Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 02 Juni 2011


Membaca Dengan ‘Ngemil’, Mengapa Tidak ?
*\M. Nindya R

“Membacalah secara ‘ngemil’. Lalu, berhentilah dan renungkanlah apa yang dibaca tersebut. Setelah direnungkan, ‘ikat’ (tulis)-lah.”

Kalimat di atas adalah sederet pesan yang pernah ditulis dan disampaikan oleh Hernowo kepada penulis tertanggal Bandung, 22 Juli 2010.  Hernowo adalah seorang guru, trainer, motivator dan penulis produktif yang sebagian besar karyanya membahas tentang kegiatan membaca dan menulis yang memberdayakan. Dia adalah orang pertama dari Indonesia yang mendapat penghargaan dari World Book Day Indonesia 1. Kala itu ada suatu hal yang membuat penulis menyuratinya. Dan salah satu isi balasan yang ditulisnya adalah sederet kalimat di atas.
Mula-mula memang penulis tidak pernah terbayang ada istilah ‘ngemil’ untuk kegiatan membaca. Sama tidak tahunya ketika penulis pernah membaca dan mendapatkan pernyataan bahwa kemampuan membaca seseorang akan berbanding lurus dengan kemampuan menulis seseorang. Artinya bahwa semakin bagus kemampuan seseorang dalam kegiatan membaca maka akan semakin baik pula kemampuan seseorang tersebut untuk menuangkan perasaan dan pikiran ke dalam bentuk tulisan. Lalu apa hubungan antara kegiatan membaca dan menulis ? Tentu keduanya berhubungan sangar erat sekali. Orang yang banyak membaca tentu akan mempunyai perbendaharaan kata yang banyak daripada orang yang malas membaca. Sehingga mereka akan lebih mudah dan lancar untuk melakukan kegiatan menulis. Sementara kegiatan menulis bisa terwujud bila seseorang memiliki kolam kata-kata untuk dirakit menjadi kalimat guna menuangankan pikiran maupun perasaan secara tertulis.  Tetapi pada kenyataannya sangat sulit untuk melakukan dua jenis kegiatan tersebut.
Bagi sebagian besar orang membaca adalah pekerjaan yang berat. Apalagi jika yang dilihat adalah buku tebal dengan jarak tulisan yang rapat. Menatap saja sudah menimbulkan rasa enggan. Sebenarnya tidak jauh dari pekerjaan rumah yang lain, membaca bisa dilakukan dengan cara menyicil atau sedikit demi sedikit. Atau seperti yang diistilahkan oleh Hernowo, yakni dengan cara ‘ngemil’. Dan memulai belajar menceritakan kembali inti sari apa yang sudah selesai dibaca  dalam bentuk tulisan diistilahkan dengan mengikat makna.
Tulisan ini tidak akan membahas tentang bagaimana Hernowo mampu menginspirasi jutaan orang agar terberdayakan dengan kegiatan membaca dan menulis. Akan tetapi lebih menitikberatkan bagaimana kegiatan membaca harus kita latihkan dalam keseharian kita. Sehingga kegiatan membaca yang semula kita rasakan  dan pandang  sebagai pekerjaan berat berubah menjadi suatu kebiasaan dan pada akhirnya menjadi sebuah kebutuhan.
Lalu, bagaimana kita bisa memulai kegiatan membaca dengan cara ‘ngemil’ ? Sifat dari kegiatan “ngemil” yang bisa kita lihat adalah : Suatu kegiatan ringan yang dijadikan  kebiasaan,  sedikit tapi terus menerus,  bisa di”sambi” (dilakukan bersamaan dengan kegiatan lain),  sesuatu  yang digemari (menyenangkan), dan merupakan kegiatan yang diada-adakan. Maka langkah-langkah yang bisa ditempuh dalam membaca, sesuai dengan sifat ngemil,  antara lain adalah :
1.   Menjadikan kegiatan membaca sebagai bagian dari sebuah kebiasaan. Dalam keseharian sering kita bisa sempatkan untuk melakukan olah raga, jalan-jalan, belanja, window shoping, nongkrong bersama teman, dsb. Maka sesungguhnya kitapun juga bisa sempatkan untuk memasukkan kegiatan membaca dalam aktifitas keseharian kita. Tidak perlu lama. Sebagai permulaan cukup 15-30 menit saja. Hindari bacaan yang bertema berat. Pilih yang ringan tetapi mendatangkan rasa senang pada diri kita. Gunakan secara efektif waktu-waktu saat kita sedang menunggu antrian, menunggu seseorang atau angkutan, saat menemani anak belajar, saat meeting belum mulai, dsb. Kemauan yang kuat adalah kuncinya.
2.   Menjadikan membaca sebuah kesenangan, bukan beban.
Buku adalah teman yang tak pernah memaki, tempat bertanya yang selalu tersedia jawaban, guru yang tak pernah mengeluh dan marah, yang selalu sabar dan menerima apapun perlakuan kita kepadanya. Maka pastikan membaca buku menjadi hal yang menyenangkan. Bukan menjadi beban. Karena membaca buku tak akan memberi keadaan yang tak mengenakkan. Maka mulailah dengan membaca buku yang memberi rasa senang seperti sesuatu yang berkaitan dengan profesi kita, hobi kita, atau biografi tokoh-tokoh yang kita kagumi. Hindari membaca buku yang bertema berat atau asing bagi kita. Mengenali minat dan kesenangan kita adalah kuncinya.
3.   Membaca dengan terus menerus. Seperti kegiatan makan dan minum, maka membaca harus terus menerus dilakukan. Apalagi kalau kita sudah merasa senang melakukannya. Maka usahakan untuk tidak melakukan rehat yang lama dari kegiatan membaca. Karena istirahat lama dari kegiatan membaca bisa menimbulkan keengganan. Jika terhenti, diperlukan energi dan kemauan yang lebih besar  dari sebelumnya untuk memulai kembali kegiatan membaca . Maka konsisten merupakan  kunci ampuhnya.
Jika ketiga hal tersebut di atas dilakukan maka banyak manfaat yang bisa kita dipetik. Kalau kita bisa mengemil dalam soal makanan maka seharusnya kita juga bisa menerapkan kegiatan ‘ngemil’ dalam membaca. Maka ada hal-hal yang bisa kita resapi sebagai inti sari :
Bila mengemil makanan :
1.      Asupan yang masuk ke tubuh merupakan makanan. Zat yang terkandung dalam makanan bermacam-macam. Ada yang mempersehat tubuh sebaliknya ada yang mendatangkan penyakit bagi tubuh. Sayangnya kita tak selalu tahu berapa takaran suatu zat dibutuhkan oleh tubuh kita dan kapan kita harus menjauhinya karena sudah taraf membahayakan bagi tubuh. Maka mengemil makanan bisa menjadi hal yang membahayakan jika pengendalian tidak dilakukan.
2.      Menimbulkan gerak aktif  hanya di mulut dan kurang memberi pengaruh anggota badan yang lain untuk bergerak kecuali organ-organ pencernaan di perut. Sebagai hasil lemak bisa menumpuk di tubuh dan tubuh menjadi gemuk. Siapapun juga tahu lemak yang berlebih di tubuh akan sangat membahayakan kesehatan.
3.      Proses kenyang yang ditimbulkan oleh asupan makanan yang masuk membuat gerak tubuh  menjadi lambat serta cara berpikir menjadi malas dan lamban.
4.      Memberi asupan makanan hanya untuk badan kemudian terus berhenti pada akhir proses pencernaan. Tak ada produk akhir yang bisa dimanfaatkan.
5.      Hampir tak ada prestasi bisa dihasilkan dari kegiatan mengemil makanan. Kecuali bagi mereka yang punya naluri dan kemauan untuk berbisnis kuliner. Itupun masih membutuhkan modal yang sangat besar. Maka hanya segelintir orang yang bisa melakukan.
Bila yang dicemil adalah bacaan, maka yang akan terjadi  :
1.      Asupan yang masuk ke tubuh merupakan berbagai macam informasi ilmu pengetahuan , bisa fiksi maupun non fiksi. Dari sudut fiksi., informasi ilmu yang didapat akan menambah pengetahuan , kompetensi dan kemahiran seseorang. Dari sudut non fiksi, pilihan kata, gaya bahasa, dan pesan moral yang diperoleh dari bacaan akan mengasah kepekaan nurani, mempertajam akal pikiran, dan menambah budi pekerti. Berbeda dengan mengkonsumsi makanan, dalam proses penyerapannya, saat ‘mengemi’l bacaan seseorang diberi kebebasan untuk memilih apa saja yang akan dibaca dan menakar seberapa banyak yang dibutuhkan.  
2.      Menimbulkan gerak aktif  di beberapa anggota tubuh. Di mulut (bila membaca keras), pada mata, dan tentu saja otak.
3.      Tak ada proses kenyang yang ditimbulkan oleh asupan ilmu pengetahuan. Semakin suatu ilmu dipahami dan dipelajari, semakin membuat orang haus untuk mereguknya. Semakin dalam ia bergerak aktif untuk menyelami dan menuntaskan rasa penasarannya. ia akan merasa tertantang untuk mencari dan terus mencari. Ia tak akan menunda-nunda karena menunda baginya akan membuat menjadi ketinggalan.
4.       Memberi asupan “makanan” kepada otak. Sehingga sel-sel otak menjadi aktif. mendorong orang untuk memberdayakan hasil   dari kegiatan membacanya. Ia mungkin saja juga tergerak untuk untuk menuliskan kembali apa yang sudah dibacanya, menceritakannnya kepada orang lain, atau mempraktekkan hal baru yang diperoleh. Maka kesemuanya itu bisa dikatakan bahwa ada banyak produk akhir yang bisa diperoleh seseorang dari kegiatan membaca.
5.      Prestasi akademik utamanya akan lebih mudah dihasilkan. Orang-orang pintar tak ada yang tidak membaca. Mereka pasti akan menjeratkan diri pada buku dan kegiatan membaca. Prestasi akademik yang dihasilkan dari kegiatan membaca bisa dicapai oleh siapa saja. Tidak mengenal kasta, usia, atau miskin kaya. Membaca adalah kendaraan paling murah dan mudah untuk bisa sampai pada terminal cita-cita bagi siapa saja.
Melihat manfaat membaca yang begitu banyak bisa kita petik maka mari segera budayakan gemar membaca pada diri kita sekarang juga.
*\Guru Bahasa Inggris SMA Negeri 1 Pabelan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar