Baca dan Tulis lah…
Oleh Priyo’–Nurista Library
Bacalah dengan
nama Tuhanmu………….!
Demikianlah bunyi dari sebuah perintah agung yang
turun sekitar abad ke-6 sampai 7 M sebuah perubahan yang besar di dunia ini. Kalimat
ini telah disampaikan dari yang maha Pencipta kepada seluruh manusia yang hidup
didunia ini tanpa kecuali. Baik mereka yang beragama islam, yahudi, Kristen,
dan bahkan mereka yang tidak beragama sekalipun. Didalamnya terkandung makna
dan hikmah yang harus digali oleh makhluk yang bernama manusia. Jika Tuhan saja
menganggap membaca itu suatu hal yang sangat penting, lalu mengapa kita tidak? Dialah
Nabi Muhammad SAW.
Baca dan Tulis sebenarnya bukanlah hal yang asing lagi
di telinga kita. Semasa kita masih balita, sudah mulai diajarkan untuk membaca ataupun
menulis yang merupakan dasar dalam kita mempelajari pengetahuan. Demikian pula ketika
kita beranjak remaja, maupun dewasa kita tidak akan terlepas dari apa itu yang
dinamakan dengan baca dan tulis. Bahkan
ketika memasuki usia tua sekalipun demikian juga. Semisal saja budaya SMS. Short Message Service, butuh keahlian
menulis dan membaca. Artinya baca dan tulis sudah menjadi yang dibutuhkan
sebagai dasar eksistensi manusia.
Banyak sekali prestasi-prestasi yang telah didapat
bagi meraka yang membudayakan diri mereka untuk membaca dan menulis. Karya-karya
mereka Dibidang ilmu agama misalnya, seperti imam Bukhori, Muslim, Ahmad,
Syafi’I, Hambali, Yusuf Qordhowi dengan karya pengetahuan kontemporernya. Kemudian
dibidang pengetahuan umum ada ilmu kedokteran, berhitung, Aljabar, sosial, dan
sebagainya yang ditemukan oleh orang-orang timur tengah pada jaman ke
khalifahan.
Baca dan tulis memang telah diamalkan oleh sebagian
besar manusia didunia ini. Jepang yang
notabene negara yang sudah maju, telah menjadikan membaca dan menulis
sebagai budaya mereka. Tidak pandangbulu, posisi dimana berada, baik disekolah,
dirumah, dikantor, bahkan dalam perjalananpun mereka membaca. Di bus, di toilet
bahkan ada yang sambil berjalan juga mereka menyempatkan diri untuk menambah
pengetahuannya dengan membaca. Dimana ada kesempatan untuk membaca, mereka
memanfaatkan dengan semaksimal mungkin dengan membaca. Budaya baca yang seperti
itulah yang menjadikan Jepang secepat kilat bangkit walau dua bom atom sudah
melululantahkan Negara mereka.
Sementara itu, banyak juga negarawan Indonesia seperti,
Boedi Oetomo, Ki hajar Dewantoro adalah tokoh teladan yang sangat suka membaca,
mereka mampu menginspirasi dan menjadi pelopor pendidikan yang mengantarkan
Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Demikian juga Ir Soekarno, dan Moehammad
Hatta yang dengan banyak membaca sehingga mereka dapat menjadi ujung tombak kemerdekaan
bangsa kita ini.
Lalu, bagaimana dengan kita sebagai remaja atau pemuda
yang masih punya banyak kesempatan, peluang terbuka lebar dan membentang yang
akan membawa perkembangan bagi kehidupan kita. Lalu, apakah yang akan kita
persembahkan pada bangsa Indonesia tercinta ini? Perbaikankah? Atau
kerusakankah? Pilihan ada pada kita sendiri. Apakah cita-cita perjuangan
kemerdekaan bangsa Indonesia ini akan kita isi dengan hanya bersenang-senang
saja, tanpa memikirkan perkembangan kehidupan selanjutnya. Kecenderungan
menyukai budaya serba instan oleh generasi muda akan menjadikan bangsa ini
hanya peniru, seperti seorang siswa yang sering copypaste ketika mendapat tugas
membuat makalah daripada mencari literature dari buku-buku di perpustakaan.
BACALAH DENGAN NAMA TUHANMMU YANG MENGAJARKAN APA YANG
TIDAK KITA KETAHUI, inilah sebenarnya yang harus kita jalankan, amanat dari
Tuhan agar kita menjadi orang yang bertaqwa, berbudi, berilmu, yang suatu saat
akan kita petik manfaat dari baca dan tulis yang kita lakukan ini. Tingkat
pendapatan , masyarakat yang relative rendah dapat mempengaruhi daya beli atau
prioritas kebutuhan. Orang tidak membeli buku karena tidak mempunyai uang,
walaupun ia senang membaca. Pada kelompok masyarakat ini, buku belum
merupakaan kebutuhan utama.
Bacalah dengan
nama Tuhanmu…
Lantas, solusi apakah yang bisa menjadikan kita,
masyarakat Indonesia ini punya semangat baca dan tulis? Disini ada bebarapa solusi
yang mungkin akan membantu kita menumbuhkan minat dan semangat baca dan tulis
diantaranya .
Janganlah cepat merasa puas terhadap sesuatu informasi
karena keinginan untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan menjadi sangat kurang.
Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa kita harus senantiasa
menambah pengetahuan dan memperluas wawasan.
Tradisi orang yang menyampaikan informasi selalu
menggunakan budaya lisan. Memang tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa
budaya kita bukan lah budaya membaca, tapi budaya mendengar dan meniru. Alangkah
Baiknya jika kita tambah budaya kita ini dengan budaya baca dan tulis. karena
dengan informasi yang kita tulis itu, berarti kita menjaga informasi itu tidak
akan berubah-ubah meskipun sampai berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun,
bahkan berabad-abad asal kita jaga informasi itu dengan baik dan kita dapat
membacanya kembali sewaktu-waktu.
Sarana yang kurang. Itulah yang kita lihat disekolah-sekolah,
perpustakaan hampir tidak ada dan tak ada perhatian dari yang berwewenang,
walaupun ada kalanya ala kadarnya. Padahal kita tahu bahwa lembaga pendidikan
yang berkualitas atau bermutu bergantung pada perpustakaan. Jika perpustakaan
komplit menandakan bahwa lembaga pendidikan itu baik. Di Indonesia ini bangunan
fisiknya saja yang diperindah sedangkan dinegara-negara maju IPTEK nya, jusru
perpustakaannya yang diutamakan. karena perpustakaan merupakan jantung atau
pusat informasi yang membantu para siswa dan masyarakat untuk mengembangkan
budaya baca dan menulis.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat merupakan
salah satu faktor penghambat tumbuhnya minat baca dan tulis masyarakat.
Munculnya TV dan internet sebenarnya merupakaan warisan budaya lisan. Masyarakat
jadi terbiasa tidak menonton, hanya melihat dan mendengarkan. Sehingga perlu
penyadaran terhadap masyarakat, bahwa TV dan internet tersebut apabila overloaded dapat menghabiskan waktu kita,
menimbulkan berbagai efek negatif.
Dukungan dari pemerintah terhadap sarana baca dan
tulis yang diperlukan, baik koleksi maupun sarana membaca dan tulis sangat kurang.
Hal tersebut memang menjadi salah satu penyebab kurangnya perkembangan minat
baca dan tulis, walaupun tidak bolrh kita sertamerta menyalahkan pemerintah.
Begitupun masyakata haruslah berpartisipasi dalam usaha meningkatkan minat baca
demi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
*Petugas Perpustakaan SMP IT Nurul Islam Tengaran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar