Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 18 Juni 2010

MENANAMKAN NILAI MORAL DENGAN MENDONGENG


MENANAMKAN NILAI MORAL DENGAN MENDONGENG
Oleh: WINAR SUCI RAHAYU, S.Pd.i

 Sejak jaman dahulu para ibu sering menceritakan dongeng kepada anak-anak nya sebagai pengantar tidur, akan tetapi tahukah anda jika mendongeng merupakan cara yang efektif sebagai metode pembelajaran moral anak.
Para ahli psikologi mengatakan bahwa sejak lahir anak mempunyai kemampuan untuk belajar bahasa dan dari ketiga kemampuan berbahasa yaitu menyimak, membaca dan berbicara, kemampuan yang pertama kali di miliki anak adalah kemampuan menyimak. Maka dengan sering mendengarkan cerita atau dongeng anak akan lebih mudah untuk belajar.
            Mendongeng bisa merangsang kecerdasan anak dan merupakan cara yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai moral serta pendidikan akhlak pada anak sejak usia dini, karena anak-anak memiliki daya imajinasi yang kuat dan segala yang mereka dapat di masa kanak-kanak akan membekas  hingga dewasa.
            Namun demikian, dalam mendongeng para orang tua dan guru hendaknya tidak sembarangan menceritakan suatu cerita atau dongeng. Ada  berapa hal yang harus di perhatikan dalam mendongeng di antaranya: penggunaan alat peraga pada saat mendongeng haruslah sesuai dengan tokoh dalam cerita Ketidaksesuaian penggunaan alat peraga dapat mempengaruhi persepsi anak hingga ia dewasa. Misalnya dalam cerita tersebut menceritakan tokoh burung merpati, maka peraga yang harus di gunakan adalah benar-benar berbentuk burung merpati tidak boleh berbentuk burung perkutut atau jenis burung lainnya, karena meskipun sama-sama burung keduanya berbeda dan itu akan menimbulkan persepsi yang salah pada anak.Alat peraga bisa berupa gambar, boneka, benda sesungguhnya atau yang lainnya. Namun mendongeng tidak harus menggunakan alat peraga.
            Pendongeng juga harus memperhatikan isi cerita. Isi cerita haruslah bersifat edukatif dan sesuai dengan usia anak. Disinilah peran dongeng sebagai media pembelajaran, anak-anak cenderung akan lebih tertarik dan meniru tokoh-tokoh cerita yang ia sukai dari pada mendengar nasehat berupa ceramah yang panjang lebar. Maka kesalahan pemilihan isi cerita akan berdampak pada perilaku anak yang meniru karakter tokoh pada dongeng tersebut. Suatu contoh masih ingatkah anda pada dongeng kancil mencuri timun?, Di dalam dongeng tersebut di ceritakan bahwa tokoh kancil itu bersifat licik dan nakal dan sekarang yang melekat di dalam otak anda seekor kancil pastilah bersifat licik dan nakal. Nah, sekarang ubahlah image tersebut pada anak-anak anda.
            Selanjutnya dalam mendongeng, hendaknya harus ada umpan balik antara pendongeng dan pendengar. Hal ini di maksudkan untuk memancing daya kritis dan merangsang kecerdasan anak. Seorang anak juga akan merasa dirinya berharga apabila pendapatnya di dengar. Pendongeng jangan hanya larut dalam cerita namun juga tanyakan pada anak atau pendangar apakah sifat tokoh dalam cerita tersebut bagus atau tidak dan apabila tidak, tanyakan pada anak atau pendengar bagaimana sikap yang seharusnya di lakukan.
            Agar anak lebih tertarik, maka pendongeng sebaiknya menggunakan beberapa pelengkap mendongeng misalnya ilustrasi musik atau kostum. Dongeng akan terasa lebih hidup dan menarik apabila pendongeng menggunakan pelengkap tersebut. Tapi pelengkap juga tidak akan membuat dongeng itu terasa bagus apabila dalam tehnik penyampaian dirasa kurang. Maka tehnik penyampaian menjadi faktor yang penting dalam mendongeng. Pendongang harus bisa menguasai mimik, ekspresi, vokal, dan gerak tubuh.
            Ada dua jenis mendongeng yaitu mandongeng dengan alat peraga dan mendongeng tanpa alat peraga. Alat peraga yang di gunakan ketika mendongeng bisa berupa gambar, patung, boneka, benda aslinya atau banda- benda yang bentuknya seperti tokoh dalam cerita. Mendongeng tanpa alat peraga di wujudkan dengan penekanan ekspresi dan intonasi-intonasi kalimat dari pendongeng tentu saja di dukung dengan mimik, vokal dan gerak tubuh.
            Anak pada masa dini berada pada usia keemasan, anak akan jauh lebih mudah untuk menangkap dan mengingat apa saja yang ia ketahui dan hal ini akan berpengaruh pada pola kepribadiannya kelak. Maka, pada masa kanak-kanak gunakanlah kesempatan untuk menanamkan nilai-nilai moral yang baik pada anak anda salah satunya melalui dongeng yang berkualitas hingga menumbuhkan memori-memori positif pada hati dan jiwa anak-anak, dan kelak ketika mereka dewasa, mereka akan menjadi anak yang berbudi pekerti luhur dan berakhlakul karimah.
*\Penulis sekarang ini aktif sebagai guru di TK NYATNYONO I dan sebagai pengelola taman baca masyarakat TBM AZZAHRA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar