Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 17 Juni 2010

Mengintip Tugas Pustakawan Bagian Pelestarian

 
Mengintip Tugas Pustakawan Bagian Pelestarian
Oleh : A. Mahbub Djunaidi*)

Di perpustakaan terdapat beberapa bagian antara lain bagian pelayanan, bagian akuisisi, bagian pengolahan bahan pustaka, bagian pelestarian bahan pustaka, dan masih ada bagian lain sesuai dengan kebutuhan unit perpustakaan. Salah satu tugas yang dikerjakan oleh pustakawan di bagian pelestarian bahan pustaka adalah menjaga keamanan informasi yang terkandung dalam bahan pustaka. Bahan pustaka adalah unsur penting dalam perpustakaan, harus dijaga, dilestarikan, dan dirawat karena memiliki nilai informasi. Bahan pustaka ada yang tercetak seperti buku, terbitan berkala (surat kabar / majalah). Ada pula yang terekam ( bahan audio visual ) seperti kaset, video, slide, CD-Rom dan sebagainya.
Kemajuan teknologi membawa dampak positif di dunia perpustakaan.  Pustakawan banyak disibukkan dengan urusan teknologi informasi hingga lahirlah automasi perpustakaan. Di era globalisasi seperti ini, paradigma pustakawan bukan lagi sekedar penjaga buku, tetapi orientasi pekerjaan yang tertuju pada hasil teknologi, dan pengembangan sumber daya manusia. Pustakawan di bagian perawatan bahan pustaka tidak perlu merasa terabaikan. Alasannya karena semua bagian yang ada di perpustakaan mempunyai tugas dan fungsi masing-masing dan bertujuan untuk mewujudkan visi misi perpustakaan yang dikelolanya. Sampai kapanpun bahan pustaka tetap dibutuhkan, walaupun sudah banyak buku yang berbentuk elektronik ( e-book ). Kejadian ini tidak akan menyusurutkan penerbit untuk tidak mencetak buku. Dengan demikian pustakawan di bagian pelestaraian bahan pustaka masih tetap mempunyai tugas dan fungsi memelihara informasi yang ada dalam buku agar tetap terjaga keutuhannya baik isi maupun bentuk. Seringkali terjadi ketika menerima pengembalian dari pemustaka,  buku sudah kumal, kotor atau pun lecek. Terlebih buku yang baru ngetren yang intensitas sirkulasinya tinggi. Ketika menjumpai buku nampak kumal, lecek, dan terkesan tidak menarik, pustakawan perlu melakukan tindakan konservasi bahan pustaka. Bahan pustaka itu menjadi lecek karena banyak dipegang oleh tangan yang tidak bertanggung jawab, dari satu pemakai ke pemakai lainnya, akhirnya menjadi lecek. Terkadang juga diakibatkan oleh kualitas kertas yang tidak standar di samping mutu penjilidan dan masalah penyimpanannya seperti faktor suhu udara, kelembaban, kebersihan ruang panas/sinar matahari yang tidak diperhatikan oleh pustakawan. Kita tahu bahwa kertas dibuat dari berbagai serat seperti serat binatang, serat bahan mineral, serat sintetis, atau pun serat keramik, serta serat tumbuh-tumbuhan. Kekuatan kertas tergantung dari kekuatan serat sebagai bahan dasarnya.
Tindakan konservasi ini dikandung maksud sebagai langkah untuk merawat bahan pustaka agar mempunyai manfaat lebih lama. Sholihul Absor ( 2009 : 6 ) mengatakan bahwa di negara maju, masalah perawatan koleksi perpustakaan senantiasa menjadi perhatian yang seimbang oleh para pustakawan. Pada tahun 1937, Randolph G. Adams seorang pustakawan sekolah di Amerika berpendapat bahwa perhatian pustakawan terhadap teknologi fungsi pemeliharaan bahan pustaka sangat kecil. Adams dalam Sholihul Absor berpendapat bahwa untuk dapat membangun per­pustakaan yang besar, pustakawan harus mutlak memiliki (1) Pengetahuan dan apresiasi tentang perasaan kolektor buku, (2) Bahwa profesi secara keseluruhan harus memperlihatkan penghargaan yang tinggi terhadap bahan pustaka sebagai hasil seni, (3) Pustakawan punya tanggung jawab dalam hal mengumpulkan dan sekaligus melestarikan koleksi langka, (4) Secara kontinyu mengawasi stok untuk memilih item-item koleksi apa yang menjadi langka, (5) Mengamati koleksi langka di luar perpustakaan untuk dimasukkan dalam jajaran koleksi, (6) Bertindak tegas terhadap kemungkinan penyalahgunaan bahan pustaka berharga bagi pemakai.
Tentu saja masalah pelestarian bahan pustaka tidak hanya terbatas pada koleksi langka saja mengingat bahan pustaka adalah hasil karya seseorang dan sekaligus hasil kebudayaan bangsa yang harus dilestarikan sebagai penghormatan atas karya seseorang.
Memelihara bahan pustaka tidak sekedar memelihara fisik bahan pustaka saja, melainkan juga isi yang terkandung di dalamnya. Pemeliharaan sebagai usaha agar bahan pustaka tidak cepat rusak, awet, dan bisa dipakai lebih lama,  sehingga lebih banyak pembaca yang dijangkau. Kegiatan tersebut sesuai dengan tujuan pelestarian bahan pustaka, antara lain 1). Menyelamatkan nilai informasi dokumen. 2). Menyelamatkan fisik dokumen. 3). Mengatasi kendala kekurangan ruang. 4). Mempercepat perolehan informasi ( Sulistyo Basuki, 1991 : 65 ).  Dengan demikian, fungsi dari pelestarian bahan pustaka adalah untuk melindungi,  mengawetkan,  menyehatkan, serta menjaga keindahan bahan pustaka.
Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka
Karmidi Martoatmodjo ( 1999 : 65 ) menyebutkan bahwa bahan pustaka bisa rusak karena disebabkan oleh beberapa faktor antara lain : Pertama, Faktor Biotis. Bahan pustaka yang terkena penyakit jamur, warna kertas akan berubah menjadi kuning, di samping itu bisa menyebabkan lengket antara halaman yang satu dengan halaman yang lain sehingga informasi yang ada di dalamnya tidak dapat diakses oleh pemustaka.  Pustakawan perlu menyadari bahwa jamur bisa hidup dimana-mana termasuk di dalam buku. Jamur akan tumbuh subur di kelembaban udara yang tinggi. Untuk itu pustakawan perlu mengenal ciri-ciri adanya jamur. Pada umumnya ciri-ciri bahan pustaka yang terjangikiti jamur adalah bintik coklat pada bahan pustaka. Dalam mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur disarankan agar kelembaban udara ruangan harus dijaga tidak lebih dari 60% RH. Silicagel atau mesin penyerap uap air yang bernama DEHUMIDIFIER dapat digunakan untuk menyerap uap air. Pemeriksaan kelembaban udara ruangan dan pembubuhan obat anti jamur pada buku merupakan salah satu cara mencegah kerusakan bahan pustaka. Selain jamur, yang tergolong dalam faktor biotis adalah serangga, rayap, dan kecoa. Penyebab hadirnya kecoa adalah sisa-sisa makanan yang tercec­er di ruang koleksi perpustakaan. Maka, hindarilah membawa makanan dan minuman di ruang perpustakaan. Jika perlu ditegaskan dengan membuat larangan makan atau minum di ruang perpustakaan baik pengunjung maupun petugas perpustakaan. Sedangkan yang bisa mengundang hadirnya serangga noda minyak.  Serangga yang merusak bahan pustaka adalah ngengat, dimana ngengat gemar hidup dan berkembang biak di tempat yang gelap. Tempat-tempat yang gelap ( didalam buku, rak ). Ngengat yang bersembunyi di dalam buku akan merusak perekat buku yang terletak di punggung dan sampul buku.  Selain ngengat, serangga seperti  kutu buku juga harus diwaspadai. Dalam aksinya, kutu buku sering merusak permukaan kertas. Akibat dari perbuatannya dapat mengakibatkan huruf banyak yang hilang sehingga tidak bisa dibaca.   Kedua, Faktor Fisika. Faktor ini banyak disebabkan oleh pengaturan suhu dan kelembaban udara di dalam ruang koleksi perpustakaan. Suhu yang tinggi dapat mempercepat kerusakan kertas karena kering, pecah-­pecah dan rapuh. Kelembaban yang tinggi dapat menyuburkan tumbuhnya jamur dan sebaiknya kelembaban yang rendah dapat menyebabkan kertas menjadi kering dan cepat hancur. Selain itu sinar matahari yang langsung mengenai buku akan merusak buku. Debu juga bisa menjadi musuh buku karena selain mengganggu kesehatan, debu dapat menimbul­kan noda-noda, mengaburkan tulisan dalam buku, menularkan jamur.  Ketiga, Faktor Kimia. Bahan pencemaran udara banyak bervariasi dan yang berbentuk gas pencemaran, partikel logam sampai unsur yang besar seperti misalnya debu dalam udara merupakan salah satu penyebab besar rusaknya kertas dan bahan organik lain yang bisa menimbulkan noda-noda permanen pada kertas tersebut. Pencemaran tadi bisa dikendalikan dengan cara menjaring udara. Keempat, Faktor Manusia. Bukan hanya serangga saja yang merupakan musuh besar buku, tetapi juga manusia. Hanya dengan cara meme­gang buku saja sudah bisa merusak buku. Tangan yang kotor atau berminyak bisa mengganggu kondisi buku karena tangan yang berminyak bisa mendatangkan kecoa atau serangga lain. Belum lagi ada tangan jahil yang sengaja merobek kertas dan sekedar mencorat-coret dengan tinter sambil memberi komentar yang tidak perlu. Sering kali kita lihat ada orang yang sengaja melipat bagian tertentu sebagai batas halaman yang akan difoto kopi, lebih-lebih pada buku banyak halamannya tebal, misalnya Ensiklopedi dan kamus. Kerusakan ini akan bertambah besar karena buku-buku tebal itu harus ditekan apabila difoto copy.  Disamping itu, cara penempatan buku pada rak secara ceroboh bisa merusak buku, Misalnya menempatkan buku terlalu padat didalam jajaran rak karena kalau dipaksa, bagian kulit dan punggung akan lekas rusak. Karena itulah ada ketentuan dalam hal penempatan buku pada rak, yaitu pustakawan tidak bakal memenuhi seluruh rak dengan buku, sehingga rak menjadi penuh. Harus ada tempat yang kosong. Kelima, Faktor Bencana Alam. Kebakaran atau banjir misalnya merupakan bencana yang bisa tiba-tiba terjadi. Kewaspadaan dan kesiapan penting, sehingga bisa diambil tindakan yang cepat dan tepat untuk bisa mengurangi resiko kerusakan apabila benar-benar terjadi. Usaha pencegahan kerusakan buku memang harus dilakukan sedini mungkin. Hal ini jauh lebih baik dan mudah dibandingkan dengan melakukan perbaikan buku yang terlanjur rusak.   Pencegahan kerusakan bahan pustaka karena banjir dapat dilakukan dengan cara membersihkan lumpur dan pengeringan bahan pustaka. Hendaknya bahaya banjir bisa diantisipasi. Kerusakan oleh api dapat dicegah dengan menghindari kebakaran di antaranya dengan memeriksa kondisi kabel listrik secara rutin, penyediaan alat pemadam kebakaran di setiap ruang, serta adanya aturan yang ketat misalnya dilarang merokok di dalam ruang perpustakaan.
Pelestarian bahan pustaka sangat menentukan keberlangsungan suatu perpustakaan. Oleh karennya agar lebih berhasil dan berdayaguna maka perlu disusun kebijakan program pelestarian bahan pustaka yang melibatkan seluruh sumber daya perpustakaan.
*) Penulis adalah pustakawan pada Perpustakaan Khusus Sekretariat DPRD Kabupaten Blora

Tidak ada komentar:

Posting Komentar