Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 17 Juni 2010

aktivitas membaca sebagai seBUAH GAYA HIDUP


aktivitas membaca sebagai seBUAH GAYA HIDUP

 *(Oleh : Asih Winarto

 Bagi kebanyakan manusia, ilmu pengetahuan merupakan salah satu dari tujuan hidup. Sementara itu, unsur penting dalam manajemen diri adalah membangun kebiasaan untuk terus menerus belajar agar menjadi manusia pembelajar yang senantiasa haus akan informasi dan pengetahuan. Dalam usaha mencapai tujuan itu, Allah SWT telah membekali manusia dengan akal dan ilmu. Al-Qur’an menyeru kepada manusia untuk mempelajari ilmu pengetahuan sebagai jalan untuk mengetahui keberadaan Al-Haq dan realitas jagat raya. Perintah Al-Qur’an untuk mempelajari fenomena alam agar manusia memiliki ilmu pengetahuan merupakan salah satu manhaj Al-Qur’an dalam mendidik manusia.
Menurut As’ad di dalam The Message of the Qur’an sebagaimana dikutip oleh Untung dalam bukunya Muhammad Sang Pendidik (2005),  bahwa perintah simbolis “bacalah” ayat 1-3 Surat Al-‘Alaq dijelaskan bahwa manusia memiki kemampuan unik dalam melakukan transmisi (penerusan pesan). Selanjutnya bahwa pena (Al-Qolam) yang terdapat dalam ayat 4 menjadi sebuah simbol bagi seni menulis, atau lebih spesifik bagi seluruh pengetahuan yang dicatat melalui sarana tulisan. Dengan demikian dapat ditegaskan bahwa manusia dapat melakukan proses transmisi seluruh ilmu pengetahuan yang telah dan akan dimilikinya sepanjang dirinya mau melakukan aktivitas membaca dalam pengertian luas.
AKTIVITAS  MEMBACA

Aktivitas membaca memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan peradaban manusia, baik sebagai individu maupun kelompok. Membaca bukan sekedar mengucapkan kata-kata yang tertulis, tetapi membaca merupakan usaha mentransmisikan isi bacaan. Disamping itu, aktivitas membaca merupakan suatu upaya untuk memahami informasi yang berada di dalam sumber informasi, baik itu buku, majalah, surat kabar, maupun sumber-sumber lainnya. Selain memahami, aktivitas tersebut juga dimaksudkan untuk menginterprestasikan serta mengevaluasi suatu sumber informasi agar diperoleh pemahaman yang komprehensif. Melalui aktivitas membaca, maka seseorang akan dapat meningkatkan dan mengembangkan pikiran, cara berfikir, serta cakrawala pengetahuan. Sehingga pada akhirnya akan mampu merubah pola hidupnya sendiri atau masyarakat dimana mereka tinggal.
Membaca apabila dilakukan secara benar akan berdampak positip. Dampak positip itu diantaranya adalah memperlancar kepentingan studi, menambah pengetahuan dan informasi, serta dapat berguna untuk sarana rekreasi. Membaca untuk kepentingan studi memerlukan pemahaman, konsentrasi, dan ketelitian yang ekstra sehingga akan diperoleh suatu pengertian yang utuh tentang isi buku. Membaca untuk kepentingan studi membutuhkan waktu yang tidak sedikit, sebab materi yang dibaca pada umumnya sukar dipahami. Membaca untuk memperoleh informasi tentang profesi maupun usaha juga membutuhkan adanya konsentrasi, terutama bila informasi yang diperoleh berkaitan dengan surat-surat atau dokumen penting yang menuntut  ketelitian. Sementara membaca untuk keperluan rekreasi dilakukan guna mengisi waktu luang, dan memuaskan perasaan, serta imajinasi. Bacaan yang umum dibaca adalah sekitar novel, cerita, artikel ringan, serta bacaan-bacaan umum lainnya seperti surat kabar. Kegiatan membaca jenis ini dapat dilakukan dimana saja, baik itu di tempat tidur, di jalan-jalan, di dalam bus, di kantor ataupun sambil duduk-duduk di sebuah taman. Membaca untuk rekreasi dapat membuat manusia semakin manusiawi.
FILSAFAT MEMBACA
            Hal terbaik yang mesti dijaga dalam meniti kehidupan ini adalah agar pikiran kita selalu segar. Tidak peduli berapun usia kita apabila kita berhenti belajar berarti diri kita sudah tua, sedangkan jika selalu belajar maka kita akan tetap awet muda. Seperti halnya yang telah dikatakan oleh Henry Ford, pendiri General Motor, “Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. Anyone who keeps learning stays young. The greatest thing in life is to keep your mind young”.
            Salah satu cara paling efektif untuk belajar adalah dengan membaca. Namun sayangnya sebagian besar kita tidak pernah punya waktu untuk membaca. Alasan utama yang sering kita sampaikan adalah kesibukan pekerjaan. Kita terjebak dalam suatu rutinitas dan tekanan pekerjaan sehingga tidak memiliki kesempatan untuk mengasah gergaji kita, seperti yang diceritakan oleh Stephen Covey dalam bukunya The 7 Habits of Higly Effective People. Suatu alur percakapan seseorang yang sedang terburu-buru menebang kayu di hutan.
“Apa yang sedang anda kerjakan? Tanya penggembara pada para penggergaji di hutan.
”Tidak dapatkah anda melihat?”. Jawab pengergaji hutan dengan tidak sabar. ”Saya sedang menggergaji pohon ini”.
”Anda kelihatan letih!”  seru penggembara, ”Berapa lama anda sudah mengerjakannya?”.
”Lebih dari lima jam,” jawabnya, ” dan saya sudah lelah! Ini benar-benar kerja keras.”
”Nah, mengapa anda tidak beristirahat saja beberapa menit untuk mengasah gergaji itu?” tanya pengembara. ”Saya yakin anda akan dapat bekerja jauh lebih cepat.”
”Saya tidak punya waktu untuk mengasah gergaji,” orang itu berkata dengan tegas. ”Saya terlalu sibuk untuk menggergaji.”
Lebih lanjut Covey berkata bahwa, kebiasaan mengasah gergaji merupakan kebiasaan yang paling penting. Kebiasaan ini mampu memelihara dan meningkatkan aset terbesar yang kita miliki. Kebiasaan ini dapat memperbaharui keempat dimensi alamiah kita, yaitu dimensi fisik, mental, spiritual dan sosial / emosional.
            Filsafat membaca pernah juga diteladankan oleh Ketua Mahkamah Agung Amerika Serikat pada waktu pemerintahan Franklin D. Roosevelt menjabat sebagai presiden. Pada suatu sore hari Presiden Roosevelt mampir di rumah Tuan Holmes, seorang Ketua Mahkamah Agungnya. Pada waktu itu Holmes sedang sibuk membaca, tapi dengan senang hati ia menemui sang presiden. Ketika Roosevelt dipersilakan masuk, ia bertanya, “ Tuan Holmes, mengapa Tuan tak pernah berhenti membaca?”. Holmes yang waktu itu usianya sudah 90 tahun, menjawab, “Tidak ada jalan lain untuk meningkatkan diri saya”.
Holmes sadar bahwa pendidikan adalah proses yang berlangsung selama hidup. Orang tidak “menjadi terdidik” hanya karena pendidikan formal saja. Pendidikan formal hanyalah persiapan untuk menjadi terdidik. Untuk menjadi terdidik orang harus belajar terus sepanjang hidupnya.
Dari cerita tadi dapatlah dipetik suatu hikmah yang mendalam bahwa peningkatan diri itu harus diusahakan sendiri. Pada dasarnya, tidak ada orang lain yang dapat mendidik diri kita, selain diri kita sendiri. Sukses dalam studi dan belajar dapat dicapai berkat usaha gigih yang kita sendiri lakukan. Itulah sebabnya, Holmes membaca dan tidak merasa jemu atau jenuh melakukan aktivitas membaca dan selalu menjadikan aktivitas membaca sebagai sebuah gaya hidupnya.
 

*)   Asih Winarto, A.Md.
      Pustakawan Pelaksana Pelaksana
      Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang
     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar