Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 27 Juli 2012

Baca dan Tulis lah…


Baca dan Tulis lah…

Oleh Priyo’–Nurista Library

Bacalah dengan nama Tuhanmu………….!
Demikianlah bunyi dari sebuah perintah agung yang turun sekitar abad ke-6 sampai 7 M sebuah perubahan yang besar di dunia ini. Kalimat ini telah disampaikan dari yang maha Pencipta kepada seluruh manusia yang hidup didunia ini tanpa kecuali. Baik mereka yang beragama islam, yahudi, Kristen, dan bahkan mereka yang tidak beragama sekalipun. Didalamnya terkandung makna dan hikmah yang harus digali oleh makhluk yang bernama manusia. Jika Tuhan saja menganggap membaca itu suatu hal yang sangat penting, lalu mengapa kita tidak? Dialah Nabi Muhammad SAW.
Baca dan Tulis sebenarnya bukanlah hal yang asing lagi di telinga kita. Semasa kita masih balita, sudah mulai diajarkan untuk membaca ataupun menulis yang merupakan dasar dalam kita mempelajari pengetahuan. Demikian pula ketika kita beranjak remaja, maupun dewasa kita tidak akan terlepas dari apa itu yang dinamakan dengan baca dan tulis. Bahkan ketika memasuki usia tua sekalipun demikian juga. Semisal saja budaya SMS. Short Message Service, butuh keahlian menulis dan membaca. Artinya baca dan tulis sudah menjadi yang dibutuhkan sebagai dasar eksistensi manusia.
Banyak sekali prestasi-prestasi yang telah didapat bagi meraka yang membudayakan diri mereka untuk membaca dan menulis. Karya-karya mereka Dibidang ilmu agama misalnya, seperti imam Bukhori, Muslim, Ahmad, Syafi’I, Hambali, Yusuf Qordhowi dengan karya pengetahuan kontemporernya. Kemudian dibidang pengetahuan umum ada ilmu kedokteran, berhitung, Aljabar, sosial, dan sebagainya yang ditemukan oleh orang-orang timur tengah pada jaman ke khalifahan.
Baca dan tulis memang telah diamalkan oleh sebagian besar manusia didunia ini. Jepang yang  notabene negara yang sudah maju, telah menjadikan membaca dan menulis sebagai budaya mereka. Tidak pandangbulu, posisi dimana berada, baik disekolah, dirumah, dikantor, bahkan dalam perjalananpun mereka membaca. Di bus, di toilet bahkan ada yang sambil berjalan juga mereka menyempatkan diri untuk menambah pengetahuannya dengan membaca. Dimana ada kesempatan untuk membaca, mereka memanfaatkan dengan semaksimal mungkin dengan membaca. Budaya baca yang seperti itulah yang menjadikan Jepang secepat kilat bangkit walau dua bom atom sudah melululantahkan Negara mereka.
Sementara itu, banyak juga negarawan Indonesia seperti, Boedi Oetomo, Ki hajar Dewantoro adalah tokoh teladan yang sangat suka membaca, mereka mampu menginspirasi dan menjadi pelopor pendidikan yang mengantarkan Bangsa Indonesia menuju kemerdekaan. Demikian juga Ir Soekarno, dan Moehammad Hatta yang dengan banyak membaca sehingga mereka dapat menjadi ujung tombak kemerdekaan bangsa kita ini.
Lalu, bagaimana dengan kita sebagai remaja atau pemuda yang masih punya banyak kesempatan, peluang terbuka lebar dan membentang yang akan membawa perkembangan bagi kehidupan kita. Lalu, apakah yang akan kita persembahkan pada bangsa Indonesia tercinta ini? Perbaikankah? Atau kerusakankah? Pilihan ada pada kita sendiri. Apakah cita-cita perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia ini akan kita isi dengan hanya bersenang-senang saja, tanpa memikirkan perkembangan kehidupan selanjutnya. Kecenderungan menyukai budaya serba instan oleh generasi muda akan menjadikan bangsa ini hanya peniru, seperti seorang siswa yang sering copypaste ketika mendapat tugas membuat makalah daripada mencari literature dari buku-buku di perpustakaan.
BACALAH DENGAN NAMA TUHANMMU YANG MENGAJARKAN APA YANG TIDAK KITA KETAHUI, inilah sebenarnya yang harus kita jalankan, amanat dari Tuhan agar kita menjadi orang yang bertaqwa, berbudi, berilmu, yang suatu saat akan kita petik manfaat dari baca dan tulis yang kita lakukan ini. Tingkat pendapatan , masyarakat yang relative rendah dapat mempengaruhi daya beli atau prioritas kebutuhan. Orang tidak membeli buku karena tidak mempunyai uang, walaupun ia senang membaca. Pada kelompok masyarakat ini, buku belum merupakaan  kebutuhan utama.
Bacalah dengan nama Tuhanmu…
Lantas, solusi apakah yang bisa menjadikan kita, masyarakat Indonesia ini punya semangat baca dan tulis? Disini ada bebarapa solusi yang mungkin akan membantu kita menumbuhkan minat dan semangat baca dan tulis diantaranya .
Janganlah cepat merasa puas terhadap sesuatu informasi karena keinginan untuk menambah pengetahuan ataupun wawasan menjadi sangat kurang. Oleh karena itu, perlu ditumbuhkan kesadaran bahwa kita harus senantiasa menambah pengetahuan dan memperluas wawasan.
Tradisi orang yang menyampaikan informasi selalu menggunakan budaya lisan. Memang tidak sedikit orang yang beranggapan bahwa budaya kita bukan lah budaya membaca, tapi budaya mendengar dan meniru. Alangkah Baiknya jika kita tambah budaya kita ini dengan budaya baca dan tulis. karena dengan informasi yang kita tulis itu, berarti kita menjaga informasi itu tidak akan berubah-ubah meskipun sampai berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun, bahkan berabad-abad asal kita jaga informasi itu dengan baik dan kita dapat membacanya kembali sewaktu-waktu.
Sarana yang kurang. Itulah yang kita lihat disekolah-sekolah, perpustakaan hampir tidak ada dan tak ada perhatian dari yang berwewenang, walaupun ada kalanya ala kadarnya. Padahal kita tahu bahwa lembaga pendidikan yang berkualitas atau bermutu bergantung pada perpustakaan. Jika perpustakaan komplit menandakan bahwa lembaga pendidikan itu baik. Di Indonesia ini bangunan fisiknya saja yang diperindah sedangkan dinegara-negara maju IPTEK nya, jusru perpustakaannya yang diutamakan. karena perpustakaan merupakan jantung atau pusat informasi yang membantu para siswa dan masyarakat untuk mengembangkan budaya baca dan menulis.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat merupakan salah satu faktor penghambat tumbuhnya minat baca dan tulis masyarakat. Munculnya TV dan internet sebenarnya merupakaan warisan budaya lisan. Masyarakat jadi terbiasa tidak menonton, hanya melihat dan mendengarkan. Sehingga perlu penyadaran terhadap masyarakat, bahwa TV dan internet tersebut apabila overloaded dapat menghabiskan waktu kita, menimbulkan berbagai efek negatif.
Dukungan dari pemerintah terhadap sarana baca dan tulis yang diperlukan, baik koleksi maupun sarana membaca dan tulis sangat kurang. Hal tersebut memang menjadi salah satu penyebab kurangnya perkembangan minat baca dan tulis, walaupun tidak bolrh kita sertamerta menyalahkan pemerintah. Begitupun masyakata haruslah berpartisipasi dalam usaha meningkatkan minat baca demi peningkatan kualitas sumber daya manusia.
*Petugas Perpustakaan SMP IT Nurul Islam Tengaran

Tidak ada komentar:

Posting Komentar