Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 18 Maret 2011

Menjadikan buku dan membaca adalah candu !


Menjadikan buku dan membaca adalah candu !
*Miftah Nindya R

Buku dan kegiatan membaca adalah dua hal yang saling berkaitan dan tak mungkin terpisahkan. Isi dan pesan dari sebuah buku hanya akan bisa dimengerti bila seseorang melakukan kegiatan membaca. Sementara buku adalah alat penunjang utama untuk pemenuhan kegiatan membaca.
Seseorang yang yang tahu betul akan manfaat buku dan pentingnya membaca tentu tak akan dapat jauh dari dua hal itu. Maka tak mengherankan bila di negara yang sudah maju kegiatan membaca sudah merupakan kegiatan rutinitas. Membeli atau memiliki buku sudah menjadi salah satu bagian kebutuhan. Sudah menjadi kebiasaan  pula bila dalam kegiatan rutin belanja rumah tangga buku merupakan salah satu barang yang akan mereka masukkan ke dalam daftar belanja. Mereka sangat sadar bahwa kegiatan membaca adalah hal penting untuk meningkatkan kualitas hidup. Maka, dimana dan pergi kemanapun mereka selalu berteman buku. Mereka, apapun bentuk profesinya akan  melakukan kegiatan membaca. Di dalam kereta, pesawat, bandara, saat berjemur, bahkan saat menunggu teman mereka sambil membaca.
Hal yang terbalik terjadi pada negara yang sedang berkembang. Buku dan membaca baru menjadi sarana penunjang. Buku dan kegiatan membaca belum menjadi menu utama sebagai salah satu kebutuhan. Buku masih identik milik orang yang masih sekolah dan kuliah. Atau komunitas-komunitas tertentu seperti murid, guru, dosen, mahasiswa, ataupun para professor . Buku dan kegiatan membaca baru menjadi kebutuhan bagi sebagian kecil orang saja. Buku dan kegiatan membaca belum menjadi kebutuhan apalagi gaya hidup. Adalah hal yang sangat disayangkan karena sebagai orang yang hidup di negara berkembang mestinya buku dan kegiatan membaca lebih menjadi kebutuhan untuk meningkatkan kualitas hidup daripada mereka yang  hidup di negara maju.  
Untuk sejajar atau mengejar ketinggalan dengan negara yang sudah maju, masyarakat negara berkembang seharusnya lebih giat memacu diri menambah wawasan, ilmu pengetahuan, ketrampilan, informasi melalui buku dan kegiatan membaca. Akan tetapi memang tak bisa dikesampingkan adanya beberapa faktor esensi yang membuat buku dan kegiatan membaca di ngara maju menjadi  kebutuhan, sedangkan di negara yang sedang berkembang mungkin belum sama sekali. Apalagi kalau bukan faktor ekonomi.
Besarnya penghasilan keluarga di negara berkembang tentu tak sebesar penghasilan keluarga di negara maju. Penghasilan para keluarga atau individu di negara maju sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan primer, seperti : pangan, sandang, dan papan. Sehingga sangat mudah bagi mereka untuk melakukan pembelian buku.Tetapi penghasilan di negara yang sedang berkembang rata-rata baru sekedar cukup untuk memenuhi kebutuhan primer saja. Itupun terkadang masih sering kurang.  Namun sebenarnya kenyataan ini tidak harus dikambinghitamkan sebagai penyebab tidak bisa dilakukannya kegiatan membaca.
Memiliki buku bukanlah suatu keharusan. Karena bisa disiasati dengan meminjam di perpustakaan daerah, perpustakaan desa,  bahkan sekarang juga sudah merebak adanya perpustakaan keliling. Singkatnya, keterbatasan ekonomi bukan alasan dan penghalang bagi seseorang untuk menjadikan buku dan kegiatan membaca sebagai kebutuhan bahkan untuk dijadikan sebagai candu ! Para guru  dan orang tua terlebih-lebih yang berstatus seorang ibu mempunyai andil yang besar untuk  mencetak generasi  pecinta dan pembaca buku. Berikut ini adalah beberapa petunjuk yang bisa digunakan untuk menjadi menjadi seorang pecinta dan pembaca buku.
KH. Abdullah Gymnastiar pernah memberikan tausiyah. Bahwa dalam mengerjakan kebajikan haruslah dimulai dulu dari diri sendiri, dari hal yang kecil (sederhana), dan mulai detik ini juga. Fenomena yang terjadi dalam keseharian banyak guru dan orang tua meminta peserta didik atau anaknya untuk rajin membaca agar semakin mudah untuk memahami materi pelajaran yang sedang dipelajari. Meminta mereka untuk tidak malas membaca agar semakin banyak ilmu pengetahuan yang akan mereka peroleh. Tetapi anehnya para guru dan orang tua yang gemar menyuruh-nyuruh ini malah hampir tidak pernah melakukan apa yang sudah mereka suruhkan. Alasan yang sering diajukan adalah karena tidak sempat, tak punya waktu, dan banyak pekerjaan lainnya. Lalu bagaimana para murid dan anak akan patuh untuk membaca sedangkan mereka yang menyuruh saja tidak melakukan kegiatan membaca. Harusnya para guru dan orangtua memaksa diri mereka sendiri dulu untuk suka membaca. Sesederhana apapun yang mereka baca. Dan tidak harus menunggu besok, mulailah sekarang juga. Jika sudah pernah memulai tapi sekarang terhenti, aktiflah kembali. Tak ada kata terlambat untuk memulai sebuah kegiatan yang positif.
Salah jika untuk memulai atau melakukan kegiatan membaca kita harus selalu meluangkan waktu tersendiri. Kegiatan membaca bisa dilakukan tanpa harus meluangkan waktu secara khusus. Tetapi memang akan lebih baik lagi jika kita mampu menyisihkan waktu untuk membaca. Kesibukan dan aneka ragam tuntutan pekerjaan memang sangat menyita waktu dan perhatian. Harus pandai-pandai untuk menyiasatinya. Maka kita bisa melakukan kegiatan membaca saat kita di terminal sedang menunggu bis, saat di bandara  menunggu penerbangan, saat kita sedang menunggu teman, saat menunggu antrian, dsb. Akan tetapi membaca di dalam angkutan atau bis yang sedang berjalan sangat dianjurkan untuk tidak dilakukan. Ada dugaan kuat hal ini tidak baik untuk kesehatan  bahkan bisa merusak mata.
Untuk memanfaatkan setiap ada waktu luang dengan kegiatan membaca maka bawalah buku sebagai salah satu bekal dalam perjalanan. Dengan demikian ketika harus menunggu antrian lama atau menunggu seseorang yang tak kunjung tiba, maka  kita bisa melewati waktu dengan kegiatan membaca tanpa menganggur belaka.
Membuat diri menjadi seorang pembaca tidak harus menunggu setelah memiliki buku banyak. Mampu memiliki memang lebih baik akan tetapi faktor keadaan (ekonomi) memang sering menjadi penghalang karena harga buku yang berkualitas baik sangat  mahal. Oleh karena itu, hal ini dapat disiasati dengan melakukan banyak kunjungan ke tempat-tempat penyedia pustaka seperti perpustakaan daerah, perpustakaan desa, ataupun perpustakaan keliling. Kalau suatu saat ada kegiatan pameran buku (book fair) dan keadaan memungkinkan untuk melihat maka datangilah. Jika disana ada buku yang menarik perhatian untuk dibaca tetapi keuangaan tak memungkinkan untuk membeli, jangan menyerah. Catatlah  judul, pengarang, dan penerbit buku tersebut. Siapa tahu di perpustakaan sudah menyediakan buku tersebut untuk dibaca atau dipinjamkan.
Tidak ada larangan untuk menonton acara televisi atau menggemari program acara tertentu. Tetapi  menonton televisi sampai berjam-jam ( lebih dari tiga jam ) setiap hari tidak hanya akan menumpulkan otak, melabilkan emosi, dan melemahnya konsep diri. Akan tetapi lebih dari itu bisa menghilangkan kepekaan sosial dan lebih cenderung bersifat indivisualis. Keinginan untuk berinteraksi dengan orang lain akan berkurang sehingga bisa menyebabkan intensitas dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain menjadi sangat rendah (Sekalipun dengan sesama anggota keluarga dalam satu rumah). Berbeda dengan kegiatan membaca. Meskipun membaca adalah kegiatan yang dilakukan individu tetapi di sana ditemukan penambahan ilmu pengetahuan, emosi  yang lebih stabil, dan pembentukan konsep diri yang matang. Dengan membaca orang bisa menjadi lebih tahu bagaimana dia harus memerankan dirinya sebagai makhluk individu, sebagai makhluk sosial, dan makhluk ilmiah sekaligus dengan lebih baik. Semua itu bisa terjadi karena buku mampu mengajarkan ilmu untuk berkemampuan seperti itu. Buku dan kegiatan membaca akan membuat orang dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak tahu menjadi tahu, dari bodoh menjadi pintar. Disamping itu, semakin banyak kegiatan membaca dan berpikir semakin sedikit sel-sel otak yang mati. Membaca adalah salah satu cara memberi makan otak. Dengan diasah dan diajak berpikir sel-sel otak akan terus hidup dan berkembang. Bahkan kegiatan membaca bisa mencegah seseorang dari kepikunan.
Setelah membaca paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca bukan merupakan hal sulit untuk dilakukan. Meskipun tak bisa dipungkiri bahwa kemauan dan usaha yang kuat termasuk salah satu faktor yang menentukan. Betapa indahnya jika seandainya buku dan kegiatan membaca buku merupakan bagian dari keseharian. Betapa sepinya dunia dari hal-hal yang tak bermanfaat. Betapa riuhnya hidup ini dengan ilmu dan kata-kata yang bermutu. Betapa menyenangkan melihat orang di sana sini berdiskusi saling mendebat dengan kalimat-kalimat berisi dan tertata rapi. Bukan dengan kalimat kotor penuh emosi. Kapankah itu, di negeri tercinta ini buku dan membaca menjadi candu ! Mungkinkah itu ? Mari kita mulai dari diri kita. Sekarang juga !
Guru Bahasa Inggris, SMA Negeri 1 Pabelan Kab. Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar