Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 17 Juni 2010

MERIAS PERPUSDES


Tajuk Rencana

Nampaknya inilah saat kebangkitan perpustakaan di desa atau dikenal dengan perpusdes. Betapa tidak, niat dan komitmen Pemkab Semarang untuk “merias” perpusdes dalam segala aspeknya tak pernah berhenti. Dukungan dan bantuan dana serta pendampingan termasuk kegiatan bimbingan teknis bagi pengelolanya menjadi bukti nyata niatan itu.
Harus diakui, perpusdes merupakan ujung tombak senyatanya untuk menyebarkan virus budaya membaca di semua lapisan masyarakat terutama di pedesaan. Lebih dari separuh masyarakat Bumi Serasi tinggal di pedesaan. Disana, harga sebuah buku masih sangat mahal dan menjadi barang tersier. Padahal kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus dan semakin bergerak cepat. Padahal, lagi, sebagian besar materi itu dapat dibaca dan dipahami dari sebuah buku. Tentu saja bantuan berupa koleksi buku terbaru dan bermutu ibarat cucuran air telaga ilmu ditengah kegersangan pengetahuan.
Selain melengkapi koleksi pustaka perpusdes, peran sumber daya pengelola juga tak kalah pentingnya. Apalah artinya kelengkapan buku namun tidak diatur dan didayaupayakan dengan baik oleh pengelola. Meminjam istilah si Upin-Ipin, tak ade guna tu!
Bantuan dana dan sarana serta didukung bimbingan teknis pengelolaan perpusdes menjadi rangkaian serasi untuk merias perpusdes agar berdaya guna dan berhasil guna. Masyarakat desa akan mendapat pelayanan perpustakaan secara lengkap dan memadai. Tak hanya membaca, perpusdes juga dapat berkembang dan dikembangkan menjadi pusat kegiatan diskusi. Brainstorming atau curah pendapat bukan lagi sebuah kemustahilan. Antar anggota masyarakat yang disatukan dalam satu kepentingan, misalnya kelompok tani, akan dapat menciptakan komunitas diskusi topik tertentu. Jika itu terjadi, sungguh elok nian. Tak ada lagi alasan untuk kalah bersaing dengan saudara-saudara di kota dalam menyerap ilmu pengetahuan.
Riasan untuk mempercantik perpusdes sudah mulai dan akan terus berjalan. Sekarang bola ada ditangan masyarakat setempat. Akankah tertarik lalu menyanding perpusdes yang telah elok dengan koleksi pustaka dan profesionalisme pengelola? Ataukah sebaliknya, hanya akan jadi menara suar indah yang hanya dipandang dan tak berguna? Sungguh, pilihan pertama adalah keniscayaan untuk sebuah kemajuan dan kesejahteraan.(*/ed)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar