Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 10 September 2009

Cintaku Di Balik Buku

Cintaku  Di Balik Buku
* Wachid El Khwarizm


 Panas terik matahari tak menyurutkan langkahku. Aku keluar dari kampus pukul satu siang setelah terlebih dahulu menunaikan kewajibanku untuk menyembahNya. Bau asap kenalpot dan udara panas menyambutku. Tujuanku satu, aku harus mencari bahan untuk menyelesaikan tugas dari dosen ku. Makan siang aku abaikan dulu. Sebagai mahasiswa Teknik Informatika aku harus kreatif dalam belajar. Kemarin aku sudah dapat bahan untuk tugas matakuliah Elektronic Digital dari internet, tapi itu belum cukup. Maka hari ini aku akan mencari buku di Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang yang berada di alun-alun kota Ungaran. Semakin banyak referensi semakin bagus nilainya. Itu yang dikatakan dosenku.  Sebenarnya buku itu ada sih, di Perpustakaan kampus, tapi semua sudah laris dipinjam teman-temanku. Maklumlah sobat untuk mendapatkan nilai ”A” kami harus segera mengumpulkan tugas itu sebelum ujian akhir semester bulan ini.
Aku melesat melewati Bangjo (trafic light) di depan gerbang kampus ku. Tak perlu waktu lama untuk mencapai tempat tujuan ku. Tinggal satu Bangjo lagi aku belok kiri dan sampailah aku di alun-alun kota Ungaran. Aku tak tahu sobat kenapa tempat itu disebut alun-alun. Karena seperti kebanyakan alun-alun di kota-kota lain, tempat itu harusnya luas seperti lapangan bola yang minimal adalah seratus meter persegi. Tetapi yang ini, jangankan seratus meter, mungkin lima puluh meter persegi aja tidak ada. Fuuuh... kenapa aku yang harus pusing.
            Aku memakirkan motorku di depan kantor Perpusda. Aku masuk dan langsung mengisi buku kunjungan terlebih dahulu. Tas aku letakkan di tempat penitipan tas yang berada disebelah kiri meja petugas. Biasanya ada dua petugas yang melayani, namun ini hanya satu yaitu sorang bapak. Sedang yang biasanya, satu lagi berjilbab sedang tidak ada disana. Sedang istirahat kali, batinku. Ku cari-cari buku Teknik Digital dideretan klasifikasi karya umum. Wuiih... sebodoh-bodohnya aku sobat, aku tahu tentang klasifikasi buku perpustakaan. Aku kan pernah ikut bimbingan teknis perpustakaan yang diselenggarakan Perpusda Kabupaten Semarang!. Gak sombong gitu loch, kalau aku sudah bisa memperkirakan buku yang aku cari berada dimana.
            Untuk hari ini pengunjung Perpusda agak sedikit sepi mungkin mereka sedang ISHOMA (istirahat, sholat, makan) ya?. Ada beberapa pengunjung yang sudah asyik dengan buku bacaannya masing-masing. Aku tebarkan pandangan mencari tempat yang enak untuk membaca.
            ”Subhanalloh” ku ucap dalam hati. Tahukah sobat, seorang gadis berkerudung sedang khusyuk membaca disebelah sana. Dua buku berada didepannya. Satu buku yang dipegangnya berwarna pink berjudul Khadijah, satu lagi masih tergeletak dimeja berwarna biru berjudul Shirah Shahabiyah. Sebagai pengelola Taman Bacaan Aku tahu buku itu. Dua buku best seller, benar-benar bacaan seorang muslimah sejati. Perlu engkau ketahui juga sobat, seperti inilah tipeku (ngaca dulu dong mas....). Bicara masalah tipe sobat, aku suka gadis yang berjilbab dari pada yang tidak. Karena jilbab adalah cermin wanita shalihah. Walaupun itu bukan jaminan, tetapi minimal dia tidak mengumbar auratnya.
            Aku duduk agak jauh dari dia. Sambil curi-curi pandang gitu. Aku pastikan sobat kalau engkau melihatnya dan tidak tertarik, pasti ada yang salah dengan engkau. Yang pertama, kemungkinan engkau sedang sakit. Yang kedua, kupastikan engkau mungkin tidak normal. Dan yang ketiga, segeralah periksa ke dokter. Itu saranku sobat.
            Aku mencoba konsentrasi dengan buku yang aku baca. But i can’t, dia telah menyita pikiranku. Ku coba menghibur pikiranku dengan mengambil buku tulis dan ball point yang ada di tasku untuk mencatat. Dadaku tambah berdesir ketika aku lewat dihadapannya. Apakah aku menyukainya? Kenal saja belum, masak aku sudah suka? Yang pasti dia telah menggangguku. Bukan, maksudku pikirankulah yang terganggu. Oh... tapi ini bukan salahnya. Ini adalah salah Tuhan ku yang telah menciptakannya begitu elok. Kenapa aku harus menyalahkan Tuhan. Wah mulai  error nih.
            Walaupun cuma sedikit yang aku dapatkan dari buku yang aku baca. No problem, yang penting ada pemasukkan buat tugas ku ini. Sedikit lebih baik dari pada tidak sama sekali. Hati dan pikiranku terus berputar, apalagi kalau bukan karena dia. Hingga kutemukan kata-kata ”Tak kenal maka tak sayang”. Ya, aku harus tahu siapa dia, siapa namanya, kalau perlu alamatnya sekalian. Minimal kenalan lah!
            Aku peras pikiranku seperti ketika ujian Kalkulus semester kemarin. Tapi, yang ini lebih rumit sobat, karena aku sangat alergi dengan yang namanya cewek. Apalagi yang satu ini sosok bidadari seperti yang ku damba. Sepertinya dia telah mengganti buku bacaannya. Dan aku tahu buku yang dibacanya sekarang. Ketika Cinta Bertasbih karya Habiburrahman El Shirazy, atau nama penanya Kang Abik. Sekali lagi buku best seller dengan pengarang kondangnya itu. Buku itu pernah aku baca dan aku suka dengan karya-karya Kang Abik yang lain.
Aku mengembalikan buku Teknik Digital ke tempat semula dan mencari buku lain di deretan buku-buku karya sastra. ”Dalam Mihrab Cinta” adalah salah satu karya Kang Abik juga dan itu menjadi pilihanku selanjutnya. Aku duduk dihadapannya dengan buku yang baru aku pilih.
            ”Suka novelnya Kang Abik juga ya, mas?” Oh teguran itu yang ku tunggu. Akhirnya muncul juga. Tapi kenapa lidah ku jadi kelu untuk menjawab nih!
            ”O.. Eh.. iya mbak”. Jawabku tergagap. Ada perasaan bahagia bercampur grogi bercampur... ah pokoknya campur-campur gitu lah.
            ”Mbak penggemar novelnya Kang Abik juga ya?” aku balik bertanya dengan terlebih dahulu menata hati dan ucapanku.
            ”Iya mas.” jawabnya renyah.
            Oh.. ternyata dia anak yang ramah. Dan yang perlu dicatat oleh mu sobat. Kendati dia ramah tapi dia selalu menundukkan kepala menjaga pandangan atau dalam islam disebut Ghadhul Bashar. Oh... ada lagi sobat yang membuat dia tambah menarik. Senyumnya, membuat udara Ungaran yang panas ini menjadi sejuk bagai kita berada di tengah-tengah taman yang teduh oleh pepohonan di kipasi oleh sepoi angin.
            ”Kenapa mbak suka dengan novel-novelnya Kang Abik?” aku melanjutkan dengan pertanyaan yang rasanya kaku kuucapkan.
            ”Ada pesan da’wah yang tersirat ketika kita membaca novelnya itu. Dengan tuturnya yang sopan seakan mengajak kita ke arah jiwa yang lebih baik.”
            Mengangguk, itulah tandanya aku setuju. Sebuah jawaban yang sangat logis yang keluar dari bibir seorang bidadari seperti dia. Memang dari novel-novelnya yang pernah aku baca. Seakan Kang Abik ini berda’wah dengan cara lain yaitu melalui karya novel maupun cerpen-cerpennya.
            Ternyata dia begitu cair sobat, enak dan nyambung, sampai akhirnya aku memberanikan diri menanyakan namanya.
            ”Panggil saya Octa, lengkapnya Octavia Siti Aisyah.” dia menyebutkan namanya. Sebuah nama yang indah disanding dengan nama istri tercinta Rasullulah SAW. Dia juga mengatakan bahwa dia masih kuliah disalah satu universitas negeri di Semarang. Pendidikan menjadi pilihannya. Ih... aku jadi membayangkan jadi muridnya. Aku mungkin menjadi murid yang paling pandai. Terlalu....!
            Tahukah sobat mungkin tidak ada hati yang paling bahagia selain hatiku. Tak ada hari yang paling indah selain hariku. Hidupku seakan berbunga-bunga bertambah semangat dalam mengarungi kehidupan.
* * *
Mengenalnya membuat aku semakin rajin ke Perpusda, kendati kampus juga memiliki Perpustakaan. Tugas ku sudah selesai dua minggu yang lalu dan sudah aku kumpulkan ke dosen pengampu. Terus terang mungkin cinta yang menggerakkan kakiku kesana. Mungkin ini efek positif dari cinta. Tapi sobat, bukan cinta seperti yang kau pikirkan. Bukan cinta seperti kebanyakan orang yang sedang jatuh cinta. Cinta ini adalah cinta antara saudara seiman, cinta antara sahabat. Terus terang sobat, aku tak sebanding dengannya dalam hal apapun. Mengenalnya, merupakan anugerah tak terkira dari yang Maha Kuasa. Kalau memang dia jodohku maka aku pasti akan dipertemukan dalam suatu ikatan suci yang di ridhoi oleh Tuhan.
            Sering kita berdiskusi tentang buku yang telah kami baca. Kadang aku menanyakan kiat-kiat untuk belajar yang efektif karena aku tahu dia lebih menguasai tentang itu dibanding aku. Tahu sendiri kan, dia dari Fakultas Pendidikan yang nantinya akan menjadi pengajar yang baik.
            Bisa dipastikan, mungkin dia salah satu mahasiswa yang pintar di kampusnya. Aku bisa lihat dari cara bicaranya dan hobinya membaca. Bukankah dengan membaca menjadikan kita tahu isi dunia.
Aku teringat akan slogan dari Perpusda Selangkah kakimu ke Perpustakaan, berjuta manfaat kau dapat”. Aku jadi ingin menambahi, ”Rajinlah baca buku, kau akan tambah ilmu dan mungkin disana Bidadarimu menunggu”, slogan yang manis.
***

(*Pengelola TBM Nurul Fatah Gemawang)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar