Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 27 Juli 2012

Pustakawan, Menulis dan Media Massa


Pustakawan, Menulis  dan Media Massa

* Supriyana

 Pustakawan diakui sebagai profesi di Indonesia yang mandiri sejak diterbitkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 18 Tahun 1988 yang kemudian disempurnakan lagi dengan aturan yang terbaru yakni keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian Nomor 23 Tahun 2003 dan Nomor 21 Tahun 2003.
            Dalam melaksanakan tugas kepustakawanan masih banyak pustakawan yang hanya melakukan kegiatan yang bersifat teknis saja. Kegiatan pada bidang pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka seperti pelayanan sirkulasi, pengolahan, shelving dan kegiatan lain yang bobot kreditnya relatife kecil atau bahkan untuk pustakawan ahli tidak ada bobot kreditnya. Masih jarang pustakawan yang dalam mengajukan kenaikan pangkat lebih tinggi menggunakan angka kredit yang diperoleh dari pengkajian dan pengembangan perpusdokinfo serta pengembangan profesi seperti penulisan makalah, artikel atau penelitian. Padahal unsur kegiatan dalam pengembangan profesi melalui pembuatan karya tulis /karya ilmiah dibidang perpusdokinfo nilai angka kreditnya lebih besar dibanding dengan kegiatan yang lain.
            Selain itu pustakwan juga masih banyak yang kurang berani untuk mengungkapkan ide atau gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Sebenarnya pustakawan banyak memiliki waktu untuk menulis . Namun kebanyakan dari mereka lebih menyukai mengobrol daripada membaca.
Kegiatan menulis merupakan penuangan, perekaman, pendokumentasian dan pengembangan informasi dan ilmu pengetahuan kepada pihak lain. Ide dan hasil penelitian, penemuan dan pemikiran yang tidak ditulis atau direkam lama kelamaan akan hilang. Oleh karena itu  penulisan mempunyai arti penting dalam rangka pendokumentasian dan pengembangan ilmu pengetahuan.
Selain itu kegiatan menulis mempunyai arti untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan kemajuan perseorangan. Seseorang yang tidak mempunyai ketrampilan menulis adalah ibarat burung yang sayapnya kurang satu sehingga tidak dapat terbang jauh dan tinggi untuk mencapai sukses seluas-luasnya dalam hidup. Kalau pustakawan menulis maka kepandaian itu dapat membuahkan tulisannya dimuat dalam media massa. Menurut Bernard Percy dalam bukunya The Power of Creative Writing (1981) mengemukakan bahwa ada enam manfaat yang dapat diambil dari kegiatan mengarang atau menulis,  yakni sebagai berikut:
a. Sarana untuk mengungkapkan diri
Seseorang yang tersentuh lubuk hatinya perlu mengungkapkan gejolak yang berada dalam dirinya. Seseorang yang hatinya sedang senang dapat mengungkapkann diri dengan bernyayi atau dengan berjingkrak-jingkarak. Menulis rangkaian- rangkaian kalimat kehidupan yang dialami dalam catatan harian juga merupakan  ungkapan dari perasaan seseorang.
b. Sarana  untuk pemahaman
Ketika menulis seseorang merenungkan gagasannya dan menyempurnakan pengungkapannya terhadap suatu hal sehingga akhirnya ia dapat memperoleh pemahaman yang baru atau yang lebih mendalam tentang hal yang sedang ditulis.
c. Sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan, dan suatu perasaan harga diri
Imbalan dari keberhasilan dari seseorang yang menghasilkan suatu karya tulis adalah merasa bangga, puas dengan harga dirinya. Sehingga dengan keberhasilannya itu akan menumbuhkan rasa percaya diri untuk terus menghasilkan karya-karya tulis yang lain.
d. Sarana untuk meningkatkan kesadaran dan penyerapan terhadap lingkungan sekeliling seseorang
Dengan sering menulis seseorang dapat lebih mengoptimalkan rasa inderawi dan mengembangkan daya serap pada tingkat kejasmanian, tingkat perasaan maupun tingkat kerohanian.
e. Sarana untuk keterlibatan secara semangat dan bukannya penerimaan yang pasrah
Dengan jalan mengarang atau menulis karya tulis sesorang menampilkan keluar gagasan, menciptakan sesuatu, dan secara giat melibatkan diri dengan ciptaanya.
f. Suatu sarana untuk mengembangkan  suatu pemahaman tentang dan kemampuan menggunakan bahasa
Dengan cara menulis maka akan terbiasa menggunakan bahasa yang baik dan benar. Penggunaannya dapat dipakai dalam menulis sendiri maupun dalam pengunaan bahasa dalam berkomunikasi.
            Agar tulisan dapat dimuat pada media massa sebenarnya tidak terlalu sulit. Namun harus dapat membedakan antara jenis dan rumpun tulisan. Sebuah hasil penelitian dan artikel ilmiah dapat dimuat di jurnal sedangkan artikel populer dapat dimuat pada majalah atau bulletin. Bagi para pustakawan yang ingin menulis dan dapat dimuat di media massa ada beberapa petunjuk penulisan  yang harus diperhatikan  atau dipelajari. Berikut ini petunjuk beberapa hal yang dapat kita jadikan pedoman:
a. Banyak membaca
Para pustakawan setiap harinya berkecimpung dengan bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Boleh dikatakan pustakawan itu hidup dalam sebuah gudang ilmu. Pustakawan seharusnya banyak dan sering membaca artikel, surat kabar, majalah ataupun buku sambil mempelajari tulisan ilmiah yang dimuat di media massa.
b. Pahami aturan penulisan media massa
Setiap media massa mempunyai peraturan ataupun petunjuk sendiri dalam menyajikan tulisan ataupun artikel yang diterbitkan. Biasanya setiap media massa mempunyai persyaratan tertentu untuk pemuatan tulisan atau artikel baik dari segi isi dan sistematikanya.
c. Buat rancangan tulisan yang akan dimuat
Sebelum menulis artikel seharusnya sudah merancang tulisan yang akan dikirimkan ke redaksi. Rancangan dapat mencakup judul, permasalahan yang akan dibahas, butir-butir pembahasan dan rinciannya serta kesimpulan dan saran yang akan diajukan. Apabila sudah membuat rancangan, tinggal mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan untuk penulisan.
d. Isu-isu yang sedang hangat dalam masyarakat
Dalam memilih tema sebuah tulisan yang akan dikirim ke media massa sebaiknya mengamati dan mengikuti perkembangan yang sedang terjadi di masyarakat, kebijakan- kebijakan pemerintah di bidang perpustakaan  dan isu-isu yang sedang muncul di dunia ilmu pengetahuan. Dapat juga menulis suatu hal yang baru dari gagasan atau ide penulis.
e. Perluas wawasan di bidang kepustakawanan.
Saat ini banyak cara untuk dapat mempeluas waswasan dibidang kepustakawanan. Mudahnya akses informai dapat membantu dalam rangka memperkaya ilmu pengetahuan. Dengan mengikuti seminar dibidang perpustakaan serta dialog dengan rekan sejawat dapat menambah ilmu pengetahuan. Hanya dengan wawasan yang luas kita dapat mengkaji permasalahan perpustakaan yang akan dijadikan tema penulisan.
f. Buang rasa segan dan bosan
Artikel yang dikirim ke media massa belum tentu langsung dapat diterbitkan atau ditolak untuk dimuat. Hal tersebut merupakan hal yang biasa. Sebaiknya dapat mengoreksi kembali sebab-sebab tidak dimuat. Tulisan yang dikirim dapat dikoreksi dan disempurnakan untuk bahan penulisan selanjutnya. Jangan frustasi dan berhenti untuk mencoba dan mencoba.
g. Dari media massa kecil dulu
Sebelum mencoba menulis untuk media massa yang cakupannya nasional atau regional, sebaiknya mulai dari dengan media massa yang terbatas. Misalnya majalah ataupun bulletin intern di lingkungan organisasi profesi seperti IPI. Dari pengalaman  yang kecil baru menginjak kepada media massa  yang lebih besar.
            Masih sedikit pustakawan yang mempunyai kesadaran untuk menulis, sebagian besar pustakawan yang melakukan kegiatan penulisan karena adanya unsur keterpaksaan ataupun diberikan tugas dari atasan. Selain itu mereka masih bingung mencari ide, kurang percaya diri, dan malu. Hal semacam itu sebenarnya dibuang jauh untuk lebih berkembang. Pustakawan sudah saatnya untuk mengembangkan profesinya lewat karya tulis bukan hanya pada kegiatan yang bersifat rutinitas melayani pengguna perpustakaan. Menulis menpunyai arti yang penting dan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar hasil tulisan dapat dimuat di media massa. Ketrampilan menulis bukanlah suatu bakat namun perlu dikembangkan dari diri seseorang secara terus menerus dan berkesinambungan.
* Pustakawan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar