Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 27 Juli 2012

ALAMAK, HARUS TERAPI NIH


ALAMAK, HARUS TERAPI NIH

Oleh: Meka Nitrit Kawasari, SS

            Seorang ibu beranak tunggal tiba-tiba syok setelah mendengar pernyataan anaknya, bahwa sang anak harus melakukan terapi setiap hari. Apa yang dipikirkan ibu itu? Sang ibu berpikir anak semata wayangnya yang masih tergolong muda itu terserang sebuah penyakit berbahaya, semacam kanker, ginjal dsb. Yah orang tua mana yang gak khawatir ketika anaknya mengidap sebuah penyakit? Berbagai usaha pasti akan dilakukan demi kesembuhan sang anak.
Mey         : “Bunda jangan khawatir…Mey tu mau pake terapi menulis biar gak gampang stress…terapi ini juga bagus banget lho buat bunda” 
Bunda      :“Ha????menulis bisa buat terapi???
Mey         : “Iya Bun…Coba Bunda baca artikel ini”. Sambil menunjukkan artikel disebuah situs interet.
Bunda      : “Alamak!!!musti ikutan terapi menulis nih”.
            Sekilas cerita yang akan menghantarkan pembaca memasuki suatu pengetahun baru (bagi yang belum tahu) dan menguatkan pengetahuan (bagi yang sudah tahu). Ssssstttt….kita simak yuk!!!
            Pada percakapan di atas, pembaca sudah mendapatkan bocoran apa sih yang akan kita bicarakan? Yup TERAPI MENULIS. Hmmm pasti ada yang heran deh kok menulis bisa dijadikan terapi kan? Ini bukan sihir apalagi sulap, akan tetapi memang begitu kenyataan yang telah terjadi.
            Contoh kecil keuntungan kita menjadikan menulis sebagai terapi adalah dapat membantu ingatan kita akan sesuatu. Ketika kita akan melakukan sesuatu, seperti belanja, bepergian dsb kita dapat menuliskan keperluan kita dalam sebuah catatan agar tidak lupa. Kemudian ketika kita sedang mengikuti sebuah rapat , kita dapat mencatat hal-hal penting atau ide yang ada. Pasti akan membantu sekali untuk ingatan kita.
            Banyak pendapat tentang kegunaan terapi yang murah meriah ini, seperti dapat menghilangkan stress, menjernihkan pikiran dan perasaan, mengenali diri sendiri lebih baik, menyembuhkan penyakit hati, dapat menghilangkan rasa minder, dapat mengendalikan emosi, memperbaiki suasana hati, menguatkan sistem imun, memperbaiki fungsi paru-paru dan hati, menurunkan tekanan darah, terapi pasca trauma dsb. Menurut Dokter Dito seorang dokter di RS Keluarga Sehat Pati (Suara Merdeka, 11 April 2012), terapi menulis ini mempunyai manfaat sosial, yaitu mengurangi ketidakhadiran di dalam bekerja, mengubah perilaku linguistik dan sosial, menaikkan rata nilai rapor anak atau IPK mahasiswa, meningkatkan daya ingat (seperti contoh di atas), meningkatkan sportivitas. Penasaran? Boleh lho nyoba…malah dianjurkan untuk mencoba.  
            Banyak penelitian mengenai terapi menulis yang telah dilakukan oleh para ahli di luar negeri sana. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan di University of Texas, Amerika Serikat,  Gillie Bolton di King’s College, London, Inggris. Kemudian Baikie KA dan Wilhelm (2005), clinical psychologist dari University Of New South Wales dengan hasil penelitian tentang manfaat jangka panjang menulis dengan metode expressive writing. Smyth JM, dkk (1999) menemukan manfaat menulis bagi kesehatan tubuh. Penelitian lain dilakukan oleh James, Pannebaker (Universitas Texas), menemukan menulis dapat memperkuat T-lymphocytes atau sel kekebalan tubuh.
            Di Indonesia, sudah banyak orang yang memanfaatkan menulis dalam kehidupan sehari-harinya. Seperi yang di ceritakan Jonru (pemilik sekolah menulis online) pada www.jonru.net dengan judul Terapi Menulis untuk Menyembuhkan Penyakit Hati dan Pikiran (1). Seorang dokter muda dengan kemanjaannya yang kemudian stress karena ketika mengikuti suaminya tinggal di Belanda dan tidak lagi dapat membuka praktik dokter. Selain itu, sang doker semakin stress dengan ketiadaan pembantu rumah tangga, sehingga harus mengerjakan semua urusan rumah tangga sendirian. Dengan saran sang suami, bu dokter mulai menulis tentang curhatan hatinya sebagai ibu rumah tangga di blog. Perubahan pun terjadi, setiap selesai menulis, hatinya terasa plong, dn karena aktivitas menulisnya di internet, si dokter jadi mendapat banyak teman untuk berdiskusi dan mengikuti suatu komunitas. Satu hal yang tak pernah di sangka, ibu muda ini akhirnya dapat menerbitkan sebuah buku. Siapa sangka kan seorang dokter bisa stress dan sembuh dengan sendirinya berkat menulis?
            Wow ternyata, manfaat menulis itu tak sekedar untuk menyalurkan hobi, akan tetapi juga dapat sebagai alat terapi kesehatan. Nilai plus lainnya dapat juga menjadi mata pencaharian atau sekedar menambah uang saku bagi para pelajar dan mahasiswa. Sudah bisa berbagi ilmu sekaligus menambah ilmu, dapat uang pula. Siapa yang mau? Silahkan para pembaca mencoba.
Anggota Perpustakaan, Tinggal Ungaran, Mahasiswa S2 FIB Undip
           

            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar