Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Minggu, 04 November 2012

KETERBATASAN TAK MENGHALANGI MEREKA UNTUK BERKARYA


Oleh : Rudi Wachid El Khwarizm

Tuhan Jangan Tinggalkan Aku
Apakah kita pernah menghitung nikmat yang telah Tuhan berikan kepada pada kita? Mulai dari bangun tidur sampai tidur lagi. Mulai dari nafas sebagai penanda hidup kita…? Saya yakin hampir semua dari kita tidak ada yang mampu menghitung-Nya.
Lho… untuk apa kita menghitung nikmat-Nya? Jawabannya adalah untuk membandingkan dengan seberapa banyak kita mengeluh atas pemberian-Nya.
Sebagian dari kita menganggap bahwa kekurangan yang ada pada diri kita adalah ketidaksempurnaan yang diberikan oleh-Nya. Jarang sekali kita berpikir tentang apa hikmah dari semua itu. Mengeluh adalah hal yang sering kita lakukan. Ketahuilah bahwa tidak ada sesuatupun yang Dia ciptakan itu sia-sia.
Kalimat paling atas adalah salah satu judul novel best seller. Taukah Anda, siapa pengarangnya? Beliau adalah Etty Hadiwati Arief atau lebih dikenal dengan nama pena Pipit Senja. Beliau lahir di Sumedang, 16 Mei 1956 dari pasangan Hj.Siti Hadijah dan SM. Arief (alm) seorang pejuang’45. Novel yang telah ditulisnya ratusan, tapi yang telah diterbitkan sebagai buku baru sekitar 80. Pipiet Senja harus ditransfusi darah secara berkala seumur hidupnya karena penyakit kelainan darah bawaan. Memiliki dua orang anak yang selalu membangkitkan semangat; Haekal Siregar , Adzimattinur Siregar. Aktivitasnya saat ini sebagai anggota Majelis Penulis Forum Lingkar Pena, sering diundang seminar kepenulisan ke pelosok Tanah Air dan mancanegara, ngepos di Penerbit Jendela.
Awalnya  dia produktif menulis adalah karena kebutuhan mendasar yang menyangkut hidup dan matinya dia, tiap bulan dia harus transfusi darah untuk kelangsungan hidupnya dan itu butuh biaya, sementara orangtuanya hidup cukup sederhana. Maka jalan keluarnya adalah dia berusaha untuk membuat karya dan rutin mengirimnya ke berbagai media dengan harapan dimuat dapat honor, dan honornya untuk membiayai transfusi darah tersebut. Kisah hidupnya begitu membekas di hati karena sungguh indah hikmahnya.
Pipit Senja aktif berkarya di Forum Lingkar Pena. Menulis buku untuk anak-anak, menulis Novel, Antologi Cerpen Bersama serta jadwal seminar kepenulisan ke seluruh pelosok Indonesia. Dari sebuah ketidak sempurnaan itulah tercipta berbagai karya.
Selain itu siapa tak kenal novel seperti Balada Si Roy, Kupu-Kupu Pelangi, Kepada-Mu Aku Bersimpuh, Biarkan Aku Jadi Milik-Mu, Lewat Tengah Malam. Yup, Gola Gong nama pengarangnya. Terlahir dengan nama asli Heri Hendrayana Harris. Dia dilahirkan di Purwakarta pada 15 Agustus 1963 dari ibu bernama Atisah dan ayah bernama Harris. Gola Gong adalah anak kedua dari lima bersaudara. Bapaknya adalah guru olahraga sedangkan ibunya seorang guru di sekolah keterampilan putri, Serang.
Pada umur 11 tahun Heri (Gola Gong) kehilangan tangan kirinya. Itu terjadi saat dia dan teman-temannya bermain di dekat alun-alun Kota Serang. Saat itu sedang ada tentara latihan terjun payung. Kepada kawan-kawannya dia menantang untuk adu keberanian seperti seorang penerjun payung. Uji nyali itu dilakukan dengan cara loncat dari pohon di pinggir alun-alun. Siapa yang berani meloncat paling tinggi, dialah yang berhak menjadi pemimpin di antara mereka. Kecelakaan yang menyebabkan tangan kirinya harus diamputasi itu tidak membuatnya sedih. Bapaknya menegaskan kepadanya: “Kamu harus banyak membaca dan kamu akan menjadi seseorang.”
Bersama istrinya Tias Tatanka (seorang penulis juga) dari Solo, Gola Gong mengelola Rumah Dunia. Impiannya sejak remaja untuk memiliki gelanggang remaja terwujud dengan didirikannya komunitas kesenian Rumah Dunia. Komunitas ini berada di atas tanah 1000 meter persegi di belakang rumahnya di Komplek Hegar Alam, Ciloang Serang, Banten. Komunitas semacam ini adalah impiannya beserta temannya Toto ST Radik, dan (alm) Rys Revolta. Bangunannya berupa dua buah perpustakaan anak dan remaja (pelajar/mahasiswa), panggung pertunjukan, plaza, mushola, toilet, ruang bermain, dan toko buku. Koleksi buku yang Rumah Dunia miliki sekarang lebih dari 5.000 judul.
Gola Gong selain sebagai penulis, dia juga bekerja di RCTI, dengan jam terbang tinggi. Puluhan novel dan skenario telah lahir dari imajinasi kreatifnya. Tidak sedikit novelnya diangkat menjadi serial sinetron. Salah satunya PadaMu Kubersimpuh, pernah diputar RCTI sepanjang Ramadhan 2001. Tidak berbeda jauh.. Seperti Pipit Senja, Gola Gong juga sering diundang untuk seminar kepenulisan di seluruh Indonesia (yang terbaru di Magelang). Sekali lagi ketidak sempurnaan tidak menghalanginya untuk tetap berkarya.
 “Barang siapa bersyukur, maka niscaya akan Ku tambah nikmat-Ku padamu, dan barang siapa kufur maka sesungguhnya azab Allah sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7).
“Lalu nikmat-Ku yang mana lagi yang kau dustakan.” Ayat ini disebut berulang-ulang di dalam surat Ar Rahman mengisyaratkan betapa kita seringkali lupa atau sengaja melupakan hal yang bahkan sekecil apa pun yang berkenaan dengan diri kita, itu sebenarnya adalah nikmat-Nya untuk kita. Ayat ini diletakkan di akhir setiap ayat yang menjelaskan nikmat Tuhan yang diberikan kepada manusia. ‘Seolah-olah’ Tuhan. mempertanyakan kepada kita: “Nikmat-Ku yang mana yang kamu dustakan?”
Dua tokoh diatas adalah beberapa inspirator yang bisa kita contoh walaupun hidup dalam ketidak sempurnaan fisik. Mungkin masih banyak lagi yang bisa menjadi contoh. Namun itu saja sudah cukup untuk kita instropeksi diri bahwa ada hikmah yang telah Tuhan ciptakan semua ini.
Semoga kita bisa menjadikan ketidak sempurnaan yang ada pada diri kita sebagai suatu kelebihan yang diberikan Tuhan kepada kita. Amin.
---Dari berbagai sumber --- Pengelola TBM Nurul Fatah Gemawang


1 komentar: