Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 17 Juni 2010

Membudayakan Membaca Sejak Dini


Membudayakan Membaca Sejak Dini
Oleh: Fajar Purwantoro

Borges adalah seorang penyair, esais dan cerpenis Argentina terdepan, sekaligus pustakawan terpercaya, dan pernah menjabat sebagai kepala Perpustakaan Nasional Argentina pada tahun 1955. Bakat menulis beliau sudah ada sejak usia 6 tahun dan ketika usia 9 tahun Borges telah berhasil menterjemahkan karya Oscar Wildez yaitu The Happy Prince ke dalam bahasa Spanyol. Bakat menulis itu terpupuk berkat jasa ayahnya yang melimpahkan dengan aneka buku filsafat dan sastra Inggris, Perancis, Jerman dan Spanyol. Borges yang rajin membaca terbukti telah berhasil menciptakan karya-karya berkaliber dunia. Borges pun sampai usia senja terus membaca, beraktivitas dan terus berkarya.
            Belajar dari pengalaman seorang Borges hendaknya kita mulai terpacu untuk mengikuti jejaknya dalam hal membaca bahkan menulis  Disinilah peran orang tua ditantang dalam mengenalkan sejak dini kepada anak-anaknya untuk membaca buku. Begitu banyak manfaat yang didapat dari buku, karena buku adalah gerbangnya ilmu pengetahuan. Dengan membaca buku kita bisa menceritakan apa yang terjadi di dunia lain, seperti kita contohkan kita membaca kehidupan warga  Amerika, dan setelah membaca kita dapat menceritakan apa yang telah terjadi di Amerika, padahal kita belum pernah ke Amerika. Dengan banyak membaca akan kita dapatkan  manfaat yang diperoleh dari membaca antara lain; akan merangsang syaraf otak manusia yang tadinya lemah menjadi kuat dan segar kembali, menumbuhkan kreativitas, meningkatkan perbendaharaan kata.
Mengingat begitu pentingnya membaca, perlu adanya pembinaan minat baca kepada generasi kita sebagai salah satu upaya dalam ikut mencerdaskan kehidupan bangsa dan mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Minat baca harus terus dikembangkan sejak dini, orang tua hendaknya sudah mulai mengenalkan buku bila perlu dari bayi. Caranya dengan mengenalkan gambar berbahan dasar kain yang tidak akan sobek bila digigit bayi hingga buku dongeng yang dapat dibacakan menjelang tidur ( Kompas: Rumah Pengetahuan, 2009). Bacaan-bacaan ringan seperti komik bermutu bisa dikenalkan kepada anak-anak untuk menumbuhkan minat baca. Selain itu orang tua bisa memberikan hadiah buku atau bacaan lain yang bersifat edukatif. Dengan dukungan penuh orang tua diharapkan kelak anak akan rajin membaca buku-buku ilmiah, sastra dan bacaan lain  sehingga akan tertanam wawasan yang luas dan akan meningkatkan kualitas hidup.
Kemajuan media elektronik salah satu faktor yang menghambat lajunya minat baca. Memang masyarakat kita sejak dulu lebih mengandalkan budaya lisan daripada membaca. Masyarakat kita dulu lebih suka menonton wayang, tapi seiring dengan perkembangan kemajuan teknologi, wayang mulai ditinggalkan dan beralih ke media elektronik yang kita kenal dengan televisi. Masyarakat kita sekarang lebih banyak menghabiskan waktunya di depan televisi dengan berbagai sajian acara daripada membaca. Masyarakat, dari anak-anak sampai orang tua sering terpaku untuk menonton televisi, boleh dikatakan sepanjang waktu luang padahal menurut penelitian Andre Sheriff dari Universitas Glasgow keseringan menonton televisi bisa mengakibatkan penyakit asma. Hal ini yang menjadikan permasalahan bagaimana kita merubah perilaku masyarakat kita  untuk meningkatkan minat baca.
Mensiasati Gemar Membaca
Keteladanan orang tua dan peran perpustakaan dalam hal membaca disini sangat dibutuhkan,  seperti yang dilakukan oleh Pustaka Public di Serawak Malaysia mensiasati dengan meminta kerja sama orang tua untuk menanamkan kebiasaan membaca. Orang tualah yang dipinjami buku. Dalam beberapa minggu, petugas Pustaka Publik datang kembali untuk mengganti buku-buku lama dengan buku yang baru. Pengalaman ini disampaikan oleh perwakilan Malaysia dalam rangka seminar internasional Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) yang bertema Reading for all yang diprakarsai oleh Perpustakaan Nasional RI dan Departemen Pendidikan Nasional  yang berdiri pada bulan Oktober 2001(Adhitama, Toeti: Media Indonesia, 2008) . Pemerintah juga dituntut berperan dalam  mengembangkan program sosialisasi budaya membaca dengan mengembangkan perpustakaan sebagai mediator membaca yang komprehensif. Pameran-pameran perbukuan, lomba penulisan dan penghargaan terhadap masyarakat dan tokoh perbukuan dapat digunakan untuk memacu potensi diri dengan membaca.
Menumbuhkan minat baca dapat juga dilakukan dengan jalur pendidikan formal. Kebiasaan membaca ditumbuhkan melalui kurikulum pendidikan di sekolah, seperti di Jepang misalnya setiap siswa diwajibkan membaca  selama 10 menit sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar sehingga para murid terdorong untuk aktif membaca, sampai-sampai masyarakat Jepang memiliki prinsip  bahwa teman duduk terbaik adalah buku. Kebiasaan mereka terus terpelihara dengan baik , dimana tempat mereka berada selalu membaca. Sedangkan di Belanda peningkatan minat baca disiasati dengan mengharuskan para siswa memperkaya ilmu pengetahuan dengan membaca dan ditunjang dengan system perpustakaan yang memenuhi kebutuhan mereka. Di Singapura minat baca ditumbuhkan dengan kurikulum melalui tugas yang diberikan oleh guru dengan refensi buku sebanyak mungkin, dan di Australia para siswa dibekali semacam kartu untuk menuliskan judul buku yang di baca dan kemudian guru menyuruh setiap siswa menceritakan isi buku yang dibacanya. Sistem ini sekarang juga diberlakukan juga di sekolah-sekolah Indonesia yang beafiliasi dengan sekolah-sekolah Australia.
            Minat baca bisa terus kita bangkitkan bukan hanya dengan himbauan semata, tetapi harus pula ditunjang dengan fasilitas-fasilitas pendukung seperti ketersediaaan perpustakaan baik perpustakaan dari tingkat pendidikan dasar hingga perguruan tinggi maupun perpustakaan umum dengan menyediakan bacaan yang bermutu dan memikat. Disamping itu, kualitas bahan bacaan harus disesuaikan dengan kebutuhan.
Perpustakaan saat ini dituntut pula untuk dapat mendayagunakan tugas dan fungsinya dalam rangka meningkatkan minat baca. Dengan pelayanan prima, perpustakaan beserta pustakawanya harus selalu tanggap dan mampu beradaptasi dalam menghadapi era globalisasi sehingga perpustakaan senantiasa mampu memenuhi kebutuhan para pemustaka secara cepat, relevan dan akurat.
 *\ Penulis adalah staf di Perpustakaan FMIPA Universitas Diponegoro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar