Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Senin, 21 Mei 2012

Budaya Baca Dan Menulis Menyikapi Publikasi Ilmiah


Budaya Baca Dan Menulis Menyikapi Publikasi Ilmiah
Oleh : Hadziq Anas K. Wahid

“Maaf… Pak Menteri sudah pernah kirim tulisan untuk publikasi jurnal ilmiah atau belum? saya pengin baca dong tulisannya… Kalo ada yang bisa kasih link-nya tulisan Pak Menteri...tolong ya kasih tau…”""Masak nulis saja tidak bisa? Ini kan sarjana, bukan SMA": ketauan ni mentri bisanya omong doang! misal mhs kedokteran 1 angkatan di Unv X 200 org, di Indonesia brp???? jurnal kedokteran yg tersedia ada berapa???? mikir om, mikir!!!”“Nah ni, akan ketauan mana universitas yang abal-abal, hahaha…” 
Hadziq Anas K. Wahid
Itulah beberapa komentar dari para mahasiswa kalau kita buka internet (www.vivanews.com) terkait Surat Ampuh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, surat edaran bernomor 152/E/T/2012 terkait publikasi karya ilmiah. Surat tertanggal 27 Januari 2012 ini ditujukan kepada Rektor/Ketua/Direktur PTN dan PTS seluruh Indonesia. Surat yang ditandatangani Dirjen Dikti Djoko Santoso itu memuat tiga poin penting bagi para mahasiswa, baik strata satu, master hingga program doktoral.
Tiga poin ketentuan itu adalah :
1.      Untuk lulus program Sarjana harus menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah.
2.      Untuk lulus program Magister harus telah menghasilkan makalah yang terbit pada jurnal ilmiah nasional, diutamakan yang terakreditasi Dikti.
3.      Untuk lulus program Doktor harus telah menghasilkan makalah yang diterima untuk terbit pada jurnal internasional.
Disebutkan bahwa saat ini jumlah karya ilmiah perguruan tinggi di Indonesia masih sangat rendah. Bahkan, hanya sepertujuh dari jumlah karya ilmiah perguruan tinggi di Malaysia. Oleh karena itu, ketentuan ini bertujuan untuk meningkatkan jumlah karya ilmiah di Indonesia.
Sebenarnya yang banyak komentar kontranya adalah dari mahasiswa S1. Memang kita tidak boleh dibanding-bandingkan dengan Universitas Negara tetangga. Karena disana sudah ditunjang sarana prasarana yang lebih memadai.
Terlepas dari semua itu, seorang mahasiswa tidak boleh lepas dari budaya membaca. Buku, e-book, artikel, diktat, jurnal, internet dan apalah itu namanya adalah bacaan wajib bagi mahasiswa jika ilmunya ingin berkembang. Namun budaya baca saja tidak cukup, harus ada tindakan untuk mengaktualisasikan isi dari bacaan tersebut. Ini dilakukan karena keterbatasan daya ingat otak kita. Jika hanya membaca saja maka bahan bacaan tersebut mudah sekali hilang. Sayangnya karena mahasiswa sekarang kurang terlatih menulis sehingga kemampuan menulisnya sangat sedikit.
Sekarang ini banyak mahasiswa yang hanya mempunyai satu tujuan yaitu ingin mendapatkan nilai baik. Bahkan untuk itu, ia rela melakukan apapun. Sangat jarang yang belajar dengan menulis. Bahkan dengan kemajuan teknologi sekarang ini sering digunakan tidak maksimal bahkan cenderung negatif. Kebiasaan Copy and Paste membuat budaya plagiat jadi populer. Dan ini tidak hanya dilakukan oleh mahasiswa dalam membuat tugas kuliah seperti makalah atau paper namun juga dalam membuat tugas akhir, skripsi, tesis bahkan disertasi. Budaya inilah yang harus kita pupus untuk menyikapi Surat Ampuh (surat edaran dari dikti) baik dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi.
Ketrampilan dalam menulis itu tidak di dapatkan secara instan. Ada proses untuk bisa mengarah kesana. Yang pasti kita harus berlatih untuk menulis. Seorang sejarawan dan sastrawan seperti  Pramoedya Ananta Toer yang seperti kita ketahui dengan tulisannya yang berkualitas tinggi tidak mendapatkan keahliannya begitu saja. Ia juga melalui proses belajar untuk menulis.
Untuk mengatasi hal tersebut, penulis mendapat saran seorang teman mahasiswa dari Universitas Muria Kudus untuk dapat mengembangkan kemampuan dalam bidang keterampilan penulis.
Ia mengatakan : Pertama, mulailah menulis dengan hal-hal yang digemari. Hal ini akan sangat membantu dalam memulai proses penulisan terutama berkaitan dengan pemahaman tentang masalah yang ditulis.
Kedua, berpikirlah sederhana, artinya tulislah semua hal yang ada dalam pikiran anda, jangan terpengaruh akan pikiran orang lain yang mungkin saja sulit anda pahami.
Ketiga, perlihatkan hasil tulisan anda kepada orang lain. Tahap ini akan membantu anda untuk mengetahui kesalahan-kesalahan apa yang masih anda perbuat ataupun sampai tingkat yang bagaimana tulisan anda dihargai oleh seseorang.
Keempat, teruslah berlatih, dalam artian tulislah segala sesuatu yang anda hendak tulis. Dengan cara ini anda akan mempunyai perbendaharaan kata yang banyak. Selain itu juga, dengan sering berlatih menulis, kerangka pemikiran anda tentang suatu masalah akan berkembang
Mudah-mudahan saran yang telah diberikan akan membantu kita untuk membangun kebiasaan menulis. Sehingga diharapkan dengan berkembangnya kebiasaan menulis akan muncul tokoh-tokoh, seperti Gie-Gie (Soe Hoek Gie) ataupun Pram-Pram (Pramoedya Ananta Toer) yang lainnya di Indonesia.
Tak perlu risau dengan adanya edaran surat ampuh tersebut kalau kita bisa menyikapinya dengan bijak. Pasti ada arah kebaikan dibalik semua itu.
____________________________________
* Anggota TBM Nurul Fatah Gemawang-Jambu Kab. Semarang, kuliah di Universitas Dian Nuswantoro Semarang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar