacam ini, akan mendorong rasa ketertarikan anak terhadap buku bacaan di
kelak kemudian hari, disamping memperkuat
keinginannya untuk bisa segera membaca.
Masa kesiapan membaca
bagi anak (reading readiness) tentu
berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Tetapi jika pengalaman pra
membaca sudah kita berikan lebih awal, maka masa kesiapan membaca merekapun akan
datang lebih awal pula.
Menurut Dr Mohammad
Fauzil Adhim dalam bukunya Membuat Anak Gila Membaca Tahun 2004, Tips yang
dapat diterapkan agar kegiatan pemberian pengalaman pra membaca kepada anak
terasa menyenangkan dan dapat mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan,
antara lain adalah :
a.
Berikan
kehangatan emosi pada anak ketika kita membacakan cerita.
Kehangatan emosional yang
lahir dari tulusnya kasih sayang, akan membuat anak menemukan perasaan positip,
penghargaan, penerimaan dan kasih sayang. Suasana ini akan menumbuhkan gairah
dan semangat dalam melakukan berbagai aktifitas, termasuk juga dalam
kegiatan belajar.
b.
Upayakan
agar kegiatan pra membaca terasa seperti bermain.
Harus demikian mengingat
masa kanak-kanak adalah masa bermain. Dengan bermain anak akan dapat
mengembangkan daya pikirnya, meluaskan rasa ingin tahunya dan menyibukkan panca
inderanya.
Agar kegiatan pra membaca terasa seperti bermain, tipsnya adalah
:
·
Dorong
anak untuk suka pada kegiatan membaca dan bukan bisa membaca. Caranya, pada
saat kita membacakan cerita kepada anak, upayakan agar kita bisa membaca secara
atraktif, ekspresif dan kalau perlu teatrikal.
· Biarkan anak mengerti
terhadap makna dari kalimat yang kita bacakan. Jika pada awal-awal
kegiatan pra membaca, kita hanya boleh membuat anak suka dan bukan bisa,
langkah selanjutnya adalah upayakan agar anak bisa mengerti kalimat yang kita bacakan. Dengan
improvisasi, kita juga bisa menjelaskan makna dari kalimat yang kita bacakan,
tentu saja perlu disampaikan dengan bahasa yang dimengerti anak.
·
Jangan
membebani anak. Jika
kita melihat anak mulai bosan terhadap bacaan yang kita bacakan, hentikan
kegiatan membaca, jangan tunggu sampai anak bosan. Kebiasaan menunggu sampai
anak benar-benar bosan, akan mematikan gairah anak untuk memulai lagi kegiatan
membaca di waktu lain.
·
Jangan
terlalu akademik. Materi/bahan
bacaan yang kita bacakan pada anak, pilih bacaan yang tidak terlalu akademik,
pilih materi yang ringan tetapi bermutu.
Di samping beberapa hal sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Mohammad
Fauzil Adhim tersebut, hal-hal yang mestinya kita lakukan pada saat
memberi pengalaman pra membaca kepada
anak adalah :
i.
Berikan
pujian kepada anak kita yang telah berusaha untuk membaca.
Siapapun pasti akan suka
dipuji. Dengan begitu anak akan senang mengulang kegiatan yang sama.
ii.
Jangan
kuatir jika anak kita ingin membaca buku yang sama setiap saat.
Anak-anak biasanya
menikmati kegiatan pengulangan, karena akan dapat membantu mereka untuk lebih
memahami cerita.
iii.
Jika
anak sudah bisa membaca sendiri, dampingi mereka setiap saat kita memiliki
kesempatan.
Pada saat mendampingi,
kita bisa membaca buku yang lain, ataupun membaca buku yang sama bersama anak,
sambil menjelaskan atau mendiskusikannya. Dengan membaca buku yang lain di
dekatnya, anak akan tahu bahwa orang tuanya suka buku dan biasa membaca buku,
sehingga merekapun akan menirunya.
Dengan menjelaskan atau mendiskusikan isi bacaan, anak akan lebih memahami apa
yang dibacanya.
iv.
Biarkan
anak memilih sendiri buku yang mereka sukai.
Ada
sebagian orang tua yang tidak suka ketika anak mereka membaca buku cerita/fiksi.
Mereka selalu mengarahkan anak mereka untuk membaca buku-buku pengetahuan. Hal
ini tidak sepenuhnya salah atau benar. Buku-buku pengetahuan sudah pasti akan
menambah pengetahuan anak, dan menjadikan anak semakin cerdas, karena memiliki
pengetahuan yang luas. Tetapi bukan berarti buku cerita tidak dibutuhkan. Anak
yang di usia emasnya (0 – 5 th) sering dibacakan atau membaca sendiri buku
cerita/fiksi, mereka akan lebih mudah memahami isi cerita ataupun bacaan
lainnya. Kebiasaan ini akan sangat membantu mereka dalam memahami pelajaran di
sekolah nantinya, bahkan pada pelajaran matematika sekalipun. Anak anak yang
hanya diperbolehkan membaca buku-buku pengetahuan mungkin akan dapat dengan
mudah menyelesaikan soal-soal matematika biasa. Tetapi jika mereka dihadapkan
pada soal matematika yang dikemas dalam bentuk cerita, mereka akan mengalami kesulitan
dalam menyelesaikannya!
Staf Kantor
Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Semarang
blognya sangat bagus kak makasih kak
BalasHapussurat al imran