Oleh : Wahyu Dwi
Prakoso
Lebih senang membaca buku di perpustakaan atau membaca sms??
Pertanyaan yang pasti sangat mudah untuk diketahui jawabannya. Saat ini memang
budaya membaca diperpustakaan kurang populer dikalangan remaja. Kenapa begitu?
Karena era globalisasi yang membuat banyak remaja – remaja mengesampingkan hal
– hal yang serius. Contohnya, ada seorang anak disuruh orang tuanya untuk
belajar. Nah, si anak tersebut menuruti keinginan orang tuanya. Sesampainya
dikamar apakah anak itu belajar? Antara ya dan tidak. Ya jika si anak tersebut
memang berniat untuk belajar. Tidak apabila didekatnya ada handphone.
Pernahkah terpikir dalam benak kita tentang orang – orang
sukses diluar sana? Bagaimana orang – orang tersebut bisa sukses? Membaca
adalah jawaban yang tepat. Dengan membaca berbagai macam referensi dari buku
yang ada, mereka mendapat banyak sekali informasi yang berguna bagi mereka
sendiri. Setelah membaca mereka mempraktikkan apa yang telah mereka baca dan
mengembangkannya.
Namun, era globalisasi telah membuat banyak remaja
terjerumus kearah yang kurang tepat. Dengan adanya social media semacam Facebook,
Twitter, BBM, dan semacamnya membuat remaja agak malas untuk membaca buku.
Penulis sendiri juga mengakui kalau membaca buku itu membosankan dan lebih
memilih untuk membaca sms. Dari situ muncul penyakit yang sulit untuk
disembuhkan yakni malas.
Sebenarnya, dengan dibuatnya social media adalah sebagai media berkomunikasi dan berbagi
informasi ke sesama pengguna social media.
Namanya juga anak muda bukannya digunakan sebagai ajang untuk berbagi informasi
tapi digunakan sebagai ajang untuk mencari pasangan. Hal ini sebenarnya wajar
karena sebagai manusia yang sedang mengalami fase pertumbuhan, wajarlah jika
hal ini terjadi. Tapi alangkah baiknya jika sejak dini para remaja dididik
untuk membudidayakan kegiatan membaca walau hanya 5 menit daripada menghabiskan
5 menit untuk hal yang tidak bermanfaat.
Mulai dari sinilah peran berbagai pihak sangat dibutuhkan
dalam mengubah pola pikir remaja yang lebih memilih membaca sms daripada
membaca buku. Pola pikir remaja yang kecanduan social media harus dirubah total agar tidak terjadi penyalahgunaan
yang dapat berakibat fatal. Bukankah sudah banyak berita tentang penyalahgunaan
Facebook yang berakibat penculikan, pemerkosaan, dan sebagainya. Pola pikir
yang ada harus dirubah sedikit demi sedikit agar para remaja dapat menerima
kenyataan kalau social media
sebenarnya untuk sharing bukan untuk gaming, digunakan untuk berkomunikasi
bukannya untuk mencari pasangan, dan sebagainya. Remaja saat ini haruslah
diberi pengertian kalau “Membaca dapat mendulang prestasi”. Agar para remaja
dapat menerima hal tersebut maka perlu bantuan dari berbagai pihak, yakni :
Orang Tua
Orang tua adalah salah satu pihak yang sangat berpengaruh
bagi masa depan si anak. Harusnya orang tua memberikan pencerahan kepada
anaknya bahwa lebih baik membaca buku daripada membaca sms, membaca buku lebih
banyak manfaatnya daripada membaca sms, dan
agar anaknya mau menuruti kata – kata orang tuanya, hal yang perlu
diperhatikan adalah si orang tua juga harus memberi contoh kepada anaknya.
Dengan cara apa? Dengan cara lebih senang membaca buku daripada membaca sms.
Sekolah
Peran serta sekolah juga sangat berpengaruh. Karena dari
sekolah inilah remaja dapat mengekspresikan dirinya. Sekolah harus memberikan
kegiatan ekstrakurikuler, membuat banyak slogan – slogan menarik disekolah,
membuat jam khusus untuk membaca, dan sebagainya. Karena bagaimanapun juga dari
sekolah jugalah remaja pertama kali diajari membaca dan menulis.
Pemerintah
Pemerintah juga pihak yang tidak kalah penting dalam merubah
pola pikir remaja dan masyarakat. Dalam hal ini, pemerintah juga harus ikut
membantu dalam membudidayakan kegiatan membaca dengan cara membangun
perpustakaan daerah dipelosok – pelosok desa, banyak membangun tempat membaca
umum, dan sebagainya.
Setelah membaca, prestasi apa saja yang kita dapat?
Banyak sekali
prestasi yang kita dapat. Dari membaca kita bisa mendapat informasi yang mungkin
belum diketahui orang banyak, menambah wawasan, bahkan membuat kita lebih
daripada yang lain.
Nah, bagi remaja
yang masih sekolah. Orang yang suka membaca itu biasanya mendapat rangking yang
baik di kelas? Bukankah begitu? Lalu,
kita juga sering sekali dibekali berbagai macam LKS, buku – buku paket, atau
modul dari pihak sekolah agar kita mendapat informasi lebih yang bisa kita
terapkan dikehidupan kita dan masyarakat sekitar. Dari membaca buku lalu
mempraktikkan apa yang telah dibaca kepada masyarakat sekitar, apakah itu bukan sebuah prestasi?
Misalkan, kita punya
cita – cita menjadi seorang dokter. Nah, kita perlu tau apa saja yang ada
dibidang kedokteran. Untuk menjadi dokter, kita harus banyak membaca,
mempelajari, dan mencari informasi dari buku – buku yang ada. Setelah dikira
cukup, kita perlu praktik dengan orang yang lebih ahli dibidang kedokteran.
Jika orang tersebut bertanya, kita sudah tau jawabannya karena kita membaca.
Jadi, jalan untuk menjadi seorang dokter itu lebih terbuka karena kita telah
mengetahui berbagai macam informasi dari membaca. Bukankah itu sebuah prestasi?
Membaca itu banyak
manfaatnya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain. dari membaca kita
mendapat banyak informasi. Berawal dari membaca kita dapat membantu orang lain.
Dari membaca juga, kita dapat mendulang prestasi.
“Semua hal besar berawal dari
hal yang kecil. Semua mimpi itu dapat terwujud jika kita dapat membaca.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar