Oleh Tri Mulatno
Pada
tahun 1825-1830 terjadi Perang Diponegoro, ketika meletus Perang Diponegoro
Kyai Trunojoya, Kyai Mertodipuro, dan Kyai Singoyudo putra-putra Ki Ageng
Mangunjoyo yang menjadi prajurit Sorogeneng satuan tamtama pegawai raja yang
membidangi masalah senjata api meriam/ altireli secara diam-diam diperintahkan
Pakubuwono VI Raja Solo untuk membantu perjuangan Pangeran Diponegoro di daerah
Tegal Rejo- Selarong, setelah beberapa bulan
bergambung dengan pasukan Pangeran Diponegoro di Tegalrejo, Kyai Trunojoyo dan
saudara-saudaranya diminta Nyai Ageng Serang untuk memperkuat Pasukan
Notoprajan untuk memperkuat pimpinan Raden Mas Papak yang bermarkas di daerah
Serang Purwodadi, karena loyalitas dan dedikasinya yang tinggi dalam membantu
perang Diponegoro, maka Kyai Trunoyudo dan pasukannya di percaya Raden Mas
Papak menjadi Senopati Prajurit Notoprajan yang bertugas mengamankan Wilayah
Distrik Salatiga dan sekitarnya.
Ketika berada di Salatiga, menjadi senopati Pasukan Notoprajan
yang bertugas mengempur loji-loji dan taksi militer Belanda di Salatiga.
kemudian untuk memperkuat posisinya di Salatiga, Kiai Trunojoyo menjalin
konspirasi dengan Pasukan Sawung Gagatan pimpinan Tumengung Prawirodigdoyo yang
memiliki basis kekuatan di daerah Wonosegoro Karanggede dan sekitarnya. Pada
tahun 1827 namun karena kejelian telik sandi kompeni yang sudah di sebar ke
desa-desa, akhirnya markas Kiai Trunojoyo d Dusun Pete Desa Sukoharjo Pabelan
Salatiga diserang pasukan Kompeni Belanda, mereka bertempur habis-habisan,
tetapi karena kalah, dalam bidang persenjataan dan jumlah prajurit maka Pasukan
Notoprajan dapat didesak mundur. Kiai Trunojoyo bersama-sama sisa pasukanya
menyingkir untuk menyelamatkan diri kearah utara melewati Dusun Batur, Kauman
Kidul, Surowangsan Pabelan, Macanan hingga sampailah di suatu tempat yang
sekarang dikenal sebagai "Dusun Bantar".
Sesampainya di Dusun Bantar karena Pasukan Kumpeni Belanda tidak
melakukan pengejaran lagi, mereka berhenti di tempat itu, dan membuat gubuk-gubuk
darurat sebagai tempat berteduh. Namun demikian karena tenaganya sudah terkuras
habis dan juga mereka sudah kehabisan perbekalan akibat markasnya
dibumihanguskan Pasukan Kompeni Belanda, akhirnya selama beberapa hari berada
di bantaran Kali Karanglo, terkena pagebluk wabah penyakit muntaber atau diare
selanjutnya karena tidak tertolong sarana medis maka banyak prajurintnya yang
meninggal. oleh Kiai Trunojoyo, para prajuritnya yang meninggal itu di makamkan
secara massal di satu areal makam tersendiri di makam Dusun Bantar.
Belum reda suasana penderitaan yang dialami Pasukan Notoprajan,
Pasukan Kumpeni Belanda melakukan penyerbuan, namun sebelum mereka sampai di
Dusun Bantar, mata-mata Pasukan Notoprajan sudah mengetahuinya, kemudian atas
komando Kiai Notoprajan, para prajurit yang masih sekarat dan tidak kuat
berjalan di tempat yang aman. Meraka baru menghentikan langkahnya setelah
menemukan tempat yang aman yang letaknya tidak jauh dari Dusun Bantar. Selama
berada di tempat persembunyian yang baru tersebut mereka berusaha merawat para
prajurit yang sakit dengan daun-daunan, karena ketekunan dalam mengobati dengan
sarana obat-obat alternatif, maka tanpa disadari selama beberapa hari berada di
tempat yang sekarang dikenal dengan Dusun Patet akhirnya para prajurit yang
selama ini tidak berdaya dapat sembuh dan mereka dapat terhindar dari pagebluk
penyakit muntaber. namun demikian para prajurit yang meninggal di Petet
kemudian pemakamannya dijadikan satu lokasi pemakaman.
Pada tahun 1930 Perang Diponegoro telah usai dengan
tertangkapnya pangeran Diponegoro maka
berangsur-angsur perlawanan rakyat terhadap belanda dapat di padamkan.
Pemerintah dengan berakirnya perang dan ingin menutup kerugian yang di alami
akibat perang yang berlangsung lama dan menimbulkan kerugian yang besar maka
mencanangkan politik tanam paksa. sebagai upaya politik tanam paksa di Salatiga
dapat berjalan dengan baik maka Kyai Trunojoyo diangkat panewu Distrik
Salatiga. Untuk memudahkan tugas-tugasnya kemudian kyai Trunojoyo mengangkat
kerabat-kerabatnya menjadi penatus dan demang desa di wilayah Panewon Distrik
salatiga. Sebagai langkah untuk memudahkan dalam tugas. Beberapa kerabat Kyai
Trunojoyo yang kemudian diangkat menjadi Demang adalah Kyai Mertodipuro
diangkat menjadi Demang Tembelangan, Kyai Mangun Menggolo menjadi Demang
Rejosari, Kyai Singoyudo menjadi Demang Mangir Kalijambe, kemudian putra-putra
Kyai Trunoyudo seperti Kyai Tarunodiwiryo diangkat menjadi demang Jembrak, Kyai
Sirodiwiryo menjadi Demang Batur Bringin, Kemudian salah satu putranya yang
menjadi menantu Wedono Salatiga yang kemudian diangkat menjadi demang panetus
Bringin I adalah Raden Surosudiro.
Setelah Raden Surosudiro ini di percaya menjadi panetus Bringin,
sebagai upaya untuk mengenang peristiwa-peristiwa peperangan yang telah
berlangsung di wilayah wilayah Panewon Distrik Bringin,sebagai upaya untuk
mengenang peristiwa –peristiwa peperangan yang telah berlangsung di panewon
Distrik Bringin khususnya diwilayah kepenatusan Bringin,
maka tempat-tempat yang dulunya dipakai sebagai markas tempat
persembuyian Pasukan Notoprajan di sekitar bantaran kali Karanglo diabadikan
menjadi nama-nama pedukuhan / padusunan seperti nama Dusun Bantar, Dusun
Popongan dan Dusun Patet.
Pada tahun 1859 Politik Tanam Paksa sudah mulai perlahan-lahan di
hapuskan, karena wilayah Dusun Bantar, Popongan dan Petet sudah menampakkan
sebagai lahan-lahan pertanian yang subur dan perkampungan juga sudah banyak
yang dihuni penduduk, maka atas atas kebijaksanaan dari Kyai Surosudiro Panetus
Bringin I, Dusun Bantar , Dusun Popongan, dan Dusun Petet di tetapkan menjadi
wilayah pemerintahahn Desa Kademangan Petet Kepenatusan Bringin.
*Pamong Desa Bringin
Blackjack game overview | Drmcd
BalasHapusLearn the basics 광명 출장마사지 and strategies for blackjack games using 동해 출장마사지 our casino software. 청주 출장마사지 Learn strategy, strategies, and strategy to win at 충주 출장안마 this gambling License: Connecticut, PA, WV, DANA, 경상남도 출장마사지 NAP, WJU. Number of players: 1–4