Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 30 Mei 2013

Puisi Karya Anak SD

HUTAN

Terkadang mereka memanggil
Terkadang mereka menjauh
Hanya ada cahaya pada siang hari
Dan kegelapan pada malam hari

Kudengar suara gemercik air mengalir
Pepohonan menyapu sebuah daratan
Pagi hingga siang hari hanya burung yang berkicau
Angin bertiup dan lolongan srigala di malam hari

ASAL MULA DESA PLEDOKAN KEC.SUMOWONO

*/Mediarso Tri Soelistyo, SS.

Pada jaman dahulu kala ada sebuah ladang luas yang subur dan ditumbuhi dengan berbagai pohon besar. Namun pada waktu itu tidak satu orangpun yang berani menebang pohon-pohon besar tersebut. Karena masyarakat percaya bahwa pohon-pohon besar itu yang menyimpan air untuk menyuburkan tanah di ladang luas tersebut. Selain itu, di ladang itu merupakan tempat bersemayam roh para leluhur masyarakat setempat. Suatu waktu datang beberapa orang pribumi yang mengaku Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Rombongan ini dipimpin oleh Ratu Kedok. Mereka berpendapat daerah ladang luas yang subur itu merupakan hak kepemilikan dari VOC.

satu hari satu buku



Senin, 20 Mei 2013

"Bincang Sastra" Komunitas Penulis Ambarawa bersama Saut Poltak Tambunan


Berawal dari kesamaan hobi menulis, tak sengaja bertemu di Perpustakaan Ambarawa. Tercetuslah sebuah ide membentuk sebuah Komunitas. Komunitas Penulis Ambarawa lahir awal bulan Januari 2013 dengan pertemuan setiap 2 minggu sekali.
Di setiap ‘kopdar’, Ada bedah karya dari masing-masing anggota secara bergantian. Membaca naskah sastra dari salah satu anggota kemudian diberikan penilaian. “Biar bisa sama-sama belajar sekaligus mini proof reading bagi anggota”, ungkap Ibu Budiyanti, Guru SMPN 1 Banyubiru yang aktif dalam forum penulis Ambarawa ini. Komunitas yang lahir pada bulan Januari di Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa ini, kemudian menjadikan perpustakaan Ambarawa sebagai basecamp, alias tempat berkumpul.

Lomba Penelusuran Informasi



Kegiatan Pramuka di Perpustakaan
       Salam Pramuka!
, Hari Kamis 31 Januari 2013, Di Unit Pelayanan Perpustakaan Ambarawa terlihat berbeda. Beberapa regu pramuka siaga dengan bendera kebanggaanya berbaris di depan perpustakaan. Mengikuti Lomba Penelusuran Informasi. Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah Kabupaten semarang bekerjasama dengan SDN Gondoriyo 01 Jambu.

LINGKUP TATA KEARSIPAN DALAM PERMENDAGRI NOMOR 78 TAHUN 2012


Oleh : Drs. Budiyono
   
Undang-Undang Nomor 43 Thun 2009 tentang Kearsipan telah diterbitkan dan menjadi landasan kita untuk melaksanakan kegiatan kearsipan, dengan harapan  agar terwujud penyelenggaraan  pemerintahan yang baik dan bersih dan dapat menunjukkan tanggungjawabnya dalam penyelenggaraan, penciptaan, pengelolaan dan pelaporan arsip yang tercipta dari kegiatan-kegiatannya. Pemerintah telah komitmen dengan UU tersebut, terbukti dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah RI Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan.
Untuk mengimplementasikan PP yang baru tersebut, maka terbit Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 78 Tahun 2012 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Kepmendagri dan Pemerintah Daerah. Dengan demikian pelaksanaan tata kearsipan diharapkan dapat menyesuaikan aturan baru dengan perkembangan dan teknologi sekarang ini sekaligus tata aturan yang lama seperti Permendagri Nomor 38 Tahun 2005 tentang Tata Kearsipan di Lingkungan Depdagri dan Permendagri Nomor 39 Tahun 2005 tentang Pedoman Tata Kearsipan di Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi.

Solusi Murah Sarana Promosi Perpustakaan


*/Bambang Murdianto,SS.


Sudah mahfum, bila sebuah perpustakaan kesulitan untuk mengembangkan dirinya. Mulai dari keterbatasan kemampuan SDM sampai dengan kurangnya dukungan anggaran, yang menurut sebagian orang menjadi alasan klise untuk sebuah argumen stagnan-nya perkembangan perpustakaan. Namun kedua hal tersebut tidak bisa dikesampingan, merupakan faktor utama majunya perpustakaan.

SATU HARI SATU BUKU


*/Siti Masruroh,A.Ma.Pust

 Dalam pola kehidupan di masyarakat Indonesia membaca merupakan hal yang jarang menjadi konsumsi publik. Dalam survey yang dilakukan oleh badan survey nasional rata-rata masyarakat menengah kebawah tidak memiliki waktu untuk membaca. Mereka lebih disibukkan dalam mencari nafkah dan mengurus keluarga. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi negara Jepang yang juga terkenal sangat workaholic  walaupun mereka disibukkan dengan pekerjaan mereka menyempatkan waktu untuk membaca. Di jalan, di kendaraaan umum, di restoran dan dimana pun ada kesempatan mereka gunakan untuk membaca.
   Membaca banyak sekali manfaatnya untuk kesehatan bahkan untuk hubungan sosial. Ada beberapa manfaat membaca di antaranya :
1. Membaca merupakan proses mental secara aktif. Tidak seperti duduk di depan sebuah kotak TV, Plasystation, dll, membaca membuat Anda menggunakan otak Anda. Ketika membaca, Anda akan dipaksa untuk memikirkan banyak hal yang Anda belum mengetahuinya. Dalam proses ini, Anda akan menggunakan sel abu-abu otak Anda untuk berfikir dan menjadi semakin pintar.
2. Membaca akan meningkatkan kosakata Anda. Anda dapat belajar bagaimana mengira suatu makna dari suatu kata (yang belum Anda ketahui) dengan membaca konteks dari kata-kata lainnya di sebuah kalimat. Buku, terutama yang menantang, akan menampakkan kepada Anda begitu banyak kata yang mungkin sebaliknya belum Anda ketahui.
3. Membaca akan meningkatkan konsentrasi dan fokus. Anda perlu untuk bisa fokus terhadap buku yang sedang Anda baca untuk waktu yang cukup lama. Tidak seperti majalah, internet atau email yang hanya berisi potongan kecil informasi, buku akan menceritakan keseluruhan cerita. Oleh sebab Anda perlu berkonsentrasi untuk membaca. Seperti otot, Anda akan menjadi lebih baik di dalam berkonsentrasi.
4. Membangun kepercayaan diri. Semakin banyak yang Anda baca, semakin banyak pengetahuan yang Anda dapatkan. Dengan bertambahnya pengetahuan, akan semakin membangun kepercayaan diri. Jadi hal ini merupakan reaksi berantai. Karena Anda adalah seorang pembaca yang baik, orang-orang akan mencari Anda untuk mencari suatu jawaban. Perasaan Anda terhadap diri Anda sendiri akan semakin baik. Namun ingat, ikhlas tetap merupakan jalan untuk mencapai kesuksesan, dan berhati-hatilah dari sikap merasa bangga diri. Bersyukurlah selalu kepada Allah atas secuil pengetahuan yang Anda miliki.
5. Meningkatkan memori. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa jika Anda tidak menggunakan memori anda, Anda bisa kehilangannya. Teka-teki silang adalah salah satu contoh permainan kata yang dapat mencegah penyakit Alzheimer. Membaca, walaupun bukan sebuah permainan, akan membantu Anda meregangkan “otot” memori Anda dengan cara yang sama. Membaca itu memerlukan ingatan terhadap detail, fakta dan gambar pada suatu literatur, alur, tema atau karakter cerita.
6. Meningkatkan kedisplinan. Mencari waktu untuk membaca adalah sesuatu yang kita sudah mengetahuinya untuk dilakukan. Namun, siapa yang membuat jadwal untuk membaca buku setiap harinya? Hanya sedikit sekali. Karena itulah, menambahkan aktivitas membaca buku ke dalam jadwal harian Anda dan berpegang dengan jadwal tersebut akan meningkatkan kedisiplinan.
7. Meningkatkan kretivitas. Membaca tentang keanekaragaman kehidupan dan membuka diri Anda terhadap ide dan informasi baru akan membantu perkembangan sisi kreatif otak Anda, karena otak Anda akan menyerap inovasi tersebut ke dalam proses berfikir Anda.
8. Mengurangi kebosanan. Salah satu kebiasaan yang saya miliki adalah, apabila saya merasa bosan, maka saya akan mengambil buku dan mulai membacanya. Apa yang saya temukan dengan berpegang kepada kebiasaan ini adalah, saya menjadi semakin tertarik dengan suatu bahasan buku dan saya sudah tidak bosan lagi. Maksud saya, jika Anda merasa bosan, Anda akan merasa lebih baik dengan membaca buku yang bagus, bukan? Jika Anda ingin memecahkan rasa malas yang monoton, dan kehidupan yang tidak kreatif dan membosankan, maka pergi dan ambillah satu buku yang menarik. Bukalah halaman-halamannya dan jelajahi dunia baru yang penuh dengan informasi dan kecerdasan. (Sumber: http://rachdie.blogdetik.com/2011/02/05/8-manfaat-membaca/)
   Tidak ada alasan untuk tidak membaca setelah mengetahui banyak sekali manfaat dari membaca. Memulai dari diri kita, keluarga, lingkungan sekitar. Isi waktu luang dengan membaca, jangan merasa malu ketika antre di bank membaca buku, di dalam angkot membaca buku. Pertama-tama akan terasa canggung tapi,lama-lama pasti akan biasa. Dengan begitu pasti juga akan menarik minat lingkungan di sekitar kita.
Mari membiasakan membaca hingga nanti berkembang menjadi budaya. Membudayakan membaca berarti mengangkat derajat bangsa untuk menjadi lebih baik, mempertahankan moral ketimuran bangsa. Membiasakan menbaca satu hari satu buku, mulai dari bacaan-bacaan ringan seperti koran, tabliot atau mungkin komik dan memiliki target untuk menaikan level tingkat bacaan yang lebih berbobot. Tidak ada ruginya dengan membudayakan membaca. Kesehatan otak dan wawasan kita semakin terasah, rasa percaya diripun akan semakin meningkat hal ini akan sangat berguna untuk hubungan sosial kita.
Pustakawan SMK Telekomunikasi Tunas Harapan. 

Minggu, 19 Mei 2013

MENCIPTA KEGEMARAN MEMBACA


 Oleh : Ardie Tyastama

Sudah lama saya bergumul dengan dunia buku, sudah lama pula saya bertemu dengan berbagai macam tipe orang dalam menyikapi buku. Ada yang cuek sama sekali terhadap buku. Ia sama sekali tidak peduli dengan keberadaan buku. Pada kutub yang berbeda, kita mengenal istilah kutu buku, seseorang yang  diibaratkan seekor kutu, yang  tak pernah diam menghadapi buku. Ia  terus melahap dimanapun buku berada. Ada lagi yang model tanggung. Suka mengoleksi buku, tapi tidak pernah membacanya. Ada lagi yang terpaksa suka baca buku karena ada tuntutan dari pihak eksternal. Seperti tugas kampus, tugas belajar maupun tuntutan dunia kerja.

RACUN BERBISA DARI IBU


Oleh: Meka Nitrit Kawasari

Kasih ibu kepada beta…tak terhingga sepanjang masa
Hanya memberi tak harap kembali
Bagai sang surya menyinari dunia

            Siapa yang tak ingat dengan lagu yang penuh makna di atas??? Lagu tersebut benar-benar membuat kita, para anak yang menginjak remaja atau bahkan dewasa langsung teringat akan sang ibu karena kasihnya memang benar-benar sepanjang masa tanpa berharap akan imbalan. Terus apa ya hubungan sama judul di atas??Kok bisa sih ibu ngasih racun ke anaknya, berbisa pula bak ular saja, padahal banyak yang bilang kasihnya sepanjang masa?? Kok jadi kayak berita-berita di surat kabar dengan berbagai peristiwa yang membuat miris itu yah. Eits…tunggu dulu, jangan salah sangka yah pembaca. Ya bisa lah ibu ngasih racun sama anaknya, karena kasih sayang kepada anaknya itulah, berbagai cara dilakukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sang buah hati termasuk memberikan racun yang penuh dengan bisa ini sedari kecil.

Plagiarisme dan upaya perpustakaan mengatasinya


*/Phillips Iman Hery W

 Diyakini tindakan plagiarisme terjadi bukan saat ini saja melainkan sudah terjadi sekian lama dan cukup banyak terutama dikalangan akademisi. Plagiarisme merupakan sebuah penyakit intelektual yang menjangkiti kalangan akademisi yang hendak mengambil jalan pintas, mematahkan daya kreatif dan inovatif serta tanpa mempedulikan hak cipta dari penulisnya, untuk itu perlu upaya untuk memberantasnya. Memerangi plagiarisme tidak bisa dilakukan secara sporadis melainkan adanya upaya terpadu dan sistematis dari seluruh sivitas akademika serta unit pendukungnya tanpa terkecuali perpustakaan.

Perpustakaan dan Usaha Peningkatan Kesejateraan Masyarakat


Oleh : Heri Abi Burachman Hakim

Setiap negara di belahan bumi ini tentu memiliki tujuan didirikannya negara tersebut. Bergitu pula bangsa indonesia, negara ini memiliki tujuan yang ingin dicapai. Bangsa Indonesia memiliki berbagai tujuan yang terekam dalam Undang-undang dasar 1945. Salah satu jutuan bangsa ini yang tercantum dalam pembukaan undang-undang dasar 1945 adalah meningkatkan kesejahteraan sosial atau perbaikan kesejahteraan masyarakat.
Lalau pertanyaannya apakah tujuan tersebut telah tercapai? Apakah bangsa ini, masyarakatnya telah sejahtera? Setelah 56 tahun merdeka serta telah mengalami beberapa pergantian tampuk kepemimpinan apakah bangsa ini telah sejahtera? Jika melihat kondisi riil di masyarakat tentu jawabannya adalah belum. Masalah tingkat pengangguran, kemiskinan, jaminan kesehatan bagi warga miskin, pendidikan dan masalah penyiksaan terhadap tenaga kerja Indonesia merupakan berbagai indikator yang menunjukkan bahwa secara umum masyarakat Indonesia belum sejahtera.

PERANAN ORGANISASI PROFESI PUSTAKAWAN DI INDONESIA


OLEH :  B. ENDANG SUDARTI RESPATINIGSIH,SIP


Sejak jaman Yunani kuna telah timbul pemikiran dari kalangan ilmuwan tentang  teory dan dasar- dasar terbentuknya suatu organisasi, hal tersebut membuktikan bahwa organisasi sangat dibutuhkan keberadaannya oleh manusia. Dalam upayanya  mencapai tujuan bersama maka terbentuklah kelompok- kelompok tertentu untuk  mempermudah dan mewujudkan tujuan kelompoktersebut, kegiatan pembentukan organisasi  dari para anggota organisasi tersebut telah berjalan dengan baik, rapi dan teratur. Di era sekarang ini organisasi profesi sangat dibutuhkan tak lain bertujuan agar mempermudah para anggota untuk melaksanakan tugas tugas dan kewajiban mereka secara profesional.

Multi level Writing Bagi Pustakawati


Oleh : A. Mahbub Djunaidi*)

Perempuan, Menulislah! Demi keadilan, kesetaraan, kemanusiaan dan kecantikan, demikian penggalan kalimat provokasi dari Feminis Mesir Fatimah Mernissi bagi wanita agar mempunyai kegemaran dalam menulis.

Istilah multi level writing mungkin baru muncul di dunia kepustakawanan. tetapi kalau istilah multi level marketing sudah tidak asing di telinga pustakawan, apalagi pustakawati karena kegiatan ini bersifat bombastis yang mampu mempengaruhi seseorang dalam berbisnis. Secara garis besar multi level marketing diartikan sebagai pemasaran yang mempunyai keuntungan tambahan berdasarkan tingkat tataran orang yang direkrut dalam memasarkan sebuah produk sehingga walaupun tidak beraktivitas kerja kalau orang yang direkrut telah berhasil menjual produknya maka dia akan turut memperoleh keuntungan yang dihasilkannya. Semakin banyak anggota yang direkrut, maka akan semakin banyak pula tambahan insentif yang diraih.
Adapun  multi level writing di sini diartikan perolehan keuntungan dari kegiatan menulis, lebih-lebih kegiatan menulis yang dilakukan oleh pustakawati. Ada fenomena yang menarik di dunia tulis menulis bagi psutakawati dan informasi ini jarang diketahui oleh mereka. Maka tidak heran jika sekarang telah banyak perempuan yang telah berhasil menjadi penulis terkenal. Sebut saja Dewi Lestari / Dee,  Mira W,  Marga T, Djenar Mahesa Ayu’ NH. Dini, Ayu Utami, La Rose, Fira Basuki, Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia dan masih banyak lagi. Beberapa manfaat menulis bagi pustakawati antara lain adalah pembuktian rasa keadilan, kesetaraan, kemanusiaan dan menambah kecantikan bagi pustakawati. Paling tidak keempat pilar itu merupakan multi level utama dari kegiatan menulis bagi pustakawati.
Sudah menjadi fitrah kalau perempuan termasuk di dalamnya pustakawati ingin tampil secantik mungkin, anggun, dan berwibawa. Kecantikan itu akan diperoleh jika pustakawati mempunyai kebiasaan menulis. Kegiatan ini sangat efektif karena selain mempertahankan kecantikan secara alami juga tidak perlu mengkonsumsi obat awet muda, tidak perlu lagi mencari obat herbal  dan tidak perlu minum obat anti kerut. Kalau pustakawati mempunyai kebiasaan menulis, maka secara otomatis akan selalu tambil lebih muda dan kulit tidak mudah mengerut. Dalam buku yang berjudul Women's Rebellion and Islamic Memory yang ditulis oleh Fatimah Mernissi (1996) dinyatakan bahwa kegiatan menulis bagi perempuan adalah lebih baik ketimbang operasi pengencangan kulit wajah atau krim pelembab sekali pun. Kalimat ini sekaligus sebagai pembuktian dari keempat pilar multi level kegiatan menulis bagi pustakawati yang dimulai dari kecantikan.  Pustakawati yang biasa menulis akan mempunyai kulit yang berpenampilan segar karena meningkatnya aktivitas sel dalam tubuh dan struktur kulit ari akan menjadi kuat sehingga kulit yang mengerut segera memudar dan wajah tentunya menjadi lembut kembali.
Tiga pilar lainnya yaitu keadilan, kesetaraan dan kemanusian akan terjawab mana kala pustakawati telah menuangkan semua ide dan gagasannya untuk memecah kebiasaan dalam masyarakat kita yang patriarki, dimana dalam sistem tersebut perempuan dikebiri dalam lack of power atau kelangkaan kekuasaan.
Wahidatul Hasanah (2008) mengatakan bahwa perempuan mempunyai hak dan derajad yang sama dengan pria dalam mendapatkan kemajuan, bahkan perempuan pun bertanggung jawab akan keberhasilan keluarga. Maka dari itu perempuan Indonesia harus belajar dan belajar melalui berbagai media seperti pendidikan formal, buku, media massa, dan dialog. Belajar akan menghindarkan diri dari jebakan gosip karena pada dasarnya perempuan bakat untuk bergosip. Selain itu belajar juga membuat perempuan menjadi mampu menjalankan peran setara dengan pria. Dengan tulisan, perempuan telah memperbaiki struktur masyarakat yang lebih adil, dan mematahkan perbedaan status dalam bermasyarakat. Bila pustakawati tidak menulis, berarti diam atau bungkam dan bahkan dapat dikatakan bisu karena tak berbicara. Diamnya wanita akan merangsang tumbuhnya perlakuan tidak adil dan tidak manusiawi.
Nah, dari sinilah arti pentingnya kegiatan menulis bagi pustakawai, tampil sebagai subjek, menyuarakan suara kaum perempuan yang sedang menuntut keadilan, kesetaraan, dan diperlakukan secara manusiawi. Itu semua merupakan keuntungan pokok bagi perempuan maupun pustakawati dari sisi ekstern. Sedangkan keuntungan ekstern lain yang posisinya dibawah keuntungan pokok adalah lahirnya percaya diri, perasaan dibutuhkan orang lain, perasaan telah menolong kaum perempuan dari keterpurukan, mampu mempengaruhi orang lain, membuktikan kesetaraan, dan selalu memgikuti perkembangan informasi. Ketika perempuan-perempuan turut merasakan seperti apa yang dirasakan pustakawati, maka kaum perempuan akan memberikan penghormatan yang lebih dari yang lainnya, juga akan menempatkan posisi pustakawati pada posisi yang terhormat karena telah mengangkat harkat dan martabat kaumnya.
Demikian ini mencerminkap sikap profesional seorang pustakawan juga pustakawati. Perannya dalam menghimpun, mengolah dan menyebarkan informasi merupakan kunci utama yang harus ditunjukkan ketika seseorang sudah menyandang gelar pustakawan. sehingga mampu mengangkat citra perpustakaan dimana dia bekerja. Pustakawati, sebagai mana pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan". (Undang-Undang Perpustakaan No.mor 43 Tahun 2007 pasal 1 ayat 2). Pustakawati bernaung di perpustakaan yang merupakan institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka (pasal 1 ayat 1).
Pustakawati dalam pandangan Undang-undang Perpustakaan tersebut diatas lebih banyak berperan sebagai pengelola dokumen / informasi dan pelayan dokumen / informasi bagi masyarakat pengguna perpustakaan, dimana batasan pengguna perpustakaan tidak diikat dengan sistem dan aturan. Dengan demikian kesempatan seluas-luasnya bagi pustakawati untuk berkiprah memperjuangkan kaum hawa menjadi kaum informis dimana informasi sendiri merupakan hasil dari pengolahan data dan fakta menjadi komoditas, informasi yang lengkap, valid, cepat, dan sesuai dengan kebutuhan bernilai tinggi jika dimanfaatkan untuk menghasilkan analisis yang dapat dipakai sebagai dasar untuk mengambil keputusan (Wiji Suwarsono, 2010).
Untuk mewujudkan masyarakat informasi, seyogyanya pustakawati memiliki sikap yang baik dan ramah kepada para pemustaka yang dilayaninya. Kode Etik Pustakawan Indonesia Tahun 2006 pasal (2), dijelaskan bahwa pustakawan (termasuk pustakawati) mempunyai kewajiban untuk membina dan membentuk karakter pustakawan, mengawasi tingkah laku pustakawan dan sarana kontrol sosial, mencegah timbulnya kesalahpahaman dan konflik antara sesama anggota dan antara anggota dan masyarakat, menumbuhkan kepercayaan masyarakat pada perpustakaan dan mengangkat citra pustakawan. Pandangan orang terhadap pustakawan dan pustakawati mungkin belum seperti yang diharapkan. Tentu saja kejadian ini menohok kepada pejabat pustakawan. Tetapi sekaligus membawa hikmah bagi pustakawan bila hal ini dimaknai sebagai cambuk yang membangkitkan kesadaran akan kekurangan pustakawan dalam memahami tugas dan dalam memberikan layanan kepada masyarakat. 
Bila kita mau melihat apa yang dikerjakan oleh pustakawan di negara lain kususnya Negara Barat dan Bangsa Asia Timur, kita akan memahami bahwa tugas pustakawan tidak hanya menunggu orang yang akan pinjam buku saja, tetapi mereka sibuk melayani anak-anak yang minta bimbingan dalam belajar.  Ditunjang dengan keadaan di sana, di mana anak-anak di negara itu mau memanfaatkan perpustakaan sebagai ruang belajar bersama mereka. Jadi, pustakawan di negara tetangga juga berfungsi sebagai guru pembimbing bagi anak-anak yang sedang belajar. Keberadaan perpustakaan benar-benar membawa keberuntungan bagi mereka yang berjiwa maju. Sementara itu, pustakawan kita masih disibukkan dengan kegiatan teknis yang tidak ada habisnya. Untuk itu perlu pembenahan konsep dalam tugas dan fungsi pustakawan. Selain sebagai tenaga teknis, pustakawan dan pustakawati mempunyai tugas untuk mengembangkan minat baca masyarakat.
Ditandai dengan kegiatan ini, rasanya tidak ada bedanya antara tugas pustakawan dengan pustakawati. Ini artinya, posisi pustakawan dan pustakawati tidak ada sekat pemisah lagi dan mempunyai beban yang sama. Dengan kata lain kegiatan yang dilaksanakan dalam perpustakaan telah mampu mewujudkan keadilan, keseteraan, dan kemanusiaan. Pustakawan mempunyai hak untuk menulis, demikian pula pustakawati mempunyai hak yang sama dengan pustakawan. Angka kredit yang dihasilkan dari menulis karya ilmiah antara pustakawan dengan pustakawati juga sama, tidak dibedakan. Dalam Surat Keputusan Kepala Perpustakaan Nasional Republik Insonesia Nomor 10 Tahun 2004 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya dinyatakan bahwa kegiatan menulis karya ilmiah, hasil penelitian, pengkajian survei dan atau evaluasi di bidang perpusdokinfo yang tidak dipublikasikan mendapat angka kredit sebesar 12,500 point bila berupa buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional, sedangkan bila dalam bentuk makalah yang diakui oleh instansi yang berwenang setiap naskah mendapat nilai angka kredit sebesar 6 point. Namun bila membuat karya tulis ilmiah,  hasil penelitian, pengkajian survei dan atau evaluasi di bidang perpusdokinfo yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan akan memperoleh angka kredit sebesar 8 point setiap judul (bila berupa buku) sedangkan bila dalam bentuk makalah mendapat nilai angka kredit sebesar 4 point. Di sana tidak disebutkan tabel pilah bila dikerjakan oleh pustakawan dan pustakawati, tetapi diperlakukan sama. Dengan demikian keuntungan yang diperoleh antara pustakawan dan pustakawati pada pekerjaan yang sama akan mempunyai keuntungan yang sama pula. Hanya saja bagi pustakawati akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak lagi akibat kegiatan menulis, antara yaitu berupa awet cantik karena kegiatan menulis bagi wanita akan menyegarkan kembali kulit akibat dari kandungan aktif aktivitas sel, dan menguatkan struktur kulit ari sehingga kerutan dalam wajah akan memudar dan wajah menjadi lembut kembali (Fatimah Mernissi, 1996).
Wal hasil, tidak ada keraguan lagi bagi pustakawati untuk menekuni kembali kegiatan menulis agar tetap cantik, berkualitas, tidak direndahkan, dihormati, dibutuhkan orang lain, mempercepat karir, dan juga menambah rejeki penghasilan berupa point ( angka kredit ) dan koin ( honor menulis).
*)Mantan Pustakawan. 

Mari Panggil Diri Sendiri


Habib A Abdullah)*

Sudah menjadi pemakluman masal bahwa perpustakaan, dimana saja termasuk sektor paling lesu. Jika perpustakaan itu ada di sekolahan, geliatnya tak segegap gempita kantin, ruang TU, dan tempat parkir.  Bahkan, presentasi lalu lintas pengunjungnya  masih sekian tingkat di bawah toilet. Jika perpustakaan itu berdiri di suatu saerah, berdirinya tak segagah mall, terminal,  bahkan kedai rental game online. Perpustakaan menjadi daftar paling buncit tempat-tempat yang layak kunjung, utamanya kaum muda.
Banyak yang sadar, kalau sepinya perpustakaan merupakan salah satu wujud ketakberesan bangsa ini. Sebab, seperti yang telah diamini bersama, bahwa bangsa berkualitas adalah bangsa yang banyak tahu sekaligus tahu banyak, dan itu ada pada bangsa yang gemar membaca. Adapun perpustakaan, diakui atau tidak, telah menjadi tolak ukur minat baca masyarakat.

Bersama Perpustakaan, Merancang Sukses Anak Sejak Dini

*Zulaekah

Bahasa cinta terhadap anak :
            pemberian hadiah, layanan yang baik, kata-kata pendukung, sentuhan fisik dan penyediaan waktu yang berkualitas bagi anak.            
           

            Setiap anak memiliki potensi sukses sejak dilahirkan, dan potensi tersebut terus diasah seiring pertumbuhannya. Hal yang paling berpengaruh terhadap potensi tersebut adalah kontak dengan lingkungannya. Lingkungan pertama yang dikenal anak adalah keluarga (pendidikan non formal), kemudian masyarakat (pendidikan informal) dan sekolah (pendidikan formal).Diantara ketiga lingkungan tersebut, lingkungan keluargalah yang paling berperan terhadap kisah sukses anak di masa mendatang. Hal ini dimungkinkan mengingat keluargalah yang paling dominan mengadakan kontak terhadap anak usia dini, anak di masa golden age.