Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Senin, 11 Februari 2013

Asal mula Grojogan Klenting Kuning


Asal mula Grojogan Klenting Kuning
Oleh : Mediarso Tri Soelistyo, SS. )*

Pada jaman keemasan kerajaan Jenggala-kediri, masa pemerintahan Prabu Lembu Amiluhur ada seorang pangeran yang terkenal baik budi, kesaktian dan ketampanannnya. Bernama Raden Panji Inu Kertapati atau Raden Panji Asmoro Bangun yang merupakan Putra mahkota Kerajaan. Disamping itu, Raden Panji ini juga dikenal karena mempunyai seorang istri yang halus budi bahasanya dan cantik jelita yang bernama Dewi Sekartaji atau Dewi Galuh Candra Kirana. Dimana menurut para pujangga kerajaan yang mempunyai ilmu tinggi, pasangan ini diramalkan kelak yang akan menurunkan raja-raja di tanah jawa.
Menurut mereka ramalan itu bisa terwujud menjadi kenyataan apabila keduanya melaksanakan Tapa Ngrame atau melakukan perjalanan/ pengembaraan sambil menolong sesama yang tertimpa kesusahan. Niat tersebut oleh Raden Panji Asmoro Bangun diutarakan kepada istrinya dan Dewi Galuh Candra Kirana pun ternyata menyetujui niat mulia dari sang suami. Maka mulailah mereka melakukan rangkaian perjalanan ritual melaksanakan pertapaan/semadi dari satu tempat ke tempat yang lain tanpa kenal lelah. Sampai pada suatu saat sampailah mereka di lereng Gunung Ungungran (sekarang Gunung Ungaran) mereka melakukan pertapaan untuk mensucikan jiwa, pikiran dan hati. Mereka menemukan sebuah lokasi yang dirasa tepat di sebuah terjunan sumber mata air di kaki gunung tersebut untuk mulai melakukan samadi kepada sang Pencipta. Di tempat yang sangat sunyi inilah keduanya mendapatkan petunjuk gaib dari raja jin penguasa Gunung Ungungran yang bernama Prabu Kesbamurti dimana mulai saat itu meminta kedua orang itu agar menyamar sebagai rakyat jelata dengan menggunakan nama samaran. Raden Panji Asmoro Bangun disuruh berganti nama menjadi Ande-Ande Lumut dan Dewi Galuh Candra Kirana berganti nama menjadi Rara Klenting Kuning. Selanjutnya melalui petunjuk raja jin Prabu Kesbamurti agar untuk sementara waktu keduanya berpisah. Ande-Ande Lumut melanjutkan perjalanan ke arah matahari terbit, dan Rara Klenting Kuning melakukan perjalanan ke arah matahari terbenam. Setelah beberapa hari berjalan sampailah mereka sesuai petunjuk agar ikut seorang janda yang mereka temui.
Ande-Ande Lumut tinggal bersama seorang janda tua miskin yang baik hati bernama Mbok Randa Dadapan. Mbok Randa Dadapan kebetulan tidak mempunyai anak lalu menganggap Ande-Ande Lumut bagaikan anak kandung sendiri. Kasih sayang yang diberikan pada Ande-Ande Lumut oleh Mbok Randa Dadapan dengan kesederhanaan membuat Ande-Ande Lumut dengan sangat  tulus membantu segala pekerjaan Mbok Randa Dadapan.
Rara Klenting Kuning bertemu dengan seorang janda yang galak yang bernama Mbok Randa Limaran. Mbok Randa Limaran mempunyai tiga orang putri yang seumuran dengan Klenting Kuning yang bernama Klenting Ijo, Klenting Abang, dan Klenting Biru. Sifat dari ketiga anak ini hampr sama dengan ibunya. Mereka tumbuh dalam suasana keluarga yang dimanja, egois, dan tamak. Ketiga anak Mbok Randa Limaran merasa senang dengan kedatangan Klenting Kuning karena seluruh pekerjaan rumah dapat dikerjakan oleh Klenting Kuning. Klenting Kuning dibebani pekerjaan rumah yang sangat berat. Tetapi karena Klenting Kuning adalah orang yang rajin dan tulus, setiap pekerjaan yang dibebankan padanya selalu selesai dengan hasil yang tidak mengecewakan. Tidak jarang jika Klenting Kuning salah sedikit saja dalam melaksanakan pekerjaannya, Mbok Randa Limaran dan ketiga anaknya tidak segan-segan memukul dan menyiksa Klenting Kuning.
Dalam masa pengasingan, Ande-Ande Lumut dan Klenting Kuning senantiasa memohon petunjuk pada Sang Pencipta agar seluruh cobaan yang sedang dihadapi dapat segera selesai sehingga kedua sejoli yang saling mencintai ini dapat dipertemukan kembali. Pada akhirnya nanti setelah dirasa cukup masa pengabdian Ande-Ande Lumut pada Mbok Randa Dadapan dan Klenting Kuning pada Mbok Randa Limaran, kedua insan ini dapat bertemu lagi dalam sebuah sayembara yang diadakan Mbok Randa Dadapan sebagai sebuah hadiah darinya untuk Ande-Ande Lumut. Seiring dengan berjalannya waktu, mbok randa dadapan Randa Dadapan berniat membuat sayembara dan meminta agar pengumuman sayembara mencari jodoh untuk Ande-Ande Lumut itu segera disebarkan kepada seluruh pelosok desa. Dalam waktu singkat, berita tentang pelaksanaan sayembara itu tersebar hingga ke desa seberang, desa tempat tinggal Klenting Kuning.
Betapa senangnya hati Klenting Abang, Ijo, dan Biru mendengar kabar itu. Mereka akan berdandan sencantik-cantiknya untuk menaklukkan hati sang Pangeran Tampan, Ande Ande Lumut.
Asyik… Asyik...!!! Kita akan berdandan secantik-cantiknya. Kalau salah seorang di antara kita menjadi putri raja, ibu pasti akan senang,” kata Klenting Abang.
Pada hari sayembara itu dimulai, Klenting Abang, Ijo, dan Biru pun segera berdandan dengan sangat mencolok. Mereka mengenakan pakaian yang paling bagus dan perhiasan yang indah. Saat mereka sedang asyik berdandan, Klenting Kuning mendekati mereka. “Wah, kalian cantik sekali!” puji Klenting Kuning.“Hai, Klenting Kuning! Apakah kamu ingin mengikuti sayembara juga?” tanya Klenting Abang.“Ah, tidak mungkin! Baju pun kamu tak punya. Apakah kamu mau ikut sayembara dengan baju seperti itu?” sahut Klenting Ijo dengan mencela. “Benar, kamu tidak pantas ikut sayembara ini! Lebih baik kamu di rumah mengurus semua pekerjaanmu. Ayo, pergilah ke sungai mencuci semua pakaian kotor itu!” seru Klenting Biru sambil menunjuk ke pakaian ganti mereka yang sudah kotor.
Klenting Kuning segera mengumpulkan pakaian kotor itu lalu pergi ke sungai. Sebenarnya, ia pun tidak tertarik untuk mengikuti sayembara itu, karena ia masih teringat kepada suaminya, Panji Asmarabangun. Ia akan selalu setia kepada suaminya meskipun belum mendengar kabar tentang keadaannya apakah masih hidup atau sudah tewas dalam pengembaraannya. Ketika ia sedang mencuci di sungai, tiba-tiba seekor burung bangau datang menghampirinya. Anehnya, burung bangau itu dapat berbicara layaknya manusia dan kedua kakinya mencengkram sebuah cambuk. “Wahai, Tuan Putri! Pergilah ke Desa Dadapan mengikuti sayembara itu! Di sana Tuan Putri akan bertemu dengan Panji Asmarabangun. Bawalah cambuk ini! Jika sewaktu-waktu Tuan Putri membutuhkan pertolongan, Tuan Putri boleh menggunakannya”, ujar sang burung Bangau seraya meletakkan cambuk itu di atas batu di dekat Klenting Kuning. Belum sempat Klenting Kuning berkata apa-apa, burung Bangau itu sudah terbang ke angkasa dan seketika itu menghilang dari pandangan mata. Tanpa berpikir panjang lagi, Klenting Kuning pun segera kembali ke rumah dan bersiap-siap berangkat menuju Desa Dadapan.
Sementara itu, ketiga saudara dan ibu angkatnya telah berangkat terlebih dahulu. Kini mereka telah sampai di tepi Sungai Bengawan Solo. Mereka kebingungan, karena harus menyeberangi sungai yang luas dan dalam itu, sementara tak satu pun perahu yang tampak di tepi sungai. “Bu, bagaimana caranya kita menyeberangi sungai ini?” tanya Klenting Ijo kebingungan.“Iya, Bu! Apa yang harus kita lakukan?” tambah Klenting Biru.“Hai, coba lihat itu! Makhluk apa itu?” seru Klenting Abang.Betapa terkejutnya Nyai Limaran dan ketiga putrinya ketika mengetahui bahwa makhluk itu adalah seekor kepiting raksasa yang sedang terapung di atas permukaan air. Menurut cerita, kepiting raksasa yang bernama Yuyu Kangkang itu adalah utusan Ande Ande Lumut untuk menguji para peserta sayembara yang melewati sungai itu. “Hai, Kepiting Raksasa! Maukah kamu membantu kami menyeberangi sungai ini?” pinta Klenting Abang. Yuyu Kangkang tertawa lebar.“Ha... ha... ha...!!! Aku akan membantu kalian, tapi kalian harus memenuhi satu syarat,” ujar Yuyu Kangkang. “Apakah syaratmu itu, hai Kepiting Raksasa? Katakanlah!” desak Klenting Ijo. “Apapun syaratmu, kami akan memenuhinya asalkan kami dapat menyeberangi sungai ini.”
Kalian harus merayuku terlebih dahulu sebelum aku mengantar kalian ke seberang sungai,” kata Yuyu Kangkang. Akhirnya, Klenting Abang dan kedua adiknya menerima persyaratan Yuyu Kangkang. Satu persatu mereka merayu si Yuyu Kangkang. Setelah itu, Yuyu Kangkang pun mengantar mereka ke seberang sungai. Selang beberapa saat kemudian, Klenting Kuning juga tiba di tepi sungai. Ketika Yuyu Kangkang mengajukan persyaratan yang sama, yaitu meminta imbalan rayuan, Klenting Kuning menolaknya. Ia tidak ingin menghianati suaminya. Meski ia tidak mau memenuhi syarat itu, ia tetap memaksa si Yuyu Kangkang untuk membantunya menyeberangi sungai. Berkali-kali Klenting Kuning memohon, namun kepiting raksasa itu tetap menolak, kecuali Klenting Kuning mau memenuhi syarat itu.Klenting Kuning pun mulai habis kesabarannya. Ia segera memukulkan cambuknya ke sungai dan seketika itu pula air Sungai Bengawan Solo menjadi surut. Melihat hal itu, Yuyu Kangkang menjadi ketakutan dan segera menyeberangkan Klenting Kuning, dan bahkan sekaligus mengantarnya hingga sampai di Desa Dadapan. Setibanya di rumah mbok randa dadapan, Klenting Kuning bertemu dengan ketiga saudara dan ibu angkatnya. Tak berapa lama kemudian, sayembara pun dimulai. Secara bergiliran, Klenting Abang dan kedua adiknya menunjukkan kecantikan dan kemolekan tubuhnya di hadapan Ande Ande Lumut. Namun, tak seorang pun di antara mereka yang dipilih oleh Ande Ande Lumut. Melihat hal itu, Nyai Limaran pun berlutut memohon kepada Ande Ande Lumut agar memilih salah satu putrinya untuk dijadikan permaisuri. “Ampun, Pangeran! Hamba mohon, terimahlah salah seorang dari ketiga putriku ini! Kurang cantik apalagi mereka dengan dandanan yang sebagus itu?” iba Nyai Limaran. Ande Ande Lumut hanya tersenyum. “Memang benar, ketiga putri Nyai cantik semua. Tapi, aku tetap tidak akan memilih seorang pun dari mereka,” kata Ande Ande Lumut tanpa memberikan alasan. “Pengawal! Tolong panggilkan gadis yang berbaju kuning itu kemari!” seru Ande Ande Lumut sambil menunjuk ke arah seorang gadis yang duduk paling belakang. Rupanya, gadis yang ditunjuk oleh Ande Ande Lumut itu adalah Klenting Kuning. Ketika Klenting Kuning menghadap kepadanya, pangeran tampan itu bangkit dari singgasananya. “Aku memilih gadis ini sebagai permaisuriku,” kata Ande Ande Lumut. Betapa terkejutnya semua orang yang hadir di tempat itu, terutama Nyai Limaran dan ketiga putrinya.
Ampun, Pangeran! Kenapa Pangeran lebih memilih gadis yang tak terurus itu dari pada ketiga putriku yang cantik dan menarik ini?” tanya Nyai Limaran ingin tahu. Ande Ande Lumut kembali tersenyum, lalu berkata:“Wahai, Nyai Limaran! Ketahuilah, aku tidak memilih seorang pun dari putrimu, karena mereka ‘bekas’ si Yuyu Kangkang. Aku memilih gadis ini, karena dia lulus ujian, yakni menolak untuk merayu si Yuyu Kangkang,” jelas Ande Ande Lumut. Mendengar penjelasan itu, Nyai Limaran dan ketiga putrinya baru sadar bahwa mereka ditolak oleh Ande Ande Lumut karena tidak lulus ujian. Sementara itu, Klenting Kuning masih kebingungan, karena belum menemukan suaminya. Namun, setelah Ande Ande Lumut membongkar penyamarannya bahwa dirinya adalah Panji Asmarabangun, barulah Klenting Kuning sadar. Dengan cambuk sakti pemberian si burung bangau, ia segera mengubah dirinya menjadi seorang putri yang cantik jelita. Panji Asmarabangun baru sadar ternyata Klenting Kuning adalah istrinya, Dewi Sekartaji. Akhirnya, sepasang suami istri yang saling mencintai itu bertemu kembali dan hidup berbahagia. Sebagai ucapan terima kasih kepada Mbok Randa, Panji Asmarabangun membawanya serta tinggal di istana Jenggala. Sementara Nyai Limaran dan ketiga putrinya kembali ke desanya dengan perasaan kecewa dan malu.Tempat bertapa dan merenung saat Dewi Galuh Candra Kirana saat menerima pesan dari Prabu Kesbamurti ini sekarang dikembangkan menjadi sebuah obyek wisata bernama Grojogan Klenting Kuning. Sedangkan tempat bertapanya Raden Panji Asmoro Bangun dikenal dengan nama Alas Lumut. Grojogan Klenting Kuning ini mempunyai ciri-ciri khas berwarna kuning dan diyakini bagi siapa saja yang mandi di Grojogan ini dapat membawa manfaat untuk kesehatan badan, awet muda, dan cepat bertemu dengan jodohnya.
Pamong Budaya Kecamatan Sumowono, Dinas Pemuda Olahraga Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar