Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 10 September 2009

Bermimpi Ambarawa Menjadi Kota Pendidikan

Bermimpi Ambarawa Menjadi Kota Pendidikan
*Roto

            MONUMEN Palagan Amabarawa dan lapangan Pangsar Jenderal Sudirman (dulu lapangan Turangga Ceta) dengan pasukan Teng (Kavaleri) sebagai kota perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan RI. Nama yang tidak asing bagi masyarakat Kabupaten Semarang khususnya dan Jawa Tengah umumnya. Kota kecil nan sejuk, yang berada di kaki gunung Ungaran dan lembah danau Rawa Pening.
Disamping itu, Ambarawa juga terkenal adanya Museum Kereta Api terbesar di Asia Tenggara. Penyangga hasil bumi, hasil ikan tawar dan hasil pariwisata untuk menyukseskan slogan kabupaten Semarang “Intanpari” yaitu Industri, Pertanian dan Pariwisata. Jalur utama penghubung kota Semarang, Solo dan Yogyakarta.
Jika ke arah barat daya terhubunglah dengan kecamatan Bandungan, dengan objek wisata PJKA Bandungan. Penghasil sayur-sayuran, bunga Krisan dan penghasil buah Klenkeng, yang sempat menjadi lagu campursari andalan Didi Kempot. Kemudian sampailah dengan objek wisata Gedong Songo, Kecamatan Sumowono disertai wacana terbaru akan lahir objek wisata taman Safari Indonesia ke tiga. Jika dilanjutkan ke arah utara lagi sampailah kabupaten Kendal.
Sedang ke arah selatan, terhubunglah dengan kota kecamatan Banyubiru  dengan objek wisata Bukit Cinta, pemandian air alam Muncul, rumah makan lesehan dan lain-lain, kemudian sampailah Salatiga, dan kota Solo. Jika ke timur, terhubunglah terminal Bawen dengan objek wisata Kampung Banaran, rawa Permai, kebun alam Tlogo, industri garmen Apacinti, Arakon dan lain-lain. Jika ke utara menuju kota Ungaran dengan Objek perkemahan Penggaron, kemudian sampai ke arah kota propinsi Jawa Tengah yaitu Semarang.
Jika ke arah barat terhubunglah dengan kecamatan Jambu. Di sanalah ada dusun Bedono asal tempat tinggal milyader Syekh Puji yang menggemparkan bagai bak artis ibukota karena polahnya menikahi gadis di bawah umur 12 tahun yang bernama Ulfa.
Hingar bingar kota Palagan Ambarawa pada bulan belakangan kurang terdengar gaungnya. Berbagai televisi swasta dan media cetak belakangan ini sangat gencar memberitakan tentang kasus teror bom. Nama Ibrohim, Maruto, Dani Dwi Permana, Saefuddin Jaelani dan kawan-kawan menghiasi hotline utama, mereka  diduga terlibat kasus teror bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriott. Terlebih Noordin M Top disebut-sebut sebagai dedengkot atau dituduh pelaku utama atau dalang teror bom di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
            Pada kesempatan yang baik ini, penulis tidak bermaksud mengurai tentang kengerian dan kepedihan korban yang cacat seumur hidup karena efek bom. Persoalan mahadahsyat tersebut sepenuhnya kita percayakan kepada aparat berwenang untuk mengusut tuntas. Namun, informasi penting dari masyarakat juga sangat diperlukan, dengan harapan kabupaten Semarang jangan sampai menjadi sarang persembunyian teroris.
Pembelajaran yang dapat kita petik dari contoh kasus teror bom diantaranya adalah memberi teladan kepada generasi kita untuk mau mencintai dan memulai membaca. Membaca di perpustakaan daerah yang berada di kota kecil yaitu Ambarawa dan atau di manapun berada. Selanjutnya disertai efek berikut yaitu diantara warga masyarakat Ambarawa, kabupaten Semarang, dan warga Jawa Tengah umumnya agar mampu menulis & menulis untuk menyebarkan virus (meminjam kalimat Syawali Tuhu Setyo, M.Pd) kebenaran, kejujuran, kepahlawanan pada generasi penerus bangsa untuk mewujudkan cita-cita para proklamator. Agar mereka tersenyum bahagia melihat rakyat Indonesia sejahtera. Bukannya malah terjadi saling sikut, saling intrik dalam memperebutkan kekuasaan. Berlakulah yang amanah agar mendapat kepercayaan memimpin negeri ini dengan cara-cara kesatria bukan dengan cara-cara yang kotor nan menjijikkan.
 Kapankah kita memulai? Saat inilah, harus bersegera memulai gemar membaca untuk membuka jendela dunia yang sangat luas dan kaya akan teknologi untuk kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Adapun saat tepat memulai dari perbuatan kecil untuk menjadi yang besar yaitu dari membaca dan membaca, dimanapun dan kapanpun berada. Diantaranya di perpustakaan Ambarawa. Tepatnya berada di bekas kantor kecamatan lama atau di depannya gedung Pemuda Ambarawa.
Bertepatan pada tanggal 30 Juli - 5 Agustus 2009 Plt bupati kabupaten Semarang Hj. Siti Ambar Fathonah, telah berkenan membuka pameran buku  dengan tema “Serasi Bumiku, Membaca Kebiasaanku,” bekerjasama dengan Event Organizer, Buka Buku Production di gedung pemuda tersebut. Maka, saat yang tepat bagi stakeholder untuk berpartisipasi aktif menggerakkan peserta didiknya untuk mengunjungi acara pameran buku di manapun berada. Sekaligus memperkenalkan keberadaan perpustakaan kabupaten Semarang yang berada di Ambarawa yang selalu siap sedia melayani para pengunjungnya secara gratis. Kata peribahasa: “Tak kenal maka tak sayang.”
       Kita menyadari bahwa membaca adalah kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi, belajar adalah seumur hidup. Alquran mengajarkan melalui ayat pertama yang diturunkan yaitu iqro’ artinya bacalah. Para tokoh agama menganjurkan belajarlah sampai ke negeri Cina. Kita bisa membayangkan apa jadinya jika kita hanya menutup diri tidak mau membaca, tidak mau belajar menerima informasi. Baik melalui media cetak atau elektronik. Kita pasti menjadi orang terbelakang, bangsa terbelakang, bahkan negara terbelakang. Maka, bersiap-siaplah mau membuka diri untuk merubah pola pikir tertutup menjadi terbuka dengan belajar dari berbagai sumber apapun. Disertai catatan mampu memfilter/menyaring pengaruh  negatif dari luar. Dengan harapan, agar kita mampu menjadi bangsa yang berkarakter untuk selalu maju ke depan dan melindungi serta mempertahankan eksistensi budaya lokal menjadi budaya nasional yang kaya akan pesan-pesan moral yang adiluhung.
Kota Pendidikan.
          Untuk memperkaya sebutan terbaru kota Ambarawa dari kota Palagan, sekaligus sebagai kota Pendidikan. Jalan terbaik adalah menghidupkan kembali slogan kabupaten Semarang, yaitu JBEM (Jam Belajar Efektif Masyarakat) antara jam 18.00 sampai dengan jam 21.00 WIB. Sarana pendukung sebutan Ambarawa menjadi kota Pendidikan diantaranya adalah tersedianya pendidikan 5 SMP Negeri, dan beberapa SMP/MTs swasta, dan 1 SMA Negeri, SMA Sudirman, SMK Pertanian, SMK Dr Tjipto dan sekolah menengah atas lain-lainnya.
Didukung pula Undaris di Ungaran, UKSW di kota Salatiga yang berjarak 15 km dari kota Ambarawa. Maka, sudah sepantasnya Ambarawa melahirkan perguruan tinggi diwinitif (tetap), mengingat sampai sekarang sudah tersebar perguruan tinggi swasta jarak jauh mulai IKIP Veteran, IKIP PGRI, IKIP Widya Praja dari Klaten, Keguruan Islam cabang Undaris, dan Universitas Terbuka dan lain-lain.
Dukungan paling riil dari masyarakat luas dapat dimulai dari masing-masing individu yaitu mematikan televisi selama kurang lebih 2 jam disetiap harinya yaitu antara pkl 18.00 s.d pkl 21.00 WIB. Para stakeholder juga harus berperan aktif untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan JBEM tersebut, agar tidak hanya sebagai slogan belaka. Maka, harus disertai tindakan nyata untuk selalu memantau dan menyadarkan para warganya.
       Peran efektif diantaranya melalui forum PKK, forum pertemuan antar warga RT di setiap bulannya untuk mengevaluasi JBEM. Akhirnya semua eleman warga menyadari betapa pentingnya JBEM hidup dan berkembang mulai dari tingkat rumah tangga, dan masyarakat. Biasanya lahirlah ilmuwan dari kota Palagan Amabarawa, dan atau warga kabupaten Semarang khususnya, serta Jawa Tengah umumnya untuk mendukung sebutan terbaru dan nyata yaitu kota kecil Ambarawa menjadi kota Pendidikan. Akankah mimpi itu tercapai? Siapa takut!   
(*\Pendidik di SMP Negeri 1 Sumowono.)
                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar