Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 18 Maret 2011

PERPUSTAKAAN SEBAGAI TEMPAT BELAJAR SEPANJANG HAYAT


PERPUSTAKAAN SEBAGAI TEMPAT BELAJAR SEPANJANG HAYAT
*\Budi Santosa, A. Md

 “Banyak Jalan Menuju Roma” begitu kalimat bijak yang sering kita dengar yang menggambarkan banyak cara untuk mencapai apa yang kita inginkan. Begitu juga  kita sebagai manusia yang selalu haus akan ilmu pengetahuan maka belajar menjadi kebutuhan yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Belajar tidak hanya dapat dilakukan di bangku sekolah tapi ada berbagai cara untuk dapat melakukan kegiatan belajar, bisa melalui jalur formal, non formal (autodidak). Proses belajar secara autodidak dapat berjalan maksimal jika didukung dengan fasilitas dan sumber -sumber informasi baik buku maupun media-media informasi lainnya.
            Tempat dimana kita boleh belajar menimba ilmu sebanyak yang kita inginkan, tidak dibatasi kriteria tertentu, bahkan gratis adalah di perpustakaan. Sementara itu tujuan perpustakaan hadir di tengah masyarakat, untuk membantu masyarakat dalam segala umur dengan memberikan kesempatan dan dorongan membaca melalui jasa pelayanan perpustakaan, agar mereka dapat mendidik dirinya sendiri secara berkesinambungan. Banyak sumber informasi yang dimiliki perpustakaan, baik itu yang tertulis  (printed matter), terekam (recorded matter) atau dalam bentuk yang lain yang kemudian informasi tersebut diolah, dikemas dan disusun sedemikian rupa, disajikan kepada masyarakat untuk dapat dipergunakan.
Menurut catatan sejarah, perpustakaan sudah ada sejak zaman kuno. Dimulai dari perpustakaan di kota Ninive (669 – 636 SM), kemudian di kuil Horus Mesir (337 SM) yang mengoleksi gulungan papyrus berisi informasi tentang astronomi, perburuan dan agama. Masa selanjutnya bangsa Athena sudah mulai memiliki koleksi buku-buku pribadi. Aristoteles (384 – 322 SM) pernah membangun perpustakaan yang ia tujukan sebagai pusat penelitian dan pendidikan. Ketika masa Renaissance tiba, banyak karya yang dikembangkan. Bangsawan dan Orang-orang kaya pada masa itu berniat memiliki koleksi buku-buku pribadi, sebagai lambang status pendidikan dan status sosial mereka.
Di negara kita, sampai saat ini masih banyak yang belum memiliki kesadaran tentang arti pentingnya perpustakaan. Untuk dapat mengasah atau menggali potensi diri tentunya harus melalui  proses, selain diperlukan pendidikan formal tentunya pendidikan nonformal atau autodidak dapat menjadi solusi di tengah mahalnya pendidikan di negara ini, salah satunya dengan belajar di perpustakaan. Banyak tokoh-tokoh besar yang memanfaatkan perpustakaan sebagai tempat belajar bahkan mereka memiliki perpustakaan pribadi seperti Presiden Soekarno, Buya Hamka, Haji Agus Salim, Mohmammad Hatta, Habibie, bahkan mantan Presiden RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah orang-orang yang memiliki minat baca tinggi dan memiliki koleksi buku yang sangat banyak. Bahkan Bung karno di Blitar dan Bung Hatta di Padang perpustakaan pribadinya dilayankan kepada masyarakat umum.
Sebagai sarana belajar seumur hidup perpustakaan mempromosikan diri kepada masyarakat luas agar mereka mengerti dan memahami bagaimana memanfaatkan sumber-sumber informasi yang ada di perpustakaan. Untuk itu wajib kiranya bagi perpustakaan untuk melakukan apa yang dinamakan sosialisasi perpustakaan. Sosialisasi perpustakaan atau promosi perpustakaan ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan mengadakaan lomba bercerita, lomba menulis, mengundang berbagai tokoh, pakar perpustakaan dan pemerintah setempat sebagai penyaji dalam seminar, workshop, lokakarya, serta membuka akses informasi yang luas dan terbuka untuk semua orang. Menyebar brosur, pasang iklan di radio, media cetak maupun tv dan internet. Intinya perpustakaan harus dikenal masyarakat luas sehingga masyarakat tertarik untuk datang dan memanfaatkan perpustakaan.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi secara tidak langsung berpengaruh kepada perubahan prilaku masyarakat dalam pencarian informasi, yang hal ini berdampak bagi lembaga-lembaga penyedia informasi (information provider ) termasuk perpustakaan untuk dapat berjalan beriringan dengan kemajuan teknologi informasi dan kebutuhan informasi penggunanya. Jika dahulu perpustakaan hanya berkutat pada penyediaan informasi dalam bentuk fisik saja seperti buku dan dokumen-dokumen cetak lainnya, maka kini perpustakaan mau tidak mau harus melek teknologi, artinya mampu menyediakan sumber-sumber informasi dalam bentuk elektronik yang lebih praktis dan tentunya lebih cepat dalam penelusurannya. Sudah menjadi kebiasaan masyarakat kita sesuatu yang cepat dan praktis lebih disukai masyarakat.
            Perpustakaan yang berhasil adalah dimana perpustakaan bukan hanya sekedar mengelola dan melayankan koleksinya tapi lebih dari itu perpustakaan harus dapat berperan menjadi pusat pembelajaran (learning center). Dengan demikian, pengunjung atau anggota perpustakaan tidak sekedar datang dan  meminjam buku, akan tetapi mereka juga dapat melakukan kegiatan lain seperti forum dialog antar anggota, berdiskusi tentang materi buku-buku tertentu, bertukar informasi dan mengembangkan jaringan sesama anggota perpustakaan, sehingga perpustakaan mampu berfungsi sebagai sarana belajar bagi masyarakat. Tantangan terbesar perpustakaan di Indonesia saat ini adalah bagaimana membuat perpustakaan menjadi tempat belajar yang nyaman bagi masyarat, dapat mengikuti perkembangan teknologi informasi dan menarik untuk dikunjungi.
Pembenahan perpustakaan dapat dilakukan melalui tiga tahap. Pertama, pembenahan internal perpustakaan, yaitu peningkatan kemampuan dan keterampilan bagi para staf serta  pustakawan yang diimbangi pula dengan perbaikan fasilitas. Kedua, menciptakan berbagai program atau kegiatan yang sesuai  dengan kebutuhan masyarakat dan bermanfaat bagi masyarakat. Ketiga, merancang layanan yang optimal sehingga perpustakaan dapat secara konsisten mempertahankan kualitas layanannya kepada masyarakat. Jika tiga tahap tersebut dapat dilaksanakan bukan tidak mungkin perpustakaan sebagai tempat belajar seumur hidup dapat berjalan lebih ideal. 
*\Staf Perpustakaan Kota Salatiga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar