Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Senin, 21 Mei 2012

Salam Redaksi..


  
Salam Redaksi..
Salam hangat dan tetap semangat untuk semua pembaca buletin pustaka yang setia…..
Dengan mengucapkan puji syukur kepada Allah SWT buletin pustaka tetap eksis sampai saat ini  terbit dengan  edisi ke 13 tahun 2012.
Sebagai informasi bagi semua pembaca bahwa mulai tahun 2012 kelembagaan Kantor Perpustakaan Daerah bergabung dengan Kantor Arsip Daerah sesuai Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 sehingga nomenklatur kelembagaannya menjadi Kantor Perpustakaan Dan Arsip Daerah . Jelasnya Tupoksi lembaga bertambah , menjalankan fungsi perpustakaan dan fungsi kearsipan., Semoga kedua fungsi tersebut dapat kita lakukan dengan baik dan optimal dalam rangka menuju Kabupaten Semarang yang “ MATRA “

AYAH


AYAH
Oleh : Nabella

Hembusan nafasmu adalah sumber hidupku
Tugasmu sangat berat menjaga keluarga
Dirimu sangat bijaksana
Meski badai telah menyerpa
Dirimu mampu mengatasi semua
Bagiku kaulah segalanya
Kaulah semangat hidupku
Tanpa mu aku tak bisa
Ayah….
Doakanlah aku untuk membuka kecerahan dunia
Bimbing dan dukunglah aku
Kelak aku akan mengubah semua
Mewujudkan mimpi menjadi nyata
Ayah….
Peganglah jemari tanganku
Kita hadapi bersama-sama
Nikmatilah suasana hidup yang ada
Nafasmu adalah hidupku
Nabila









*/ Volunter di Perpustakaan Bukuku, Desa Popongan Kec. Bringin Kab. Semarang

Perpustakaan GRIYA PASINAON


Perpustakaan GRIYA PASINAON

Berawal dari niat baik dan pemikiran para aktifis di Karang Taruna Desa, tercetuslah ide membuat kelompok belajar bagi anak anak sekolah, dimulai dengan ijin pemakaian Gedung PKK yang berada di kompleks perkantoran Desa Pagersari,“ jelas Taufik Pengelola Perpustakaan Desa Pagersari.
Griya Pasinaon secara resmi berdiri pada tanggal 15 Februari 2009 dan secara filosofi berarti “Rumah Belajar” yang dari awal memang memiliki tujuan sebagai tempat belajar. Sejak saat itu pula keberadaan Griya Pasinaon mendapat dukungan dari Kepala Desa, dengan dikeluarkannya Keputusan Kepala Desa Pagersari No. 141/007/2010.

Taman Pendidikan untuk Semua Orang


Taman Pendidikan untuk Semua Orang
  
Orang kaya bersedekah itu biasa. Tapi kalau yang bersedekah orang miskin, apalagi sedekahnya berupa pendidikan, itu baru luar biasa. Kiswanti, seorang ibu rumah tangga di Parung, Bogor, Jawa Barat, membuktikan bahwa orang tak mampu pun bisa bersedekah seperti orang kaya. Di rumahnya yang sederhana, ia membuat taman pendidikan buat anak-anak di kampungnya. Gratis.

Motor Pintar Bantuan Bank Jateng


Laporan Utama
Motor Pintar Bantuan Bank Jateng

Serah Terima Simbolis Motor pintar
Senin, 18 Maret 2012 bersamaan dengan Apel pagi, bertempat di halaman Sekretariat Daerah Kabupaten Semarang, di langsungkan pula penyerahan dua buah motor pintar bantuan dari Bank Jateng kepada Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang.
Serah terima dua buah motor pintar dari Bank Jateng, diwakili oleh Kepala Bank Jateng Cabang Ungaran, Bapak Antoni Winarno, dan kemudian diserahkan secara simbolis kepada Bapak Bupati Semarang, yang selanjutnya diserahkan langsung kepada Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang, Ibu Nelly Rahmawati.

cover Buletin Pustaka edisi 13, Tahun IV

Cover Edisi 13 :  Serah Terima Motor Pintar, Bantuan dari Bank Jateng


Karikatur

Karikatur Sejarah Wayang, oleh  Kusbiyanto

THE STORY ON HOSPITAL


THE STORY ON HOSPITAL
By : Winar Suci Rahayu

Winar Suci Rahayu 
 “ ,,, tik ,,, tik ,,, tik ,,,” terdengar suara tetes demi tetes cairan infus mengalir, riuh ramai orang berlalu lalang namun suasana terasa hening, pelan – pelan ku buka kedua mataku, samar – samar dan makin lama semakin jelas, baru aku tersadar aku sedang berada di tempat yang paling aku benci yach,,, rumah sakit !
oh God ,,, akhirnya aku harus kembali ke tempat yang membosankan ini, berbaring dan tidur seharian tanpa melakukan apa – apa, sungguh sangat menbosankan, yach ,,, 1,5 tahun ini hampir sebulan sekali aku harus keluar masuk rumah sakit untuk melakukan cuci darah akibat penyakit gagal ginjal yang aku derita.
Tak jarang aku harus dirawat inap karena kondisiku melemah. Keadaan ini sungguh membuat aku tidak nyaman.
Aku sering berkata pada orang tua ku “ bahwa aku tidak mau dirawat di rumah sakit, karena disana aku harus meninggalkan aktivitas kesukaanku, membaca,,, aku juga harus berada jauh dari buku – buku ku.

HOLIDAY’S GAMES Di Perpusdes BUKUKU


HOLIDAY’S GAMES Di Perpusdes BUKUKU
Bersama Persatuan Remaja Dusun Bantar (PRAMADUTA)

Pramaduta : Perpustakaan Bukuku
Kamis, 29 Desember 2011 dilangsungkan acara Lomba anak-anak dalam rangka mengisi liburan sekolah yang dikemas dalam Holiday’s Games bertempat di Perpusdes BUKUKU Desa Popongan yang ditangani oleh Persatuan Remaja Dusun Bantar atau lebih dikenal dengan nama PRAMADUTA.
Perlombaan dibagi menurut usia anak meliputi Lomba Mewarnai untuk PAUD-TK diikuti 18 anak, lomba menggambar untuk SD Kelas 1 s/d Kelas 3 diikiuti 14 anak, lomba baca puisi untuk SD Kelas 4 s/d Kelas 6 diikuti 11 anak dan lomba juggling/ timang-timang bola 20 anak.

Kembali ke Laptop ‘Bersama Perpustakaan GRIYA PASINAON Pagersari


Kembali ke Laptop
‘Bersama Perpustakaan GRIYA PASINAON Pagersari

Peserta Pelatihan : berfoto bersama setelah Pelatihan Laptop 
Hari Senin tanggal 13 Februari 2012, di Gedung perpustakaan Griya Pasinaon tampak lain. Deretan laptop terjajar rapi di meja baca. “Kami menyelenggarakan Pelatihan mengenal Laptop, “jelas Taufik sang empunya perpustakaan.

Bunga Dari Plastik Bekas… : Hasil baca untuk kasih sayang


Bunga Dari Plastik Bekas…
 Hasil baca untuk kasih sayang

Bunga dari plastik bekas
 Lagi…, Perpustakaan menyelenggarakan pelatihan yang bersumber dari buku-buku koleksi perpustakaan. Kali ini membuat bunga dari plastik bekas/ tas kresek.
Masih ada rasa hari ‘valentine’, jadi sangat pas pelatihan membuat bunga… selain unik juga tidak membutuhkan biaya banyak”, jelas Bu Wekas. Ketika membuka acara. Ibu Wekas adalah salah satu volunteer yang banyak membatu perpustakaan dalam menghidupkan perpustakaan menjadi dinamis.  
Kegiatan yang telah dilaksanakan pada 18 Februari 2012 ini, juga salah satu upaya perpustakaan untuk mendukung gerakan Indonesia Go Green dengan pengolahan plastik bekas / tas kresek. Dengan memanfaatkan Ruang Serbaguna (aslinya adalah ruang baca yang disulap untuk pertemuan---), peserta yang didominasi para Ibu dan remaja putri ini menjadi pemandangan yang berbeda.
Peserta bersama hasil pelatihan
Berwarna-warninya tas kresek yang dibawa oleh para peserta, menambah semarak dan meriahnya kegiatan ini. Ibu Zul, dari Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang menambahkan, “Selain mengikuti pelatihan ini, para peserta diberi kesempatan menjadi anggota perpustakaan gratis dan langsung jadi. Dengan harapan, nantinya para peserta meminjam buku keterampilan dan bisa dipraktekkan dirumah”.

Bimbingan Pemakai Perpustakaan dan Pelatihan Pembuatan Manik Manik


Bimbingan Pemakai Perpustakaan
dan Pelatihan Pembuatan Manik Manik
(Hasil Baca=menambah Penghasilan)
  
Bimbingan Pemakai Perpustakaan 
Sabtu, 21 Januari 2012 di Ruang Baca Perpustakaan, yang dulunya adalah ruang Seksi Pengembangan (Sekarang bergabung dengan arsip, dan berada di Gedung Arsip Komplek Perkantoran Suwakul---), dilaksanakan kegiatan Bimbingan Pemakai Perpustakaan dan di lanjutkan dengan Pelatihan pembuatan Manik-Manik.

Pendaftaran Anggota Massal Siswa SMK Bina Nusantara Ungaran


Pendaftaran Anggota Massal
Siswa SMK Bina Nusantara Ungaran


SMK Binus Ungaran : Pendaftaran Massal Anggota Perpustakaan
Pagi, hari Senin 9 Januari 2012, pemandangan berbeda nampak di Perpustakaan, berjubel siswa berseragam abu-abu berebut formulir anggota perpustakaan. Para siswa yang berjumlah 37 anak ini berasal dari SMK Bina Nusantara Ungaran.
Belajar, membiasakan membaca, dan melatih menulis serta mencari rujukan di perpustakaan adalah tujuan para siswa kami datang ke perpustakaan”, jelas Ibu Yuli Guru pendamping sekaligus pengampu Bahasa Indonesia. “Biar mereka terbiasa memakai buku sebagai bahan referensi, dan mengurangi pembuatan tugas dengan download langsung dari internet”, tambah ibu Yuli.

Perpustakaan Desa Fatimah AZ Zahra, BERAKSI…..


Perpustakaan Desa Fatimah AZ Zahra, BERAKSI…..
Lomba Mewarnai dan Menggambar

Perpusdes Fatimah Az Zahra : Gogik Ungaran
Desa Gogik hari Minggu, 8 Januari 2012 perpustakaan Desa Fatimah AZ Zahra bergempita. Riuh   peserta, dengan bersemangat meramaikan lomba yang diadakan para pegiat perpustakaan. Perpustakaan yang berdiri sejak awal 2010 ini   mengadakan lomba menyambut pergantian tahun 2012 dengan niat perubahan menjadi Masyarakat Wujil yang biasa membaca.

POSYANDU BERSANDING DENGAN PERPUSTAKAAN KEILING? : Kenapa Tidak…


POSYANDU BERSANDING
DENGAN PERPUSTAKAAN KEILING?
Kenapa Tidak…
(Perpustakaan Desa Kalikurmo Kec. Bringin)

POSYANDU BERSANDING
DENGAN PERPUSTAKAAN KEILING
 Pagi itu terlihat berbeda, tepatnya hari Jumat tanggal 20 Januari 2012 di komplek PAUD Farros Sophia. Biasanya hanya riuh suara ana-anak PAUD yang sedang belajar. Namun kali ini berbeda. Masyarakat tumplek blek disini, karena terprovokasi kegiatan integrasi yang diadakan para pegiat perpustakaan desa.
Selain kegiatan belajar PAUD, ada Posyandu, BKB, Pelayanan Perpustakaan Keliling, Story Telling, Baca Buku Bersama dan tidak ketinggalan Posyandu ‘lansia’.
Kegiatan Integrasi ini dimulai tepat pada jam 9, seusai kegiatan belajar PAUD. Dwi Lestiono dari Perangkat Desa Kalikurmo sekaligus penggagas acara ini mengungkapkan,”Kegiatan ini untuk bertujuan memberikan wawasan luas kepada masyarakat tentang pentingnya membaca, dengan kegiatan terpadu ini diharapkan masyaralat tahu keberdaan perpustakaan di desa kami.”.
Kehadiran mobil Layanan Perpustakaan Keliling serta Tim Story Telling dari Perpustakaan Kabupaten Semarang sangat membantu dalam kami mempromosikan perpustakaan desa kami ini”, tambah Bapak Carik Desa Kalikurmo.
Kalikurmo: story Telling
 Story Telling atau bercerita kepada para siswa, oleh ibu  Zulaekah dari Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang juga diselipkan game bagi anak-anak; siapa berani bercerita, menyanyi dan berkespresi lainnya kemudian mendapat bingkisan menarik. “Story Teling akan menjadikan anak-anak penasaran terhadap bukunya, kemudian akan membaca sendiri nantinya”, ungkap Ibu Zul.
Mobil perpustakaan keliling yang dibuka selama kegiatan ini, juga dimanfaatkan oleh para ibu yang mengantar anak belajar di PAUD. Seperti ibu Indah misalnya, “Sebenarnya saya jarang membaca, tapi penasaran juga ketika ada perpustakaan keliling, ketika saya lihat-lihat buku, eh ada buku yang menarik bagi saya. Saya harap tidak hanya kali ini saja mobil perpusling kesini, karena ternyata sangat menarik dan banyak bukunya.” Ungkap Ibu Indah sambil menunjukkan buku berjudul “Jilbab Modis” kepada BP.
Tidak ketinggalan, Ibu-Ibu yang sedang menimbang anak pun ikut nimbrung  mencari buku, “Saya malah menemukan buku resep bubur bagi balita. Ini yang saya butuhkan”, kata ibu itu. Untuk mengapreasi keinginan membaca, Pelayanan Perpustakaan Keliling ini juga meminjamkan buku kepada masyarakat melalui koordinir Petugas perpustakaan Desa Kalikurmo.
Perpusdes Kalikurmo: Perpusling
Kepada Para Ibu-Ibu yang ingin pinjam buku, pilih saja buku yang ada di mobil, kemudian dicatat. Satu bulan lagi mobil ini akan kesini dan Ibu-Ibu boleh Pinjam lagi,” Ungkap Dwi Pengelola Perpustakaan Desa Kalikurmo melalui Pengeras Suara Mobil Perpustakaan. (BM)

Teras Baca TSORAYA : Berani Beda Berani Membaca….


Teras Baca TSORAYA,  
Berani Beda Berani Membaca….

teras baca Tsoraya
 Desa Wujil Kecamatan Bergas. tepat hari Minggu, 8 Januari 2012 jam 9 pagi, satu persatu anak-anak mulai berdatangan ke sebuah rumah. Spanduk MMT terpasang jelas dari Kejauhan, Teras Baca Tsoraya.
Dengan penuh semangat, anak-anak dating untuk mengikuti lomba; Lomba Mewarnai bagi anak PAUD dan TK, Lomba Menggambar untuk Kategori A SD/MI Kelas 1-3 dan Lomba Menggambar Kategori B Kelas 4-6.
Sulaiman Jazuli, 30th, sang empunya Teras Baca Tsoraya menjelaskan bahwa, “Kegiatan sosialisasi ini untuk mengenalkan keberadaan Teras Baca Tsoraya kepada warga wujil dan sekitarnya. Penuh sesak teras rumah dan ruang tamu. “Walaupun banyak keterbatasan dan penuh kendala, tapi kami memberanikan diri membuat perpustakaan mini ini”, tambah Sulaiman Jazuli yang akrab dipangil Sule ini.
game: siapa berani cerita...
 Dengan dukungan dari Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang, Mobil Perpustakaan keliling memberikan pelayanan baca di tempat. Juga memberikan beberapa hadiah kejutan dalam game ringan siapa berani bercerita. Selain siapa berani bercerita, game yang bertujuan agar anak-anak berani tampil di didepan juga siapa berani bernyanyi yang mendapatkan bingkisan dari perpustakaan keliling.
Bapak Tri Wijayanto, Wakil dari Perpustakaan Daerah juga memberikan harapan dalam sambutannya sesaat sebelum penyerahan hadiah lomba, ”Semoga keberadaan embrio perpustakaan berwujud Teras Baca Tsoraya ini mampu memacu anak-anak menjadi generasi yang gemilang di masa yang akan datang”.
Setelah acara berakhir, dilanjutkan pembenahan administrasi perpustakaan dari tim volunteer perpustakaan. Dengan koordinasi oleh Bambang Murdianto dari Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang, membenahi administrasi perpustakaan; dimulai dengan pengklasifikasian koleksi Teras Baca Tsoraya.
Para volunteer di Teras Baca Tsoraya 
 Sobikah, “Saya merasa terpanggil untuk ikut menerapkan teori yang saya dapatkan dalam perkuliahan secara langsung, agar saya bisa ikut berguna walaupun sedikit bagi masyarakat”. Sobikah adalah salah satu volunteer yang kuliah di D2 Perpustakaan pokjar Banyubiru. “Jarak yang jauh juga bukan kendala bagi saya”, tambah Mbak Sobikah. (BM.)

Tanamkan Gemar Membaca Sejak Usia Dini


Tanamkan Gemar Membaca Sejak Usia Dini
Oleh : A. Mahbub Djunaidi

A. Mahbub Djunaidi 
Mempunyai kebiasaan membaca adalah sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Kebiasaan membaca adalah merupakan salah satu perubahan sikap menuju ke arah yang positif. Untuk mempunyai kebiasaan membaca perlu membutuhkan latihan dan tidak mungkin dapat ditempuh dalam waktu yang singkat. Menanamkan membaca kepada anak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Kebiasaan membaca perlu ditanamkan sejak anak masih dalam kandungan. Bagaimana anak dalam kandungan bisa membaca? Tentu saja tidak anak yang masih dalam kandungan yang membaca, tetapi si ibu yang mempunyai janin dalam kandungan sudah membiasakan membaca. Membaca apa saja bagi ibu sangat mempengaruhi kejiwaan anak yang ada dalam kandungan. Orang Islam yang sedang hamil mempunyai kebiasaan membaca Surat Yusuf dan Surat Maryam. Orang Jawa mempunyai kebiasaan tidak berani berujar kasar atau mengumpat orang ketika sedang hamil. Dengan kata lain, kebiasaan membaca akan tumbuh subur bila kebiasaan membaca tersebut diawali dari keluarga.  Agus Buchori (2010dalam http://edukasi.kompasiana.com/2010/03/29/menciptakan-rasa-cinta-pada-perpustakaan/Imengatakan bahwa ketika kebiasaan membaca sudah tertanam di setiap keluarga maka kebutuhan akan bahan bacaan akan meningkat dan diharapkan mereka akhirnya akan mencari tempat sumber koleksi bacaan. Dari sinilah perpustakaan diharapkan untuk menangkap kegelisahan masyarakat yang haus akan bacaan. Masyarakat yang haus bacaan adalah masyarakat yang mempunyai kebiasaan membaca. Bukan masyarakat yang malas membaca. Tapi sayangnya, kalau ada teman kita yang mempunyai kebiasaan membaca, mereka malah menghardik “ awas ada kutu buku”. Rupanya masyarakat sendiri masih ada yang tidak senang terhadap anak yang mempunyai kebiasaan membaca walaupun mereka tahu dan menyadari bahwa membaca adalah merupakan pekerjaan yang wajib bagi anak khususnya anak sekolah. Buktinya, ketika anak-anak mereka sudah pulang dari sekolah dan tidak belajar, mereka akan memerintahkan untuk  belajar atau membaca-baca buku pelajaran yang telah diajarkan di sekolah. Apalagi kalau tidak mau belajar malah melihat TV atau mendengarkan musik saja, pastilah ada kapal pecah di rumah tangga tersebut. Pengalaman pribadi, ketika anak saya tidak mau belajar, tetapi membaca Koran atau hanya internetan saja, istri kalau marah bukan kepayang. “Nonton TV lagi, Facebook-an lagi. Kapan belajarnya? Heran aku, anak sekolah kok tidak mau belajar malah TV, internet, Koran, Heh…”.
Kalau kita mau jujur, menjadikan anak mempunyai kegemaran membaca sama dengan menjadikan anak sholeh. Sama-sama dalam kebutuhan akan keteladanan orang tua. Kita melarang anak tidak boleh makan dengan tangan kiri, tetapi setiap hari kita makan selalu menggunakan tangan kiri. Ketika anak mengingatkan, kita malah marah-marah. Kalau demikian kita dapat menyimpulkan bahwa problem mendasar yang dihadapi anak-anak kita yang tidak mempunyai kebiasaan membaca sebenarnya juga terletak pada faktor keteladanan kita di hadapan anak-anak. Kita tidak pernah memberi contoh, “inilah aku senang membaca”. Kalau anak-anak kita terbiasa di lingkungan yang senang membaca, saya kira mereka juga akan menyesuaiakan dengan lingkungan. Lebih-lebih kalau kita berada di tengah-tengah masyarakat yang nilai-nilai paternalistiknya masih kuat, orang-orang yang berada di lapisan bawah cenderung akan melihat pada kultur dan kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di lapisan atasnya. Ketika orang-orang yang seharusnya menjadi anutan, orang tua, tokoh masyarakat, atau figur publik lainnya, malas membaca, jangan salahkan kalau orang-orang yang berada di lapisan bawah akan mengadopsi dan mengadaptasi kultur yang iliterate semacam itu (Sawali Tuhusetyo, 2007). Kita menyadari bahwa keteladanan dalam membaca merupakan budaya yang belum berkembang di tengah-tengah masyarakat kita karena masih terkungkung dengan kebutuhan ekonomi. Mengenai hal ini Sawali (2010) berpendapat bahwa budaya membaca juga sangat erat kaitannya dengan kultur sebuah generasi. Mengharapkan generasi sekarang agar menjadi teladan bagi anak cucunya dalam membudayakan gemar membaca agaknya juga sulit diharapkan kontribusinya. Keterpukauan terhadap produk posliterasi telah melahirkan budaya baru yang makin menjauhkan generasi masa kini untuk gemar membaca. Yang perlu dilakukan sekarang adalah melahirkan generasi baru yang dengan amat sadar menjadikan aktivitas membaca sebagai sebuah kebutuhan (bukan kewajiban).
Permasalahan yang klasik dalam peningkatan minat baca masyarakat bukan merupakan arsip pasif yang tidak perlu kita buka-buka lagi. Tetapi justru sebaliknya, dapat digunakan sebagai rujukan dan dapat digunakan sebagai pembanding dan dapat diteliti lebih dalam lagi mengapa minat baca kita dinilai rendah?. Agus Buchori (2010 ) mempunyai resep yang perlu dikembangkan oleh pustakawan dalam membina kegemaran membaca masyarakat.
Pertama, sosialisasi bacaan ke keluaraga
Peningkatan minat baca bisa dimulai dari lingkungan terkecil yaitu keluarga. Dari keluarga inilah diharapkan orangtua mulai menanamkan kecintaan anak-anaknya untuk mencintai bacaan, misalnya dilakukan dengan membacakan buku cerita pada anak-anak menjelang tidur. Apabila dilakukan secara kontinyu, kegiatan ini lambat laun akan menggugah anak untuk membaca sendiri. Peran perpustakaan di sini bisa dilakukan dengan jalan mengadakan lomba mendongeng orang tua kepada anaknya. Ketika kebiasaan membaca sudah tertanam di setiap keluarga maka kebutuhan akan bahan bacaan akan meningkat dan diharapkan mereka akhirnya akan mencari tempat sumber koleksi bacaan. Dari sinilah perpustakaan diharapkan untuk menangkap kegelisahan masyarakat yang haus akan bacaan.
Kedua, mengundang anak TK/PAUD berkunjungan ke perpustakaan
Kegiatan ini bisa berupa; mewarnai, membaca, dan bisa juga melihat film yang diputar di perpustakaan. Aktivitas ini secara tidak langsung bisa memberikan pengalaman kepada anak-anak mengenai aktivitas perpustakaan. Anak-anak secara tidak langsung akan mengamati perilaku pengunjung dan petugas perpustakaan ketika mereka berada di ruang perpustakaan. Dari sini diharapkan mereka tidak canggung lagi ketika harus berkunjung sendiri ke perpustakaan kelak.
Ketiga, mengadakan lomba membaca naskah sastra
Lomba membaca naskah sastra merupakan salah satu kegiatan yang dapat merangsang minat baca. Ini disebabkan karena masing-masing individu mempunyai selera yang berbeda. Mereka akan memilih dan memilah jenis bacaan yang sesuai dengan perasaannya. Dari beberapa poin di atas diharapkan nantinya bisa tercipta kebiasaan membaca di masyarakat sehingga tercipta suatu kondisi masyarakat pembelajar sepanjang hayat (long life education ).
*/PNS di Kab. Blora

Presentasi Lisan, Sulitkah?


Presentasi Lisan, Sulitkah?
Oleh Drs. Budi Sugito, M.Si.


Drs. Budi Sugito, M.Si.
Presentasi secara lisan sama sekali berbeda dengan presentasi secara tertulis, karena tujuan kedua komunikasi tersebut berbeda. Tujuan utama presentasi lisan adalah untuk membangkitkan minat dan perhatian para pendengarnya, tidak sekedar memberikan informasi. Sebaliknya presentasi tertulis (laporan, makalah, jurnal, dsb.) lebih berfungsi sebagai sumber informasi. Karena perbedaan ini maka tata cara penyampaian presentasi lisan sangat berbeda dengan tata cara penyampaian presentasi tertulis, bahkan untuk materi yang sama sekali pun.
Untuk memahami bagaimana sesungguhnya presentasi lisan yang baik, perlu mengetahui presentasi lisan yang buruk yang pernah kita ikuti. Pada umumnya komentar pendengar terhadap presentasi yang buruk adalah: pembicara membosankan karena masalah yang dibahas tidak menarik; terlalu banyak basa basi/variasi yang tidak perlu; pembicara tidak siap dan sering lupa pokok permasalahan; presentasi tidak sistematis (mbulet), sehingga sulit diikuti; tayangan tidak menarik; pembicara tidak berani memandang hadirin, tetapi selalu memandang screen; dsb.
Dari uraian hal-hal buruk tersebut, maka presentasi lisan yang baik adalah :
ü  Menarik (tidak membosankan)
ü  Terorganisasi rapi
ü  Jelas
ü  Menggunakan waktu secara efektif
ü  Menggunakan alat bantu secara efektif
ü  Apabila menggunakan tayangan, tayangan tersebut enak dilihat dan mengesankan.

Langkah Persiapan
Bila kita mampu mengendalikan perasaan gugup (yang memang wajar) karena harus berbicara didepan banyak orang atau bahkan didepan pimpinan kita, serta mampu menunjukkan performa yang baik, berarti kita telah melakukan persiapan dengan baik. Memiliki rasa percaya diri, percaya bahwa isi dan urutan topik pembicaraan telah sesuai, bahwa penampilan cukup meyakinkan, merupakan langkah terpenting menghadapi perasaan demam panggung. Sebagian besar kesan yang diterima hadirin akan timbul bukan dari apa yang kita ucapkan, tetapi dari bagaimana kita mengucapkan. Ekspresi, volume suara, pilihan kata dan urutan pembicaraan seringkali lebih menarik perhatian daripada pemikiran yang hendak kita sampaikan.
Ada tiga cara utama menyampaikan presentasi lisan :
Pertama: mengandalkan ingatan, memberikan presentasi tanpa membuat catatan-catatan terlebih dahulu. Gaya presentasi seperti ini biasanya dilakukan oleh orang-orang yang sudah menguasai permasalahan, serta sudah  memiliki jam terbang yang tinggi berbicara di depan umum. Bagi yang belum terbiasa tentu sangat berat dan pembawaannya terbata-bata. Yang lebih parah lagi, memori/ingatan tiba-tiba bisa hilang, terutama bila kita merasa gugup.
Kedua: mengandalkan catatan/teks.  Cara ini dapat mengurangi kegugupan dan pembicara tidak perlu menyampaikan presentasi dengan mencari-cari kata seperti ”...eee”, ”anu” atau” apa itu”. Namun cara inipun sebenarnya bukan cara komunikasi yang baik, karena antara gaya bahasa tulis dan lisan bisa sangat berbeda.  Presentasi lisan yang hanya membaca tulisan kata demi kata akan terdengar sangat monoton, membosankan dan sulit diikuti.
Ketiga: menggunakan alat bantu presentasi. Cara ini paling banyak dilakukan pada saat ini, seiring dengan kemajuan teknologi. Dalam metode ini, sebaiknya materi  ditampilkan dengan gaya yang menarik dan hanya menampilkan pokok-pokok atau garis besar, sedangkan penjelasan disampaikan secara lisan diluar tampilan di layar. Dengan begini ada kesempatan bagi pembicara untuk menatap/berinteraksi dengan hadirin.
Memulai Presentasi
Bersikap penuh percaya diri sangat penting artinya untuk memulai suatu presentasi. Cobalah dicari bagaimana memperkenalkan topik yang hendak disampaikan secara menarik dan efektif. Pilihlah kata-kata yang tepat dan sesuai.
Pada umumnya suatu presentasi lisan menghendaki agar hadirin tertarik dan memusatkan perhatian pada topik pembicaraan kita. Suatu tayangan yang memikat, atau suatu pernyataan yang menghubungkan topik dengan pengalaman mental  hadirin akan sangat efektif sebagai pembuka. Buku-buku tentang cara berpidato pada umumnya mengusulkan agar membuka  pidato/presentasi dengan petikan (dalil, peribahasa, ayat, dsb.),    pertanyaan retoris (misalnya: bagaimana kabar ibu dan bapak sekalian, sehat-sehat semua?, dsb.), atau pernyataan kejutan (misalnya: hasil penelitian, peristiwa luar biasa, dsb) yang berkaitan dengan topik pembicaraan.
Perlu diingat, baik dalam memulai maupun selama presentasi, tidak ada perlunya meminta maaf kepada hadirin karena presentasi kita terlalu sederhana, atau kurang bermutu, dsb. Permintaan maaf seperti ini mungkin melegakan perasaan kita sebagai pembicara, namun menghilangkan simpati dan minat hadirin. Daripada meminta maaf, lebih baik  sampaikan presentasi dengan jelas dan dengan gaya yang memikat serta profesional. Kebanyakan orang tidak begitu memperhatikan kesalahan, apabila kita tidak menunjukkannya. Kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin ada, akan tertutup oleh penampilan presentasi yang memikat dan elegan.
Bicaralah pelan-pelan (tidak cepat) dan jelas. Tunjukkan minat dan antusias kita terhadap topik yang kita ketengahkan, serta berbicaralah dengan hadirin, bukan kepada layar atau catatan!.

Mengakhiri Presentasi
Suatu akhir presentasi yang merangsang pemikiran sama pentingnya dengan awal presentasi yang menarik minat. Menit-menit terakhir suatu presentasi merupakan bagian yang sangat mempengaruhi kesan hadirin. Sampaikan kesimpulan sedemikian rupa sehingga mengundang komentar, kemudian akhiri presentasi dengan mantap. Jangan melirihkan suara atau meningkatkan kecepatan berbicara. Sesudah kalimat terakhir, jangan lupa ucapkan ”terima kasih” kemudian sampaikan salam. Ini sekaligus sebagai tanda bahwa presentasi telah berakhir.
Pada umumnya setelah presentasi dilanjutkan dengan tanya jawab. Bagian ini merupakan bagian yang paling menakutkan, terutama bagi pembicara yang belum berpengalaman atau kurang menguasai permasalahan yang dipresentasikan. Kebanyakan pembicara membayangkan bahwa pertanyaan yang akan diajukan adalah untuk mencari-cari kelemahan atau hal-hal yang tidak dikuasai pembicara. Kemungkinan seperti itu sangat kecil. Namun apabila hal seperti itu benar-benar terjadi, ingatlah bahwa kita tidak harus menguasai segala sesuatu secara lengkap, sehingga tidak pada tempatnya dan tidak ada gunanya bersikap difensif. Membual akan sangat membosankan, tetapi buta sama sekali terhadap masalah yang diajukan penanya juga tidak benar. Bila jawaban yang membantu dan informasi tidak kita miliki, maka ucapkan saja ”suatu pendapat yang bagus” atau ”masalah seperti itu belum cukup saya pahami”. Bila ada yang ngotot mengajak berdebat, ajak saja membahas masalah yang diajukan setelah presentasi selesai.
Catatan Penting
Hal yang sangat penting agar kita mampu presentasi lisan dengan baik adalah membiasakan diri untuk sesering mungkin berbicara didepan umum. Ada pameo bahwa, bisa itu karena biasa. Ibarat seorang pilot, jumlah jam terbang akan menentukan kualitas dalam menerbangkan pesawat. Jangan berpikir bahwa dengan berbekal ilmu pengetahuan pasti dapat berbicara di depan umum. Belum tentu! Banyak orang berstrata pendidikan tinggi namun sama sekali tidak berkemampuan atau bahkan tidak berani berbicara di depan umum. Untuk itu ketika ada kesempatan tampil dan berbicara di depan umum, manfaatkan kesempatan itu. Ketika kesempatan itu dilewatkan, berarti suatu kerugian besar atau indikasi bahwa seseorang itu memang tidak berkeinginan untuk mampu berbicara di depan umum.
Penulis adalah Camat Ambarawa
nsep - � r i �/ � tugas perpustakaan nasional dalam usaha pimbanaan dan pengembangan perpustakaan semakin ringan. Setelah mampu melakukan pengelolaan perpustakaan maka masyarakat dapat melakukan pengelolaan secara mandiri atau swadaya. Bahkan masyarakat diberikan keleluasaan untuk merumuskan peraturan yang berlaku di perpustakaan. Perumusan peraturan perpustakaan yang dirumuskan oleh masyarakat dapat menjadi salah satu faktor yang memotivasi masyarakat datang ke perpustakaan.
PNPM Mandiri Versi Perpustakaan
Jika melihat realita yang ada di masyarakat PNPM Mandiri ternyata mampu “merangsang” masyarakat untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Berbagai fasilitas publik dan program pemberdayaan masyarakat lainnya mampu dilakukan masyarakat secara mandiri. Dengan program ini maka proses pembangunan atau program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah akan lebih cepat terlaksana karena melibatkan masyarakat.
Pemerintah melalui PNPM Mandiri memberikan stimulan berupa dana bantuan untuk mendukung program pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Dana bantuan yang diberikan kepada masyarakat inilah yang memotivasi masyarakat untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Untuk memperoleh dana bantuan atau dana stimulan tersebut, masyarakat diwajibkan untuk menyusun proposal dan memiliki modal awal untuk melakukan kegiatan atau program yang akan dilaksanakan dalam proposal tersebut. Modal awal yang ada dalam proposal ini disyarakatkan sebagai bentuk keseriusan masyarakat untuk melakukan pembangunan.
PNPM mandiri direspon positif oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang termotivasi untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Jika melihat hasil dari implementasi PNPM mandiri ini, maka konsep ini layak dijadikan sebagai referensi untuk membangunan perpustakaan di Tanah Air. Selama ini pembangunan perpustakaan di tanah air selalu bertumpu kepada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah. Dengan mengadopsi konsep dari PNPM mandiri ini maka peran masyarakat dalam pembangunan perpustakaan di tanah air sebagai besar. Masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai pihak yang dilayani oleh perpustakaan, akan tetapi menjadi aktor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan dan pengelolaan perpustakaan itu sendiri.
Seperti PNPM Mandiri, pemerintah melalui lembaga terkait seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah atau bahkan Dinas Pendidikan dapat memberikan dana stimulan untuk peningkatan kualitas perpustakaan. Dana stimulan ini diberikan kepada kelompok masyarakat yang bersedia untuk mengajukan proposal pengembangan perpustakaan. Bagi masyarakat yang telah memiliki perpustakaan mereka dapat mengajukan proposal untuk peningkatan fungsi perpustakaan. Sementara bagi masyarakat yang belum memiliki perpustakaan dapat mengajukan proposal untuk membangunan embrio perpustakaan. Namun hendaknya tidak hanya memberikan stimulan bantuan dana, perpustakaan juga perlu melakukan kegiatan pendampingan serta evaluasi terhadap pengelolaan perpustakaan.
Jika konsep ini benar-benar terealisasi maka akan banyak tumbuh perpustakaan di Tanah Air, secara tidak langsung upaya pembinaan minat baca yang selama ini bertumpu dapat perpustakaan daerah dapat didistribusikan melalui perpustakaan-perpustakaan yang berada dilingkungan masyarakat. Dengan demikian maka beban perpustakaan umum dalam melakukan pembinaan minat baca masyarakat menjadi lebih ringan.
*\Staf Perpustakaan ISI Yogyakarta

PNPM Mandiri Versi Perpustakaan

PNPM Mandiri Versi Perpustakaan
Oleh : Heri Abi Burachman Hakim
Top of Form
Setiap negara tentu memiliki cita-cita atau tujuan untuk mensejahterakan rakyatnya. Tidak terkecuali bangsa Indonesia, bahkan  cita-cita ini diabadikan dan diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945. Para pendiri bangsa ini sadar betul bahwa kesejateraan rakyat adalah cita-cita yang harus diwujudkan sehingga perlu untuk dicantumkan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Bagi bangsa Indonesia Undang-Undang merupakan pedoman bagi penyelenggaraan negara.
Heri Abi Burachman Hakim
Digulirkannya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri atau yang lebih dikenal dengan PNPM mandiri untuk mensejahteranakan masyarakat Indonesia. PNPM Mandiri merupakan program terbaru, dengan harapan mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja melalui konsolidasi program-program pemberdayaan masyarakat yang ada di berbagai kementerian atau lembaga (Tim Penyusun Pedoman Umum PNPM Mandiri, 2007).
Dari konsep yang digunakan dalam program ini, dapat diketahui bahwa pemerintah mulai menyadari bahwa masyarakat merupakan modal dalam pembangunan. Pemberdayaan masyarakat merupakan cara yang efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Program ini menjadikan masyarakat sebagai ujung tombak dalam meningkatan kesejahteraannya sendiri. Masyarakat menjadi aktor utama dalam penanggulangan kemiskinan yang dilibatkan dari proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi.
Hasil dari program seperti ini dapat dilihat disekitar kita, masyarakat mulai membangun unit-unit usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu dengan dana stimulan yang diberikan oleh program ini masyarakat mulai membangun infrastruktur ekonomi seperti jalan secara bersama-sama atau pembangunan infrastrukturnya.
Lalu bagaimana jika konsep Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri ini,  digunakan sebagai konsep dalam pengembangan perpustakaan di Tanah Air?  Menurut penulis konsep PNPM mandiri ini dapat ditiru sebagai konsep pengembangan perpustakaan. Program ini memposisikan masyarakat sebagai ujung tombak dalam pengembangan masyarakat.
Kondisi Perpustakaan Saat ini
Dunia perpustakaan di Indonesia saat ini mulai bangkit. Menyadari akan arti penting perpustakaan sebagai lembaga penyedia informasi kepada masyarakat, perpustakaan mulai bermunculan. Saat ini tersedia perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi, perpustakaan umum, perpustakaan keliling, perpustakaan komunitas atau bahkan taman baca yang akan memanjakan minat baca masyarakat.
Berdasarkan data yang dipublikasikan melalui web Perpustakaan Nasional (www.pnri.go.id), saat ini terdapat 14468 perpustakaan yang siap melayani masyarakat indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan bacaan serta melakukan pembinaan minat baca masyarakat. Jumlah tersebut terdiri dari 9215 perpustakaan sekolah, 759 perpustakaan perguruan tinggi,  2151 perpustakaan umum dan 2343 perpustakaan khusus.
Walaupun jumlah perpustakaan terus meningkat, namun jika melihat data perpustakaan di atas maka jumlah tersebut kurang memadai untuk melayani masyarakat Indonesia yang berjumlah 206.264.595 (www.bps.go.id). Jika melihat data perpustakaan yang ada dengan jumlah penduduk maka sebuah perpustakaan harus melayani sekitar 14257 orang.
Selain jumlah perpustakaan yang minim, kondisi berbagai perpustakaan yang ada tersebut bagaikan dua sisi mata uang, di satu sisi ada perpustakaan maju yang ditopang dengan dana yang memadai, di sisi lain ada perpustakaan yang hidup dalam keterbatasan dan dikelola seadanya.  Belum lagi pertumbuhan berbagai perpustakaan tersebut terpusat di kota-kota besar sehingga masyarakat dipedalaman minimnya aksesnya terhadap perpustakaan. Dengan demikian ada ketimpangan kualitas perpustakaan di tanah air.
Pengembangan perpustakaan di tanah air selayaknya memang menjadi tanggung jawab pemerintah. Melalui Perpustakaan Nasional yang merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah, tanggung jawab pengembangan dan pembinaan perpustakaan di tanah air dilaksanakan. Namun jika melihat jumlah penduduk Indonesia yang terlalui besar serta luasnya wilayah Indonesia maka untuk mendukung pembinaan dan pengembangan perpustakaan di tanah air bukanlah pekerjaan mudah. Sebenarnya untuk mempermudah dan mempercepat proses pembinaan serta pengembangan perpustakaan di Indonesai dapat, Perpustakaan Nasional dapat memanfaatkan masyarakat sebagai salah satu komponen untuk mendukung pembinaan dan pengembangan perpustakaan di tanah air. Masyarakat belum dipandang sebagai salah satu komponen penting dalam pembinaan dan pengembangan perpustakaan di Tanah Air. Padahal jika masyarakat dilibatkan dalam pembinaan dan pengembangan perpustakaan maka beban yang ada dipundak perpustakaan nasional semakin ringan.
Masyarakat sebagai Ujung Tobak
Perpustakaan memiliki fungsi untuk melayani masyarakat. Sebagai lembaga yang memiliki fungsi melayani masyarakat lembaga ini senantiasa berada di tengah-tengah masyarakat. Pola interaksi antara perpustakaan dan masyarakat adalah pola interaksi yang saling membutuhkan. Eksistensi perpustakaan tidak akan berarti jika tidak diakses oleh masyarakat. Masyarakat juga berharap perpustakaan terus berkembang sehingga mampu memenuhi kebutuhan informasi.
Pola interaksi atau hubungan yang saling membutuhkan ini, maka apabila masyarakat dilibatkan dalam proses pembinaan dan pengembangan maka tentu dengan senang hati masyarakat akan berpartisipasi. Masyarakat tentu akan senang jika dilibatkan dalam proses pengembangan dan pembinaan perpustakaan karena apabila proses pembinaan dan pengembangan yang dilakukan perpustakaan nasional berhasil maka masyarakat sendirilah yang akan memperoleh manfaat.
Dalam program pembinaan dan pengembangan perpustakaan, masyarakat dapat dilibatkan dalam pendanaan dan pengelolaan perpustakaan. Masyarakat dapat diikut serta dalam pendanaan perpustakaan dan pengelola perpustakaan. Masih segar diingatan kita tentang jumlah koin yang berhasil dikumpulkan dalam kegiatan coin for prita atau coin for balqis mencapai milyaran  rupiah. Guna membantu ibu Prita Mulya Sari dan Balqis masyarakat kemudian mengadakan kegiatan pengumpulan uang receh atau yang dikenal dengan istilah coint for prita atau coin for balqis dan ternyata nominal uang yang berhasil dikumpulkan jumlahnya cukup besar. Dengan demikian sebenarnya masyarakat dapat diposisikan sebagai modal dalam pengembangan perpustakaan. Masyarakat juga dapat dilibatkan dalam pengelolaan perpustakaan, tentu dengan bimbingan dari perpustakaan nasional.
Agar masyarakat termotivasi untuk terlibat dalam pendanaan dan pengelolaan perpustakaan maka perpustakaan nasional perlu memberikan stimulan. Stimulan yang diberikan dapat berupa uang pembinaan perpustakaan atau berbagai bantuan fisik lainya seperti buku, komputer atau gedung untuk pengelolaan perpustakaan. Untuk memperoleh stimulan ini, masyarakat diwajibkan untuk mengajukan proposal. Namun, sebagai syarat untuk menyetujui proposal dan memberikan dana stimulan pengembangan perpustakaan  maka masyarakat diharuskan memiliki modal dasar. 
Masyarakat juga perlu diberikan pelatihan pengelolaan perpustakaan. Pengelolaan tidak hanya dilakukan oleh pustakawan yang dimiliki perpustakaan nasional karena jumlah pustakawan sangat terbatas. Pelatihan ini dilakukan secara berkesinambungan dan terencana. Dengan konsep seperti ini maka tugas perpustakaan nasional dalam usaha pimbanaan dan pengembangan perpustakaan semakin ringan. Setelah mampu melakukan pengelolaan perpustakaan maka masyarakat dapat melakukan pengelolaan secara mandiri atau swadaya. Bahkan masyarakat diberikan keleluasaan untuk merumuskan peraturan yang berlaku di perpustakaan. Perumusan peraturan perpustakaan yang dirumuskan oleh masyarakat dapat menjadi salah satu faktor yang memotivasi masyarakat datang ke perpustakaan.
PNPM Mandiri Versi Perpustakaan
Jika melihat realita yang ada di masyarakat PNPM Mandiri ternyata mampu “merangsang” masyarakat untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Berbagai fasilitas publik dan program pemberdayaan masyarakat lainnya mampu dilakukan masyarakat secara mandiri. Dengan program ini maka proses pembangunan atau program pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah akan lebih cepat terlaksana karena melibatkan masyarakat.
Pemerintah melalui PNPM Mandiri memberikan stimulan berupa dana bantuan untuk mendukung program pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat. Dana bantuan yang diberikan kepada masyarakat inilah yang memotivasi masyarakat untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Untuk memperoleh dana bantuan atau dana stimulan tersebut, masyarakat diwajibkan untuk menyusun proposal dan memiliki modal awal untuk melakukan kegiatan atau program yang akan dilaksanakan dalam proposal tersebut. Modal awal yang ada dalam proposal ini disyarakatkan sebagai bentuk keseriusan masyarakat untuk melakukan pembangunan.
PNPM mandiri direspon positif oleh masyarakat. Banyak masyarakat yang termotivasi untuk melakukan pembangunan secara mandiri. Jika melihat hasil dari implementasi PNPM mandiri ini, maka konsep ini layak dijadikan sebagai referensi untuk membangunan perpustakaan di Tanah Air. Selama ini pembangunan perpustakaan di tanah air selalu bertumpu kepada Perpustakaan Nasional dan Perpustakaan Daerah. Dengan mengadopsi konsep dari PNPM mandiri ini maka peran masyarakat dalam pembangunan perpustakaan di tanah air sebagai besar. Masyarakat tidak hanya diposisikan sebagai pihak yang dilayani oleh perpustakaan, akan tetapi menjadi aktor yang memiliki peranan penting dalam pembangunan dan pengelolaan perpustakaan itu sendiri.
Seperti PNPM Mandiri, pemerintah melalui lembaga terkait seperti Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Daerah atau bahkan Dinas Pendidikan dapat memberikan dana stimulan untuk peningkatan kualitas perpustakaan. Dana stimulan ini diberikan kepada kelompok masyarakat yang bersedia untuk mengajukan proposal pengembangan perpustakaan. Bagi masyarakat yang telah memiliki perpustakaan mereka dapat mengajukan proposal untuk peningkatan fungsi perpustakaan. Sementara bagi masyarakat yang belum memiliki perpustakaan dapat mengajukan proposal untuk membangunan embrio perpustakaan. Namun hendaknya tidak hanya memberikan stimulan bantuan dana, perpustakaan juga perlu melakukan kegiatan pendampingan serta evaluasi terhadap pengelolaan perpustakaan.
Jika konsep ini benar-benar terealisasi maka akan banyak tumbuh perpustakaan di Tanah Air, secara tidak langsung upaya pembinaan minat baca yang selama ini bertumpu dapat perpustakaan daerah dapat didistribusikan melalui perpustakaan-perpustakaan yang berada dilingkungan masyarakat. Dengan demikian maka beban perpustakaan umum dalam melakukan pembinaan minat baca masyarakat menjadi lebih ringan.
*\Staf Perpustakaan ISI Yogyakarta