Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 27 Juli 2012

Perpustakaan Ceria


Perpustakaan Ceria

Desa Jleper Kecamatan Mijen Kabupaten Demak
Bersama Kami Membaca dan Ceria Mengenggam Dunia

Perpustakaan Ceria
Sepak terjang menumbuhkembangkan minat baca, dimulai Perpustakaan Ceria sejak 11 Januari 2010, diawali oleh para "pegiat baca buku" di desa Jleper, yang secara terus menerus mencari ‘modal’ buku untuk perpustakaan yang mereka impikan.
Kemudian secara resmi, Perpustakaan Ceria dibuka setahun kemudian, tepatnya pada 6 Februari 2012. Yang membanggakan, Bapak Bupati Demak, yaitu Bapak (Alm.) Drs. Tafta Zaini, M.M. berkenan hadir dan meresmikan perpustakaan ini.
Baru pertama kali rasanya terjadi, Bupati berkenan meresmikan perpustakaan di tingkat desa”, ungkap Bapak dr. Abdur Rohman. Dengan kehadiran Bapak Bupati pula keberadaan perpustakaan Ceria menjadi ‘terkenal’ di seluruh desa Jleper.

TERTIB ARSIP MENDUKUNG TERTIB ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


TERTIB ARSIP MENDUKUNG TERTIB ADMINISTRASI PEMERINTAHAN


Pemberlakukan Undang-undang RI nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan menegaskan pentingnya tertib administrasi untuk menciptakan pemerintahan yang baik dan tertib (good governance). Landasan hukum itu menjadi semacam alarm pengingat yang kuat bagi pemangku kepentingan untuk sadar tentang keberadaan arsip.
Selama ini banyak pelaksana pemerintahan yang masih memandang rendah arsip di lingkungan kerjanya. Arsip lebih banyak dimaknai sebagai tumpukan kertas atau kumpulan data dan fakta dalam berbagai bentuk yang harus disimpan rapi dalam filling cabinet. Padahal, arsip bisa menjadi identitas bangsa sekaligus bahan pertanggungjawaban kepada publik yang harus dikelola secara aktif.
Lewat arsip pula, dapat diwariskan berbagai nilai kehidupan dan fakta sejarah kepada generasi penerus.

Kami Ingin Bahagia


Kami Ingin Bahagia


Seorang perempuan kelelahan mencari diri
Berteriak pada laut dan gunung:
Aku ingin berkarya!
Aku akan menapak jalan panjang
Mungkin sesekali terantuk batu kelabu
tapi bisa membuatku terjaga
Ijinkan aku bersimbah peluh
untuk bisa belajar mensyukuri karunia
Sehingga aku bijaksana

Seorang laki–laki kelelahan berlari
Berteriak pada langit dan bumi:
Aku masih muda!
Aku akan menjelajah dunia
Mungkin sesekali terpanggang terik surya
tapi bisa menjadikanku waspada
Ijinkan aku berlumur lumpur
untuk bisa belajar memahami ikhlas
Sehingga aku berharga

Kami ingin bahagia


Karya :
Yunita, Ambarawa

Bimbingan Teknis Pengelola Perpustakaan Desa, Sekolah dan Rumah Ibadah Tahun 2012


 Bimbingan Teknis
Pengelola Perpustakaan Desa, Sekolah dan Rumah Ibadah

Tahun 2012


Sesuai amanat Undang Undang  RI Nomor  43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan  bahwa salah satu upaya yang dilakukan agar fungsi perpustakaan dapat berjalan secara optimal yaitu sebagai wahana belajar, penelitian, pelestarian informasi dan rekreasi  diharapkan juga menjadi bagian hidup keseharian masyarakat, maka Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang menyelenggarakan Bintek Pengelolaan Perpustakaan Desa, Sekolah dan Rumah Ibadah tahun 2012.
Bimbingan teknis diselenggarakan dengan harapan agar ada pemahaman pola pikir dan peningkatan pengetahuan yang sama dalam mengelola perpustakaan dengan baik khususnya bagi pengelola perpustakaan desa, sekolah maupun rumah ibadah, sehingga ke depan mampu memberikan motivasi kepada masyarakat tentang pentingnya budaya dan minat baca.

Perpustakaan Fun n Smart

by Kusbiyanto-Ambarawa


Kasih Sayangmu Mbak Nur....
Oleh : Sugito

Sore itu Sang Surya pun tenggelam tanpa saya ketahui dengan pasti, karena sejak pagi  memang enggan memancarkan sinarnya alias mendung selalu bergayut. Gema adzan baru saja berlalu dan aku baru saja menunaikan  sholat Maghrib, tiba-tiba Nita anakku minta ditemani  belajar. Menurut ceritanya ada pekerjaan rumah yang tidak bisa dikerjakan. Pesan ibu guru kalau tidak bisa disuruh tanya orang tua.
Bapak ada PR,.. tapi sulit pak?”, tanya Nita kepadaku manja.
PR nya apa ?”, jawabku sambil menghampirinya di meja belajar.
PR IPA, disuruh mencari penemu-penemu itu lho Pak, sudah tak cari dalam buku ini tapi tidak ada”, jawabnya sambil menunjukkan bukunya.  
Aku berusaha menenangkan anakku sambil mencari jawaban atas pertanyaan tersebut. Dua buku IPA dan satu LKS sudah dibuka beberapa kali, memang nama-nama penemu tidak ada dalam buku tersebut. Dalam hati aku berkata, “PR anak SD kok ya sulit temen to ya ya.”
Bapak juga tidak menemukan, bagaimana kalau besok kira-kira jam satu siang kita ke tempat  Mbak Nurhayati untuk mencarikan jawabannya di Perpustakaan Desa itu”, jawabku pelan.

Nonton film sambil belajar sejarah


Nonton film sambil belajar sejarah


Senin, 4 Juni 2012 di R. Baca Anak Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa diadakan acara Nonton film Cut Nyak Dien. Film tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia, khususnya rakyat Aceh ini disutradarai oleh Eros Jarot dan bintang utama aktris Christine Hakim.
Acara nonton film ini bertujuan menjadikan perpustakaan sebagai tempat belajar, salah satunya belajar sejarah melalui media film, membuat masyarakat merasa dekat dengan buku tanpa harus memaksanya.
Kegiatan yang dimulai pada jam 14.00, dimaksudkan agar masyarakat umum memiliki waktu luang untuk datang ke perpustakaan dan melihat film tersebut, tentunya tujuan utama bagi anak-anak sekolah. Sekaligus mempromosikan jam buka perpustakaan yang ditambah, untuk sementara (ujicoba). Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa pada hari Senin sampai Rabu jam buka layanan sampai dengan jam 17.00 wi,b untuk bisa melayani para pekerja ataupun siswa sekolah yang pada pagi hari sibuk dengan aktivitas mereka.

GEDONG  SONGO DALAM LEGENDA

  diceritakan kembali oleh : Devibrata

Di Pulau Jawa pernah berdiri sebuah kerajaan yang bernama  ‘KALINGGA‘ dan diperintah oleh seorang Ratu yang bernama PUTRI SHIMA, berasal dari wangsa  Sanjaya. Seorang ratu cantik, arif bijaksana, tegas, dan berhati mulia yang selalu memperhatikan rakyatnya baik dalam urusan material maupun spiritual. Sehingga masyarakat dapat hidup rukun damai sejahtera adil dan makmur dalam rengkuhan Sang Ratu.
Dalam rangka memenuhi sarana peribadatan,  sang ratu ingin membangun tempat pemujaan pada Hyang Tunggal  yang megah dan berlokasi di puncak meru Suralaya dalam ujud Candi. Maka dipanggillah Hajar Salokantara dan Hajar Watangrana,  ditugaskan untuk mewujudkan impian sang ratu. Disertai Ariwulan pembantu Sang ratu  yang pandai, prigel dan cantik serta beratus prajurit pilihan berangkatlah rombongan Hajar Salokantara menuju arah barat mencari puncak meru suralaya titik dimana akan dibangun candi.

DARI KEBATAN HINGGA KRADENAN


DARI KEBATAN HINGGA KRADENAN

Tutur Tinular Sejarah Desa Kradenan


Desa ini tergolong desa yang cukup tua, ini terbukti dengan sering ditemukannya barang-barang kuno dibeberapa lokasi. Seperti alat-alat rumah tangga perhiasan dan senjata yang terpendam. Juga terdapat kuburan 2 yang tidak diketahui siapa yang dimakamkan disitu, masayarakat setempat menyebutnya “Kuburan Budha”.
Yang jelas, ketika masa berpindahnya ibu kota Kerajaan Mataram dari Pleret (Kota Gede) ke Kartosuro, desa ini sudah ada, bahkan masyarakat setempat ikut ambil bagian dalam pembangunan Kedaton (Istana Keraton Kartosuro). Sebagian dari kebutuhan batubata (bata merah) untuk keperluan pembangunan keraton diambil dari desa ini. Tempat pembuatan batu bata tadi, masyarakat menyebutnya Kartosuran (Tosuran), yang terletak di dusun Kluwihan. Sedangkan Tobongan tempat pembakarannya masih terlihat bekasnya. Penduduk setempat menyebutnya dengan nama Secandi, dan menganggapnya tempat itu tempat keramat. Tidak seorangpun yang berani mengambil batu-batu bata yang masih tersisa disitu walau jumlahnya cukup banyak.

ALAMAK, HARUS TERAPI NIH


ALAMAK, HARUS TERAPI NIH

Oleh: Meka Nitrit Kawasari, SS

            Seorang ibu beranak tunggal tiba-tiba syok setelah mendengar pernyataan anaknya, bahwa sang anak harus melakukan terapi setiap hari. Apa yang dipikirkan ibu itu? Sang ibu berpikir anak semata wayangnya yang masih tergolong muda itu terserang sebuah penyakit berbahaya, semacam kanker, ginjal dsb. Yah orang tua mana yang gak khawatir ketika anaknya mengidap sebuah penyakit? Berbagai usaha pasti akan dilakukan demi kesembuhan sang anak.
Mey         : “Bunda jangan khawatir…Mey tu mau pake terapi menulis biar gak gampang stress…terapi ini juga bagus banget lho buat bunda” 
Bunda      :“Ha????menulis bisa buat terapi???
Mey         : “Iya Bun…Coba Bunda baca artikel ini”. Sambil menunjukkan artikel disebuah situs interet.
Bunda      : “Alamak!!!musti ikutan terapi menulis nih”.
            Sekilas cerita yang akan menghantarkan pembaca memasuki suatu pengetahun baru (bagi yang belum tahu) dan menguatkan pengetahuan (bagi yang sudah tahu). Ssssstttt….kita simak yuk!!!
            Pada percakapan di atas, pembaca sudah mendapatkan bocoran apa sih yang akan kita bicarakan? Yup TERAPI MENULIS. Hmmm pasti ada yang heran deh kok menulis bisa dijadikan terapi kan? Ini bukan sihir apalagi sulap, akan tetapi memang begitu kenyataan yang telah terjadi.

SAKA PUSTAKA : MEMBANTU MENUMBUHKAN MINAT BACA


SAKA PUSTAKA : MEMBANTU MENUMBUHKAN MINAT BACA

Oleh : Santoso Mahargono, A.Md.

Saka Pustaka, apakah itu?, Pramuka dan Perpustakaan, demikianlah sebuah istilah ini digabungkan. Pramuka sebagai gerakan pendidikan pada jalur pendidikan non formal merupakan bagian tak terpisahkan dari sistem pendidikan guna menyiapkan anak bangsa yang berkualitas baik moral, mental, spiritual, intlelektual, emosional, maupun fisik dan ketrampilan. Selanjutnya Perpustakaan sebagai organisasi informasi yang memiliki manajemen dan sumber informasi yang mampu didayakan dalam upaya memenuhi kebutuhan pembelajaran sepanjang hayat dalam kehidupan manusia. Sebuah keterkaitan yang dapat saling tarik menarik dan memberikan manfaat yang berdaya guna tinggi. Secara historis, Gerakan Pramuka di Indonesia lahir pada tanggal 14 Agustus 1961, sebelumnya biasa disebut Gerakan Kepanduan Nasional Indonesia. Seiring perjalanan waktu, lahir pula Saka Pustaka yang menyalurkan minat, mengembangkan bakat dan pengalaman para Pramuka dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Secara umum tujuan dibentuknya Pramuka sendiri  adalah menumbuhkan tunas bangsa menjadi generasi yang dapat menjaga keutuhan, persatuan dan kesatuan bangsa, bertanggungjawab serta mampu mengisi kemerdekaan Indonesia.

Kegelisahan Pustakawan Sekolah, Menyikapi Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008


Kegelisahan Pustakawan Sekolah, Menyikapi Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008

 B. Endang Sudarti Respatiningsih, SIP.

Pustakawan Sekolah akhir – akhir ini merasakan resah dan gelisah mengapa timbul pendapat (opini) semacam ini, hal tersebut disebabkan karena munculnya isu -isu mutakhir yang membenarkan bahwa pengangkatan Kepala Perpustakan Sekolah bagi profesi lain (para guru) dengan berpedoman pada  Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 yang intinya adalah Peluang pengangkatan guru sebagai Kepala Perpustakaan Sekolah dengan penghargaan Nilai Angka Kredit 12, Selain hal tersebut ada fenomena  indikasi bahwa jabatan Kepala Perpustakaan Sekolah untuk tempat penampungan Kepala sekolah yang sudah dua periode 4 tahunan sebagai kepala sekolah, maka peluang jabatan  Kepala Perpustakaan Sekolah menjadi solusi terbaik agar mereka tetap meduduki jabatan Kepala ,hal ini besar kemungkinan dikarenakan kapasitas sebagai Pengawas Sekolah dibatasi usia 50 tahun,.

Pustakawan, Menulis dan Media Massa


Pustakawan, Menulis  dan Media Massa

* Supriyana

 Pustakawan diakui sebagai profesi di Indonesia yang mandiri sejak diterbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 18 Tahun 1988 yang kemudian disempurnakan lagi dengan aturan yang terbaru yakni keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Nomor 23 Tahun 2003 dan Nomor 21 Tahun 2003.
            Dalam melaksanakan tugas kepustakawanan masih banyak pustakawan yang hanya melakukan kegiatan yang bersifat teknis saja. Kegiatan pada bidang pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka seperti pelayanan sirkulasi, pengolahan, shelving dan kegiatan lain yang bobot kreditnya relatife kecil atau bahkan untuk pustakawan ahli tidak ada bobot kreditnya. Masih jarang pustakawan yang dalam mengajukan kenaikan pangkat lebih tinggi menggunakan angka kredit yang diperoleh dari pengkajian dan pengembangan perpusdokinfo serta pengembangan profesi seperti penulisan makalah, artikel atau penelitian. Padahal unsur kegiatan dalam pengembangan profesi melalui pembuatan karya tulis /karya ilmiah dibidang perpusdokinfo nilai angka kreditnya lebih besar dibanding dengan kegiatan yang lain.

Perpustakaan Pribadi Gambarkan Jiwamu


Perpustakaan Pribadi Gambarkan Jiwamu

Oleh :Iwan Budiono, S.Pd


Pilihan buku, referensi, bahan literasi/bacaan menentukan gambaran jiwa Anda. Membuat buku-buku pilihan kita terawat dengan baik berarti sama dengan menjaga motivasi membaca dan menetapkan asa jiwa agar selalu mendapatkan inspirasi baru.
 Keuntungannya dapat didesain sesuai selera pribadi, yang penting nyaman dan unik agar semangat kita untuk membaca terus tumbuh. Artikel ini berusaha membahas serba-serbi perpustakaan pribadi menjadi perpustakaan idaman. Arsitek Nunung Adywijaya menjelaskan bahwa perpustakaan adalah ruang pelengkap atau tambahan dalam rumah. Artinya, perpustakaan bisa memanfaatkan ruang yang tidak efektif di dalam rumah. Sebaiknya pilih tempat yang ‘sunyi’, misalnya ruang yang bersebelahan dengan kamar tidur.  Secara umum fungsi perpustakaan adalah tempat penyimpanan dan ruang baca buku koleksi. Biasanya perpustakaan menjadi salah satu ruang di mana penghuni rumah dapat melampiaskan hobi di tengah kesibukannya. Umumnya ruang perpustakaan dilengkapi beberapa jenis buku koleksi, meja baca, kursi baca apabila diperlukan, dan lampu baca untuk menunjang kenyamanan di ruang tersebut
Bagi Anda yang berminat membuat perpustakaan pribadi sebenarnya ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Pertama, ruang mana yang bakal Anda gunakan untuk perpustakaan dengan memerhatikan kondisi luas lahan rumah. Menurut konsultan arsitektur Widjaja Wardana, ukuran ruang untuk perpustakaan paling minim adalah 6 x 8 meter persegi.Dengan ukuran sebesar itu, Anda dapat menciptakan ruang perpustakaan yang nyaman bagi diri sendiri dan keluarga. Pilihlah area yang tak sering dilalui orang. Sebuah ruang yang ideal dengan akses pintu menuju kamar tidur atau ke taman yang sejuk. Membaca dengan ditemani panorama yang indah akan lebih menyenangkan dan membuat pikiran segar kembali. Pemandangan taman dengan bunga dan daun hijau nan indah selain menyokong cahaya alami dari sinar matahari di waktu siang juga memberi efek kenyamanan serta ketentraman yang natural pula. Tapi, jika Anda juga ingin memfungsikannya sebagai ruangan keluarga. Maka yang harus diperhatikan adalah letak perpustakaan sebaiknya tidak langsung terkena cahaya matahari. karena tempat yang ideal untuk bersantai bersama keluarga pada umumnya memiliki asupan cahaya matahari yang cukup dan tidak langsung. Atau jika anda juga ingin menyatukan perpustakaan dengan ruang kerja, coba rinci lagi perlengkapan yang diperlukan berdasarkan fungsinya dalam penataan ruang perpustakaan tersebut. Di mana sebaiknya meletakkan meja kerja untuk tempat komputer, printer, mesin faks, telepon dan lainnya. Apakah ruangannya cukup? dengan begitu banyaknya perangkat kerja, apakah anda bisa menemukan kenyamanan dalam membaca? Pikirkan kembali sebelum memutuskan.
Kedua adalah menentukan setting ruangan perpustakaan pribadi. Jika Anda hobi baca buku dan ingin membuat ruang baca atau perpustakaan, sebaiknya pilih tempat dengan struktur meja rak yang kuat. Jika tidak kuat, tentu perpustakaan Anda itu malah akan menjadi ruang hobi yang kurang menyenangkan. Perhatikan jumlah koleksi buku yang hendak diletakkan di ruang tersebut. Jumlah koleksi buku bakal menentukan besaran ruang dan ukuran rak penyimpanan. Jika koleksi buku yang Anda punya cukup banyak, sudah tentu Anda membutuhkan rak buku yang besar.
Berbeda jika koleksi buku yang Anda miliki sedikit, maka rak buku pun dipilih yang kecil. Pastikan rak buku Anda memiliki tingkat keamanan tinggi. Jika memakai rak gantung, pastikan rak itu terpasang dengan baik untuk menghindari kerusakan akibat tak mampu menahan bobot buku yang terlalu banyak. Sementara jika menggunakan lemari buku yang terbuka, dapat mempermudah mengambil buku yang diinginkan dan saat membersihkan tempat penyimpanannya. Artinya, tidak perlu buka-tutup pintu lemari. Selain itu, Anda tidak perlu mengkhawatirkan masalah tempat penyimpanan yang lembab. Bila buku ditata dengan rapi, lemari akan tampil menarik. Kekurangannya, buku kurang terlindungi, terutama dari debu. Konsekuensinya, Anda harus membersihkan bagian dalam lemari buku secara berkala.
Furnitur tempat menyimpan buku yang sifatnya terbuka, tidak harus selalu berupa sebuah lemari. Bisa juga berupa hambalan atau rak lepasan. Selain dapat dipindah-pindah penempatannya, tampilan sederhananya tidak akan membuat ruangan baca terasa penuh atau sumpek. Menata buku dengan ukuran yang berbeda-bedapun akan lebih leluasa. Ini sesuai untuk ruang yang memiliki penyejuk ruangan. Pasalnya, dapat meminimalisir debu yang hinggap di buku.
Lain halnya, jika anda memilih lemari buku tertutup, dapat melindungi buku dari debu dan sinar matahari langsung yang mungkin saja mencapai ke tempat penyimpanan buku tersebut. Atau bahkan air yang jatuh dari langit-langit yang bocor. Tetapi, sebaiknya, pintu lemari tetap bersifat transparan, atau menggunakan daun pintu dari kaca. Hal ini untuk memudahkan mencari buku.
Kekurangannya adalah tingkat kelembapan dalam lemari yang cukup tinggi, sehingga dapat merusak kertas buku seiring berjalannya waktu. Untuk mengatasinya, gunakan kapur barus atau silica gel di dalam lemari. Jangan lupa menggantinya secara rutin untuk mempertahankan bagian dalam lemari tetap kering. Lalu, jarak antar hambalan atau rak di dalam lemari buku, harus diperhitungkan dengan cermat. Sebaiknya hambalan dibuat fleksibel (dapat diatur jaraknya) agar bisa disesuaikan dengan ukuran buku yang berbeda-beda. Lemari buku yang tertutup ini, cocok dengan ruang mungil tanpa penyejuk ruangan. Kelembapan udara di dalam lemari, tidak cepat terbentuk akibat berubah-ubahnya suhu ruang sesaat sebelum dan sesudah penyejuk ruangan dinyalakan atau dimatikan.
Ketiga penyusunan buku koleksi perpustakaan. Karena sifatnya perpustakaan pribadi, maka kelompokkanlah buku berdasarkan kenyamanan pemilik perpustakaan. Misalnya, Anda bisa mengelompokkan buku berdasarkan nama pengarang ataupun jenis bukunya. Cara ini bisa membuat tatanan perpustakaan Anda menjadi lebih rapi. Anda harus ingat bahwa besarnya rak buku haruslah disesuaikan dengan jumlah buku yang anda miliki. Maka terlebih dahulu anda hitung banyaknya buku yang anda miliki. Setidaknya hal ini dapat mencegah banyaknya ruangan kosong. Setelah itu, buatlah kategori pengelompokan jenis buku sesuai keinginan. Bisa alfabetik (berdasarkan urutan abjad), atau berdasarkan jenis isi buku, bahkan warna sampul buku. Hal ini dimaksudkan agar nantinya agan mendapatkan kemudahan dalam mencari buku yang ingin anda baca.Selain itu pengelompokan tersebut dapat memudahkan Anda untuk mencari buku yang sedang dibutuhkan dalam keadaan terdesak. Selanjutnya, ukuran besaran ruang juga disesuaikan dengan koleksi buku dan kebutuhan area bacanya. Disarankan, akan lebih baik apabila ruang perpustakaan dibangun secara terpisah. Jika rumah tidak terlalu luas, bisa saja perpustakaan digabungkan dengan ruang lain. Namun, biasanya ruangan itu hanya menjadi tempat penyimpanan buku. Ruang yang dapat dimanfaatkan, antara lain area bawah tangga dan pojok ruangan yang bersifat masif. Pertimbangan lain yang wajib diperhatikan saat ingin membuat perpustakaan adalah cahaya dan sirkulasi udara. Berhubung ruangan ini hendak dijadikan area untuk melakukan aktivitas membaca, maka unsur pencahayaan menjadi hal penting. Untuk menciptakan kenyamanan saat membaca, intensitas cahaya haruslah cukup tinggi. Pencahayaan di perpustakaan secara umum diisyaratkan harus terang, sedangkan pencahayaan tambahan diberikan untuk lokasil-okasi tertentu yang memerlukan penerangan tambahan, misalnya lampu baca seperti jenis lampu TL. Sebab, lampu jenis ini tidak terlalu panas dan  menghindari pantulan cahaya pada kertas yang dapat memicu kelelahan mata.
Keempat, penataan rak buku juga dapat diatur menempel pada dinding dengan kerapatan yang cukup. Hal ini supaya udara dapat mengalir di celah antara rak dan dinding. Fungsinya, agar sirkulasi udara itu dapat mengurangi kemungkinan kelembaban, bau apek, dan sarang serangga di buku. Celah tersebut juga mempermudah merawat, membersihkan koleksi dari debu, serta mengurangi udara lembab yang dapat merusak buku. Memberi pendingin ruangan atau AC memang pilihan yang baik bagi buku agar terjaga kelembabannya. Akan tetapi, jika merasa akan memberatkan tagihan listrik, Anda bisa juga menempatkan beberapa pot bunga atau tanaman hias yang tidak terlalu besar. Pot dalam perpustakaan? Kenapa tidak. Anda cukup hanya menyesuaikan ukurannya dengan komposisi ruangan. Pilihlah tanaman yang mudah dirawat dan tidak mudah rontok. Fungsi tanaman ini memberi nuansa alami, melembutkan kesan kaku dan serius dari koleksi buku Anda, serta membantu pertukaran udara di dalam ruangan.
Setiap orang pasti menginginkan barang-barang yang dicintainya tetap terawat dengan baik dan tidak mudah rusak. Begitu pun dengan buku yang bagi sebagian orang merupakan aset pengetahuan yang berharga.  Perpustakaan pribadi tetap memiliki peran positif bagi individu dan keluarga di rumah serta mendukung bisnis perbukuan di tanah air. Meskipun begitu, beda orang maka beda pemahaman tentang arti penting dalam membuat perpustakaan pribadi di rumah. Ada yang berniat membuat perpustakaan pribadi sebagai aset investasi ilmu pengetahuan serta ada pula yang sekedar mengumpulkan buku demi sekedar memuaskan hasrat snobisnya agar dikenal sebagai intelektual. Kira-kira Anda pilih yang mana?
Anggota Perpustakaan tinggal di Jl. Krajan Barat Kelurahan Bergas Lor

KEPEDULIAN KITA TERHADAP ARSIP



KEPEDULIAN KITA TERHADAP ARSIP

  Drs Budiyono

Kata kepedulian bersinonim dengan kata afeksi, interes atau perhatian atau juga sikap mengindahkan. Adalah kata yang sederhana tetapi  diantara kita sedikit yang memahami makna pentingnya kepedulian dalam hidup kita.
Salah satu contoh adalah bagaimana kepedulian kita terhadap keberadaan arsip/dokumen yang ada disekitar kita, seperti di rumah (Kartu Keluarga, KTP, Akte, Sertifikat dll), di sekolah (foto prestasi, arsip pendirian sekolah, ijasah dll), di kantor (arsip aset, kelembagaan, keuangan, kepagawaian dll). Apakah kita sudah peduli dengan keberadaan arsip-arsip itu, dan apa yang telah kita lakukan dengan arsip-arsip itu? Padahal itu semua merupakan bagian tertulis/rekaman  dan gambaran perjalanan dalam kehidupan kita.
Sungguh tidak bijak manakala kita membutuhkan mereka (arsip) tetapi kita masih sering kebingungan mencari arsip/dokumen yang kita butuhkan, tidak tersedia dengan lengkap atau ujung-ujungnya sampai hilang/tidak ditemukan. Ini menunjukkan bahwa kita tidak ada kepedulian terhadap pentingnya arsip.
Pemerintah dalam menjaga dan melestarikan cita-cita luhur bangsa telah menaruh kepedulian kepada perjalanan sejarah dengan cara penyelamatan rekaman koleksi bangsa adalah melalui arsip. Wujud nyata  agar anak bangsa mengetahui perjalanan sejarah bangsanya.
Agar penyelenggaraan kearsipan sebagai bagian dari sistem penyelenggaraan kearsipan nasional dapat berjalan sesuai harapan bangsa, maka Pemerintah  telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan. Dalam konteks di tingkat daerah dalam Pasal 24 ayat (2) UU tersebut menyatakan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota wajib membentuk Arsip Daerah Kab./Kota dan dalam ayat (4)  dinyatakan pula Arsip Daerah Kab./Kota sebagaimana pada ayat (1), wajib melaksanakan pengelolaan arsip statis (permanen) yang dikirim dari :
     SKPD Kab./Kota & jajaran Pemerintah Daerah Kab./Kota;
a.             Desa atau dengan nama lain;
b.            Perusahaan;
c.             Organisasi Politik;
d.            Organisasi Politik dan
e.             Perseorangan.
Dalam tataran kelembagaan birokrasi di daerah, masih adanya tumpang tidih nomenklatur teknis dasar kelembagaan itu sendiri,  terbukti dari beberapa penataan SOTK khususnya bidang kearsipan masih menjadi kebutuhan daerah yang belum mapan arah kebijakannya. Belum maksimalnya kepedulian akan pentingnya pengelolaan dan penyelamatan arsip kelembagaan birokrasi pemerintahan tentu sangat berpengaruh pada upaya penyelamatan arsip daerah secara keseluruhan.
Adanya jaminan tersedianya arsip yang autentik dan terpercaya sebagai alat bukti yang sah, sumber informasi dan sumber sejarah bagi negerasi masa lalu, sekarang dan yang akan datang menjadi tujuan utama kepedulian kita terhadap arsip.
”Meskipun kita tidak selalu peduli dengannya (arsip), tetapi ia selalu peduli pada masa depan bangsa (menjadi catatan sejarah).”  

Mari kita gugah kesadaran kita untuk selalu peduli dengan aksi nyata melalui penyelamatan  arsip bagi kehidupan kita.  
Arsiparis Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kab. Semarang



Jangan Sekedar Membaca, tulislah juga


Jangan Sekedar Membaca, tulislah juga

Oleh : Yudianto

Tidak semua orang suka membaca, karena dianggap sebagai kegiatan yang tidak penting, tidak berguna, memboroskan waktu dan hanya cocok bagi anak sekolahan. Bahkan bagi beberapa orang, membaca merupakan kegiatan yang menyiksa diri dan membuat sakit kepala, sungguh suatu anggapan yang hampir-hampir tidak masuk akal. Sebaliknya, aktivitas membaca bagi beberapa orang lainnya dianggap sangat menyenangkan, karena digunakan untuk mengisi waktu luang, menghibur diri, menambah pengetahuan dan meluaskan wawasan.
Bila kita termasuk dalam kelompok orang di kategori kedua, hampir pasti kegiatan membaca merupakan kegiatan keseharian yang tak terlewatkan. Bahkan beberapa orang, karena begitu akrabnya dengan kegiatan membaca, bahkan saat di toiletpun sambil membaca! Sungguh, luar biasa.
Lalu, potensi apakah yang bisa berkembang di balik kegemaran kita membaca?
Membaca merupakan sebuah keterampilan yang sangat penting dalam hidup kita. Kemampuan membaca dengan baik, akan banyak membantu diri kita memahami banyak persoalan dalam kehidupan, kemampuan membaca yang baik juga berarti mampu memahami berbagai pokok pikiran dari orang-orang pintar nan tersohor yang dituangkan dalam buku karya mereka.
Sesaat setelah membaca buku, kita layak merangkumnya. Langkah menyerap ide dasar atau pokok pemikiran dari seorang penulis. Tidak usah terlalu banyak pada taraf awal, mungkin cukup selembar kertas folio setiap bukunya.
Manfaat utama rangkuman sebagai pengingat secara cepat dan akurat, bila kita lupa terhadap pokok-pokok pikiran seorang penulis yang ada dalam satu buku. Manfaat itu akan berlipat, apabila buku-buku yang kita rangkum bukan milik kita pribadi, melainkan milik seorang teman atau  milik perpustakaan daerah, yang tentu harus segera dikembalikan. Bukankah buku-buku itu di lain hari belum tentu bisa kita pinjam kembali setiap saat?
Dengan demikian, walaupun  tidak memiliki koleksi buku yang banyak, kita akan tetap memiliki intisari pemikiran dari buku yang pernah kita baca. Bagi seorang siswa ataupun mahasiswa, kepemilikan rangkuman isi buku merupakan salah satu langkah yang strategis, di saat dirinya harus menyusun esai akedemiknya. Sekaligus sebagai bumper ketika belum mampu membangun dan memiliki perpustakaan pribadi.
Bila kita telah memiliki kebiasaan dan kemampuan yang baik untuk merangkum isi sebuah buku, maka jangan sia-siakan. Sayang sekali, bila yang membaca rangkuman isi buku itu cuma kita sendiri. Karena itu, tak ada salahnya kita mencoba meningkatkan kualitas rangkuman tersebut dalam format resensi buku.
Bila dalam mencoba membuat resensi buku satu-dua kali sudah mulai tampak bagus, maka tak ada salahnya kita coba kirimkan resensi tersebut ke redaksi sebuah majalah. Termasuk pula Buletin Pustaka kita tercinta ini.
Untuk lebih obyektif dalam melakukan penilaian terhadap resensi yang telah kita buat, boleh saja kita minta bantuan kepada guru bahasa Indonesia di sekolah untuk memberikan penilaian secara lugas. Ataupun orang lain yang kita anggap memiliki kemampuan dalam menilai sebuah tulisan secara obyektif. Misalnya tetangga sebelah yang kebetulan berprofesi wartawan di sebuah media. Langkah ini akan memperbesar spirit untuk berkembang dan mengurangi perasaan inferior sewaktu-waktu tulisan kita tak dimuat.
Lebih jauh, bila proses penulisan ulang isi sebuah buku berlangsung terus, maka akan terbuka peluang untuk  melakukan rekomposisi menjadi sebuah tulisan yang jauh lebih menarik. Baik lewat percampuran dari beberapa ide yang berasal dari berbagai buku ataupun dengan pengalaman pribadi.
Bila demikian, tentu kita akan makin kokoh dalam menapaki dunia tulis-menulis dan makin lancar saja saat kita menulis opini, artikel  ilmiah popular, feature, kolom, laporan perjalanan bahkan depth news sekalipun.
Sejauh kita melangkah, bila disertai keteguhan hati dan antusias yang tinggi, tentu saja  semua akan memberikan pengalaman yang menakjubkan. Bahkan dengan kemampuan yang pas-pasan (menurut diri kita pribadi) dalam menulis pun, bisa menjadi semacam pijakan bahwa menulis ternyata tidak terlalu sulit seperti yang dibayangkan.  
Menulis merupakan langkah yang terorganisir dalam menuangkan kembali pemikiran kita. Karena itulah tanpa pengetahuan yang terlalu mendalam pun sesungguhnya pada batas-batas tertentu seseorang masih berhak menuangkan pemikiran, asalkan disertai dengan sikap jujur.
Mengapa harus jujur? Dalam menulis seringkali kejujuran merupakan hal utama, ketika  sebuah tulisan merupakan indicator dari kredibilitas sekaligus intergritas dari seorang penulis.
Di sisi lain, bersikap jujur untuk tidak melakukan copy-paste yang  tidak menyebutkan sumber, merupakan bentuk apresiasi dan bersikap adil terhadap hasil karya orang lain. Karena itulah, masalah kejujuran dalam menulis layak dipegang erat.
Dalam membuat sebuah tulisan, kadang kita terjebak pada indikasi perilaku tak jujur, semisal tanpa sengaja mengambil tulisan atau ide milik orang lain dan mengakuinya sebagai milik sendiri.
Bila dalam hati kecil kita mengatakan bahwa kejadian itu akibat kealpaan dan kehilafan, mungkin layak memperoleh apologi. Akan tetapi, bila dalam hati kecil kita mengakui akibat kesengajaan, tentu ketidakjujuran inilah yang paling layak disesali.
Dalam  dunia tulis menulis khususnya yang berlangsung di dunia maya, kadang kita bisa menjadi korban ketidakjujuran pihak lain. Bukan cuma tulisan kita yang dicomot mentah-mentah dan diakui oleh pihak lain. Tetapi juga banyak kejadian lain yang ada indikasi ketidakjujuran.
Berbagai tindak ketidakjujuran itu antara lain:
1.Saat kita mengirim naskah dalam sebuah lomba, ternyata lomba tersebut hanyalah bentuk lain dalam audisi penulis, jadi pemenang lomba hanya diberikan janji bahwa tulisannya akan diterbitkan sebagai buku, tanpa mendapatkan reward secara langsung dari lomba yang bersangkutan.
2. Begitu pula lomba penulisan berbayar yang  marak di internet, ternyata setelah dihitung-hitung lomba itu sejatinya hanya ajang bisnis mencari keuntungan bagi pihak penyelenggara lomba. Hal itu terindikasi dari tingginya biaya lomba yang tidak sepadan dengan hadiah yang akan diperoleh para pemenang.
3. Banyak situs yang bertitel portal artikel merupakan sarang penipuan tingkat tinggi. Bagaimana tidak, sebuah situs yang diidentifikasi bermarkas di Filipina menawarkan sekian dolar Amerika bagi penulis yang menampilkan satu artikelnya yang berbahasa Inggris. Semakin banyak artikel yang dikirimkan, semakin tinggi honor per satuannya. Berdasarkan pengalaman, setelah puluhan artikel berbahasa Inggris dikirimkan dan ditayangkan, maka honor penulisan tak dibayarkan. Usut punya usut, ternyata situs tersebut hanya ndobosi alias  hanya janji dan tidak membayar artikel satu sen pun.
Kasus ini terungkap, tatkala seorang penulis dari Venezuela melontarkan kecurigaannya dalam sebuah forum diskusi. Setelah dilakukan investigasi ternyata benar adanya. Bahkan Sury, seorang dosen sekaligus penulis berkebangsaan India yang sudah lima tahun malang melintang dalam penulisan artikel online, membenarkan hasil investigasi itu.
Berpijak dari berbagai pengalaman di atas, maka kewaspadaaan layak selalu ditingkatkan dalam menapaki dunia tulis menulis. Karena itulah, waspadalah terhadap tindak ketidakjujuran  dalam dunia tulis menulis yang dilakukan pihak lain, sehingga kita tidak terjebak dan menjadi korban.
*Pemerhati Perpustakaan

BUKU : PUSTAKA KITA BERSAMA


BUKU : PUSTAKA KITA BERSAMA

Oleh : Asih Winarto)*

Buku merupakan jendela dunia yang mampu menguak tabir keniscayaan. Melalui buku seseorang dapat berkelana, mengelilingi cakrawala dunia, mengembangkan pola pikir, menambah wawasan, serta mampu memicu timbulnya ide-ide kreatif. Buku berisi berbagai informasi terekam, sebagai media komunikasi antara penulis dengan pembaca dalam menyampaikan pesan-pesan atau gagasan kepada pembaca dengan suatu tujuan adanya perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku bagi para pembacanya.
Buku merupakan koleksi utama suatu perpustakaan. Buku yang telah diproses kemudian didesiminasikan kepada para pemustaka. Disinilah letak perpustakaan sebagai sebuah gudang kekuatan yang dahsyat, karena menyimpan berbagai energi yang mampu menggerakan para pembaca untuk berinisiatif, berlaku kreatif, dan produktif. Oleh karenanya, buku dan perpustakaan sering diidentikan dengan kemajuan dan peradapan suatu bangsa. Namun sayangnya perhatian terhadap perpustakaan termasuk koleksi utamanya, yaitu buku kiranya masih perlu untuk ditingkatkan agar sejarah peradapan bangsa tetap terjaga.
Ada beberapa macam apresiasi negatif dan juga tindakan yang kurang terpuji, bahkan cenderung kearah tindakan kejahatan terhadap buku dan perpustakaan. Tindakan kejahatan tersebut diantaranya adalah pengambilan buku tanpa izin, perobekan, corat-coret, dan peminjaman secara tidak sah. Oleh karenanya perlu diantisipasi dan juga dilakukan suatu upaya guna meminimalisirnya, yang diantaranya dapat dilakukan dengan : Pertama, Meningkatkan sistem keamanan koleksi dan gedung perpustakaan. Selanjutnya, tandai dan juga beri label pada tiap koleksi dan perlatan yang ada di perpustakaan. Kemudian, simpan koleksi dan peralatan serta beri prosedur yang jelas setiap kali pemanfaatannya. Selain itu, juga harus diperhatikan dan diperjelas identitas dan juga alamat para pemustaka setiap kali melakukan regrestasi keanggotaan.
Kedua, menyediakan suatu layanan foto copy. Tindakan ini dimaksudkan untuk mengantisipasi suatu rasa ingin memiliki yang mendalam terhadap buku yang memuat informasi yang sangat-sangat dibutuhkan oleh pemustaka. Memang, kadang ada jenis koleksi buku yang tidak dapat dipinjam, tapi sering dibutuhkan oleh pemustaka, misalnya buku-buku referensi. Disamping itu, perlu juga dilakukan upaya untuk mensirkulasikan koleksi-koleksi lama yang berada di ruang referensi agar dapat dipinjam oleh pemustaka, seperti : kamus, ensiklopedi, koleksi yang bersifat kebijakan khusus misal buku pelajaran dan modul kuliah.
Ketiga, Buku-buku yang tidak lengkap halamannya yang disebabkan oleh perobekan buku, dan juga buku yang banyak coretannya sehingga informasi menjadi kurang jelas dan tidak lengkap hendaknya sesegera mungkin dilakukan suatu tindakan penyiangan. Kemudian, tingkatkan jam buka dan mutu layanan. Layanan merupakan wajah utama dari suatu lembaga perpustakaan, oleh karenanya pasang orang-orang atau staf sebagai ujung tombaknya yang mempunyai sikap ramah dan penuh rasa pertolongan sehingga para pemustaka merasa aman, tenang dan nyaman dalam mengakases informasi literasi di perpustakaan.
Buku dan perpustakaan merupakan kekayaan umat manusia yang tak ternilai harganya. Oleh karenanya, perlu diberikan suatu apresiasi yang positif agar keberadaannya mampu menembus zaman sebagai obor generasi penerus bangsa. Karena pada hakekatnya buku dan perpustakaan adalah milik kita bersama.
*)    Pustakawan Pelaksana Lanjutan
       Kantor Perpustakaan dan Arsip Kabupaten Semarang.

Baca dan Tulis lah…


Baca dan Tulis lah…

Oleh Priyo’–Nurista Library

Bacalah dengan nama Tuhanmu………….!
Demikianlah bunyi dari sebuah perintah agung yang turun sekitar abad ke-6 sampai 7 M sebuah perubahan yang besar di dunia ini. Kalimat ini telah disampaikan dari yang maha Pencipta kepada seluruh manusia yang hidup didunia ini tanpa kecuali. Baik mereka yang beragama islam, yahudi, Kristen, dan bahkan mereka yang tidak beragama sekalipun. Didalamnya terkandung makna dan hikmah yang harus digali oleh makhluk yang bernama manusia. Jika Tuhan saja menganggap membaca itu suatu hal yang sangat penting, lalu mengapa kita tidak? Dialah Nabi Muhammad SAW.
Baca dan Tulis sebenarnya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita. Semasa kita masih balita, sudah mulai diajarkan untuk membaca ataupun menulis yang merupakan dasar dalam kita mempelajari pengetahuan. Demikian pula ketika kita beranjak remaja, maupun dewasa kita tidak akan terlepas dari apa itu yang dinamakan dengan baca dan tulis. Bahkan ketika memasuki usia tua sekalipun demikian juga. Semisal saja budaya SMS. Short Message Service, butuh keahlian menulis dan membaca. Artinya baca dan tulis sudah menjadi yang dibutuhkan sebagai dasar eksistensi manusia.
Banyak sekali prestasi-prestasi yang telah didapat bagi meraka yang membudayakan diri mereka untuk membaca dan menulis. Karya-karya mereka Dibidang ilmu agama misalnya, seperti imam Bukhori, Muslim, Ahmad, Syafi’I, Hambali, Yusuf Qordhowi dengan karya pengetahuan kontemporernya. Kemudian dibidang pengetahuan umum ada ilmu kedokteran, berhitung, Aljabar, sosial, dan sebagainya yang ditemukan oleh orang-orang timur tengah pada jaman ke khalifahan.
Baca dan tulis memang telah diamalkan oleh sebagian besar manusia didunia ini. Jepang yang  notabene negara yang sudah maju, telah menjadikan membaca dan menulis sebagai budaya mereka. Tidak pandangbulu, posisi dimana berada, baik disekolah, dirumah, dikantor, bahkan dalam perjalananpun mereka membaca. Di bus, di toilet bahkan ada yang sambil berjalan juga mereka menyempatkan diri untuk menambah pengetahuannya dengan membaca. Dimana ada kesempatan untuk membaca, mereka memanfaatkan dengan semaksimal mungkin dengan membaca. Budaya baca yang seperti itulah yang menjadikan Jepang secepat kilat bangkit walau dua bom atom sudah melululantahkan Negara mereka.
Sementara itu, banyak juga negarawan Indonesia seperti, Boedi Oetomo, Ki hajar Dewantoro adalah tokoh teladan yang sangat suka membaca, mereka mampu menginspirasi dan menjadi pelopor pendidikan yang mengantarkan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Demikian juga Ir Soekarno, dan Moehammad Hatta yang dengan banyak membaca sehingga mereka dapat menjadi ujung tombak kemerdekaan bangsa kita ini.
Lalu, bagaimana dengan kita sebagai remaja atau pemuda yang masih punya banyak kesempatan, peluang terbuka lebar dan membentang yang akan membawa perkembangan bagi kehidupan kita. Lalu, apakah yang akan kita persembahkan pada bangsa Indonesia tercinta ini? Perbaikankah? Atau kerusakankah? Pilihan ada pada kita sendiri. Apakah cita-cita perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia ini akan kita isi dengan hanya bersenang-senang saja, tanpa memikirkan perkembangan kehidupan selanjutnya. Kecenderungan menyukai budaya serba instan oleh generasi muda akan menjadikan bangsa ini hanya peniru, seperti seorang siswa yang sering copypaste ketika mendapat tugas membuat makalah daripada mencari literature dari buku-buku di perpustakaan.
BACALAH DENGAN NAMA TUHANMMU YANG MENGAJARKAN APA YANG TIDAK KITA KETAHUI, inilah sebenarnya yang harus kita jalankan, amanat dari Tuhan agar kita menjadi orang yang bertaqwa, berbudi, berilmu, yang suatu saat akan kita petik manfaat dari baca dan tulis yang kita lakukan ini. Tingkat pendapatan , masyarakat yang relative rendah dapat mempengaruhi daya beli atau prioritas kebutuhan. Orang tidak membeli buku karena tidak mempunyai uang, walaupun ia senang membaca. Pada kelompok masyarakat ini, buku belum merupakaan  kebutuhan utama.
Bacalah dengan nama Tuhanmu…
Lantas, solusi apakah yang bisa menjadikan kita, masyarakat Indonesia ini punya semangat baca dan tulis? Disini ada bebarapa solusi yang mungkin akan membantu kita menumbuhkan minat dan semangat baca dan tulis diantaranya .
Janganlah cepat merasa puas terhadap sesuatu informasi karena keinginan untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan menjadi sangat kurang. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa kita harus senantiasa menambah pengetahuan dan memperluas wawasan.
Tradisi orang yang menyampaikan informasi selalu menggunakan budaya lisan. Memang tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa budaya kita bukan lah budaya membaca, tapi budaya mendengar dan meniru. Alangkah Baiknya jika kita tambah budaya kita ini dengan budaya baca dan tulis. karena dengan informasi yang kita tulis itu, berarti kita menjaga informasi itu tidak akan berubah-ubah meskipun sampai berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan berabad-abad asal kita jaga informasi itu dengan baik dan kita dapat membacanya kembali sewaktu-waktu.
Sarana yang kurang. Itulah yang kita lihat disekolah-sekolah, perpustakaan hampir tidak ada dan tak ada perhatian dari yang berwewenang, walaupun ada kalanya ala kadarnya. Padahal kita tahu bahwa lembaga pendidikan yang berkualitas atau bermutu bergantung pada perpustakaan. Jika perpustakaan komplit menandakan bahwa lembaga pendidikan itu baik. Di Indonesia ini bangunan fisiknya saja yang diperindah sedangkan dinegara-negara maju IPTEK nya, jusru perpustakaannya yang diutamakan. karena perpustakaan merupakan jantung atau pusat informasi yang membantu para siswa dan masyarakat untuk mengembangkan budaya baca dan menulis.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat merupakan salah satu faktor penghambat tumbuhnya minat baca dan tulis masyarakat. Munculnya TV dan internet sebenarnya merupakaan warisan budaya lisan. Masyarakat jadi terbiasa tidak menonton, hanya melihat dan mendengarkan. Sehingga perlu penyadaran terhadap masyarakat, bahwa TV dan internet tersebut apabila overloaded dapat menghabiskan waktu kita, menimbulkan berbagai efek negatif.
Dukungan dari pemerintah terhadap sarana baca dan tulis yang diperlukan, baik koleksi maupun sarana membaca dan tulis sangat kurang. Hal tersebut memang menjadi salah satu penyebab kurangnya perkembangan minat baca dan tulis, walaupun tidak bolrh kita sertamerta menyalahkan pemerintah. Begitupun masyakata haruslah berpartisipasi dalam usaha meningkatkan minat baca demi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
*Petugas Perpustakaan SMP IT Nurul Islam Tengaran

Cover Edisi 14 Tahun IV Juni 2012

Buletin Pustaka Ed 14 Th. IV 2012