Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Minggu, 04 November 2012

Andai setiap kita adalah Duta Baca Keluarga


Oleh : Zulaekah
….Bacalah dengan nama Tuhanmu Yang Menciptakan (QS. Al ’Alaq : 1).
Itulah ayat yang pertama kali diturunkan dalam Alqur’an, perintah membaca kepada manusia. Mestinya tidak sekedar membaca, tetapi membaca untuk menemukan makna yang terkandung di dalam bacaan yang telah kita baca, dan mengantarkan manusia pada kesadaran diri bahwa manusia dan segala yang ada di alam semesta adalah diciptakan oleh Yang Maha Menciptakan, Allah. Tentu saja Allah bukanlah dzat yang suka bersenda gurau, menciptakan alam semesta dengan sia-sia tanpa ada tujuan dan manfaatnya. Tugas manusialah mencari informasi dan pengetahuan atas semua itu, kemudian memanfaatkannya dengan penuh kearifan. Dan yang tidak kalah penting adalah  belajar menumbuhkan  kesadaran akan kasih sayang dan kesempurnaanNya. Semua itu dapat kita peroleh dengan membaca.
Kenapa mesti membaca?
Perintah membaca merupakan perintah pertama bagi manusia, sudah pasti ada rahasia dan manfaat yang besar jika hal itu dilakukan manusia. Demikian juga sebaliknya, jika manusia tidak mau membaca, pasti akan rugi besar. Membaca yang dimaksud di sini adalah membaca setiap kejadian yang tersirat ataupun tersurat. Membaca secara tersurat adalah kegiatan membaca sebagaimana dipahami oleh semua orang, sedangkan membaca setiap kejadian secara tersirat adalah membaca untuk menemukan makna atas setiap kejadian yang kita temui, amati ataupun alami sendiri.
Kemampuan menyerap makna dari membaca secara tersirat akan sangat dipengaruhi dan didukung oleh kemampuannya menyerap makna atas bacaan yang tersurat. Dengan demikian semakin banyak kita  membaca buku ataupun sumber bacaan lainnya, maka kemampuan menyerap makna dari kegiatan membaca secara tersiratpun akan semakin baik dan semakin tajam. Hal ini dapat dimengerti karena membaca   memiliki banyak manfaat, antara lain :
1.      Memberikan makanan bagi otak dan hati kita
Jika lambung kita perlu diisi supaya tidak lapar, maka otak dan hati kitapun juga perlu diisi, agar tidak mati. Tentu sangat berbahaya jika pikiran, mata hati dan perasaan kita semuanya mati. Agar terus hidup dan berkembang, masing-masing perlu diberi nutrisi, terutama yang bergizi. Tidak hanya makanan dalam arti sebenarnya saja yang harus kita pilih agar yang masuk ke lambung kita benar-benar bergizi, bacaanpun juga harus kita pilih yang bergizi, agar manfaatnya benar-benar dapat kita rasakan. Bacaan yang bergizi merupakan bacaan yang mampu menggerakkan mata hati dan pikiran, sehingga akan berpengaruh secara signifikan pada peningkatan kualitas diri. Dengan demikian, semakin banyak kita mengkonsumsi bacaan yang bergizi, maka mata hati dan pikiran kita akan semakin hidup, dan tentunya kualitas diri kitapun akan semakin meningkat.
2.      Meningkatkan kecerdasan, kemampuan berpikir dan menganalisis.
Manusia dibekali dengan otak yang super canggih, meski tanpa disertai dengan buku petunjuk bagaimana cara menggunakan otak secara optimal. Menurut majalah Scientitic American edisi Nopember 2005, bahwa setiap bayi lahir dibekali dengan 1 triliun sel otak. Tetapi jumlah sel otak yang luar biasa besar ini baru potensi. Kecerdasan seseorang tergantung pada koneksi yang terjadi antar sel. Dan 1 sel bisa membuat koneksi hingga 20.000 koneksi. Kapasitas otak manusia, bila kita belajar setiap detik hal baru, otak kita akan penuh setelah 30 juta tahun!! Bisa kita bayangkan betapa besar potensi yang dimiliki kemampuan otak manusia. Sayangnya kebanyakan manusia baru menggunakan sekitar 1 % dari potensi dan kapasitas otaknya.
Dengan banyak membaca, otak akan memperoleh rangsangan informasi baru. Semakin banyak dirangsang sambungan sel saraf aktif akan terus berkembang. Informasi baru yang diperoleh dari hasil membaca buku, tentu berbeda dengan informasi baru yang diperoleh dari hasil menonton televisi. Ketika menonton televisi, otak cenderung pasif, karena hanya menerima saja. Hal ini berbeda dengan membaca buku, yang harus sabar, runtut, teliti, konsentrasi, terkadang harus berpikir sejenak dan menganalisis hal-hal yang dibacanya. Hal inilah yang menjadikan kegiatan membaca akan menjadikan sel-sel otak saling terkoneksi. Padahal semakin banyak terjadi koneksi antar sel, otak kita akan semakin cerdas. Dan hal ini tentu saja akan sangat mendukung kemampuan berpikir dan menganalisis.
3.      Tidak lagi bagaikan katak di dalam tempurung.
Ibarat katak di dalam tempurung, dia hanya tahu hal-hal  yang ada di dalam pikirannya sendiri. Dengan membuka tempurungnya, dia akan tahu dunia luar yang maha luas. Buku ibarat jendela dunia. Dengan membaca buku berarti telah membuka jendela dunia, membuka pikiran orang lain. Dengan membuka pikiran orang lain, kita tidak lagi hanya berpedoman pada pikiran kita sendiri,   ketika  menyelesaikan berbagai persoalan, menghadapi berbagai ancaman, gangguan, dan tantangan, serta dalam menggapai harapan. Buku ditulis berdasarkan pengalaman, pengetahuan bahkan hasil penelitian yang telah dilakukan orang lain. Semakin banyak buku yang kita baca, maka semakin banyak pula  pengalaman, pengetahuan dan hasil penelitian yang dapat kita peroleh. Semua tinggal pakai, tanpa perlu repot melakukan berbagai try and error penelitian, dan tanpa perlu waktu bertahun-tahun untuk memperoleh pengalaman, bahkan tanpa perlu waktu bertahun-tahun untuk mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan sebagaimana yang dilakukan para penulisnya. Tentu saja, semua tergantung seberapa tajam kemampuan kita menyerap hasil bacaan, dan seberapa besar minat dan kemauan kita menerapkan hasil bacaan.
4.      Mendukung keluwesan dalam pergaulan dan kefasihan dalam bertutur kata.
   Dengan banyak membaca, pengetahuan dan referensi kita akan bertambah. Modal informasi dan pengetahuan tentang banyak hal, menjadikan kita tidak akan canggung ketika berbicara dengan lawan bicara kita, karena kita bisa menanggapi dengan baik, apa yang disampaikannya. Hal ini akan mendukung rasa percaya diri kita ketika bergaul dengan berbagai kalangan. 
Implementasi
Andai setiap kita adalah duta baca bagi keluarga , kita akan selalu berusaha untuk menjadi panglima terdepan dalam menjaga budaya membaca, setidaknya dalam keluarga kita. Jika masing-masing keluarga menghidupkan budaya membaca, berarti gerakan masyarakat membaca telah dimulai.
Bagaimana memulainya?
Anak kecil suka meniru apa-apa yang dilihatnya. Baik atau buruk, mereka tidak peduli. Seorang anak (balita) yang dibesarkan dilingkungan yang suka membaca, akan cenderung lebih suka membaca dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dilingkungan yang tidak suka membaca. Hal ini disebabkan, pada awal perkembangannya balita hanya mencontoh tindakan yang kita lakukan tanpa menghayati. Mereka mencetak perilaku berdasarkan cetakannya (imprinting), yakni orang tua dari balita tersebut. Oleh karenanya orang tuanyalah yang berkewajiban menciptakan kebiasaan membaca tersebut.
Disamping menciptakan lingkungan yang suka membaca, membacakan cerita kepada anak merupakan langkah kedua yang dapat ditempuh agar anak suka membaca. Membacakan cerita bagi anak dan bukan sekedar mendongeng tanpa membawa buku, terutama kepada anak yang belum bisa membaca dapat dimulai seawal mungkin, bahkan mulai bulan-bulan awal kelahirannya. Meskipun bayi belum mengerti terhadap apa yang kita lakukan/baca, kegiatan memberi pengalaman pra membaca semacam ini, akan mendorong rasa ketertarikan anak terhadap buku bacaan di kelak kemudian hari, disamping memperkuat  keinginannya untuk bisa segera membaca.
Masa kesiapan membaca bagi anak (reading readiness) tentu berbeda antara anak yang satu dengan yang lainnya. Tetapi jika pengalaman pra membaca sudah kita berikan lebih awal, maka masa kesiapan membaca merekapun akan datang lebih awal pula.
Menurut Dr Mohammad Fauzil Adhim dalam bukunya Membuat Anak Gila Membaca Tahun 2004, Tips yang dapat diterapkan agar kegiatan pemberian pengalaman pra membaca kepada anak terasa menyenangkan dan dapat mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan, antara lain adalah :
a.    Berikan kehangatan emosi pada anak ketika kita membacakan cerita.
Kehangatan emosional yang lahir dari tulusnya kasih sayang, akan membuat anak menemukan perasaan positip, penghargaan, penerimaan dan kasih sayang. Suasana ini akan menumbuhkan gairah dan semangat dalam melakukan berbagai aktifitas, termasuk juga dalam kegiatan  belajar.      
b.    Upayakan agar kegiatan pra membaca terasa seperti bermain.
Harus demikian mengingat masa kanak-kanak adalah masa bermain. Dengan bermain anak akan dapat mengembangkan daya pikirnya, meluaskan rasa ingin tahunya dan menyibukkan panca inderanya.
    Agar kegiatan pra membaca terasa seperti bermain, tipsnya adalah :
·      Dorong anak untuk suka pada kegiatan membaca dan bukan bisa membaca. Caranya, pada saat kita membacakan cerita kepada anak, upayakan agar kita bisa membaca secara atraktif, ekspresif dan kalau perlu teatrikal.
·      Biarkan anak mengerti terhadap makna dari kalimat yang kita bacakan. Jika pada awal-awal kegiatan pra membaca, kita hanya boleh membuat anak suka dan bukan bisa, langkah selanjutnya adalah upayakan agar anak bisa mengerti  kalimat yang kita bacakan. Dengan improvisasi, kita juga bisa menjelaskan makna dari kalimat yang kita bacakan, tentu saja perlu disampaikan dengan bahasa yang  dimengerti anak.
·         Jangan membebani anak. Jika kita melihat anak mulai bosan terhadap bacaan yang kita bacakan, hentikan kegiatan membaca, jangan tunggu sampai anak bosan. Kebiasaan menunggu sampai anak benar-benar bosan, akan mematikan gairah anak untuk memulai lagi kegiatan membaca di waktu lain.
·      Jangan terlalu akademik. Materi/bahan bacaan yang kita bacakan pada anak, pilih bacaan yang tidak terlalu akademik, pilih materi yang ringan tetapi bermutu.
   Di samping beberapa hal sebagaimana dikemukakan oleh Dr. Mohammad Fauzil Adhim tersebut, hal-hal yang mestinya kita lakukan pada saat memberi  pengalaman pra membaca kepada anak adalah :
 i.     Berikan pujian kepada anak kita yang telah berusaha untuk membaca.
Siapapun pasti akan suka dipuji. Dengan begitu anak akan senang mengulang kegiatan yang sama.
ii.     Jangan kuatir jika anak kita ingin membaca buku yang sama setiap saat.
Anak-anak biasanya menikmati kegiatan pengulangan, karena akan dapat membantu mereka untuk lebih memahami cerita.
iii.     Jika anak sudah bisa membaca sendiri, dampingi mereka setiap saat kita memiliki kesempatan.
Pada saat mendampingi, kita bisa membaca buku yang lain, ataupun membaca buku yang sama bersama anak, sambil menjelaskan atau mendiskusikannya. Dengan membaca buku yang lain di dekatnya, anak akan tahu bahwa orang tuanya suka buku dan biasa membaca buku, sehingga merekapun akan  menirunya. Dengan menjelaskan atau mendiskusikan isi bacaan, anak akan lebih memahami apa yang dibacanya.
iv.     Biarkan anak memilih sendiri buku yang mereka sukai.
Ada sebagian orang tua yang tidak suka ketika anak mereka membaca buku cerita/fiksi. Mereka selalu mengarahkan anak mereka untuk membaca buku-buku pengetahuan. Hal ini tidak sepenuhnya salah atau benar. Buku-buku pengetahuan sudah pasti akan menambah pengetahuan anak, dan menjadikan anak semakin cerdas, karena memiliki pengetahuan yang luas. Tetapi bukan berarti buku cerita tidak dibutuhkan. Anak yang di usia emasnya (0 – 5 th) sering dibacakan atau membaca sendiri buku cerita/fiksi, mereka akan lebih mudah memahami isi cerita ataupun bacaan lainnya. Kebiasaan ini akan sangat membantu mereka dalam memahami pelajaran di sekolah nantinya, bahkan pada pelajaran matematika sekalipun. Anak anak yang hanya diperbolehkan membaca buku-buku pengetahuan mungkin akan dapat dengan mudah menyelesaikan soal-soal matematika biasa. Tetapi jika mereka dihadapkan pada soal matematika yang dikemas dalam bentuk cerita, mereka akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikannya!
Staf Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kab. Semarang 

1 komentar: