ALTERNATIF MASTER PLAN TUMBUH KEMBANG PERPUSTAKAAN DESA PARTISIPATIF
Oleh : Yunanto Agung Nugroho
Peningkatan sumber daya manusia masyarakat Kabupaten Semarang semestinya tidak
ditunda-tunda lagi. Dalam dengar pendapat antara Kepala Desa di Kabupaten Semarang dengan FNS (sebuah NGO dari Jerman), kondisi sosial
ekonomi seperti pengangguran dan lain sebagainya tercipta karena kondisi
pendidikan yang masih sangat kurang terutama kesadaran pribadi masyarakat utuk
menambah keilmuan dengan membaca. Akibatnya para investor enggan masuk karena
tidak adanya SDM yang kuat yang dapat dipergunakan untuk membantu proses
produksi industri.baik secara kemampuan maupun pola pikir.
Dengan gencarnya seremonial pencanangan Desa Bebas Buta Aksara,
perpustakaan merupakan hal yang sangat penting untuk menguji kebenaran klaim
bahwa sebuah desa sudah benar-benar bebas buta aksara. Selain itu perpustakaan
merupakan “penjaga” agar mereka yang telah bisa membaca tetap dapat membaca
dengan tersedianya wahana baca di lingkungannya. Setelah itu barulah
perpustakaan berfungsi sebagai wahana penambah ilmu.
Pembangunan perpustakaan di pedesaan harus melalui sebuah proses terpadu
dimana masyarakat dikondisikan untuk secara bottom
up tertarik dan membutuhkan perpustakaan sehingga dapat mendirikan perpustakaan partisipatif/mandiri.
Membangun di bidang pendidikan non
formal memerlukan komitmen kuat dan fokus dari Pemerintah dikarenakan jika program berjalan setengah-setengah akan berakibat boros
anggaran, tidat tepat tujuan, dan yang terparah semakin menumbuhkan sikap
skeptis masyarakat kepada Pemerintah dalam hal proyek pembangunan. Komitmen yang dibutuhkan antara lain:
- Menyiapkan
anggaran yang dibutuhkan secara “tekat
- Menyiapkan
SDM dari birokrasi untuk menyukseskan program perpustakaan desa
- Memberikan
kebijakan publik yang ramah terhadap tumbuh kembangnya perpustakaan desa
Sosialisasi pendirian
perpustakaan desa mandiri perlu adanya pos anggaran rutin yang dipergunakan
untuk dana insentif pembinaan karena selama ini dana yang ada hanya dapat
mencukupi perjalanan penyuluhan sebanyak 4 tempat dalam sebulan itupun sudah
termasuk perpustakaan desa maupun perpustakaan sekolah dan ponpes. Jika dilihat jumlah desa di Kabupaten Semarang yang
mencapai 235 desa/kelurahan lebih tentunya model pembinaan seperti ini kurang efektif.
Selain penambahan anggaran pembinaan, perlu juga penambahan anggaran
untuk belanja buku di Kantor Perpustakaan Umum yang selama ini berkisar 75 juta
s/d 150 juta per tahun. Penambahan anggaran untuk pembelian buku ini selain
koleksi di Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang terus
di up date , buku-buku ini dapat dilayankan kepada
perpustakaan binaan dengan sistem rotasi.
Semakin
banyak buku maka akan semakin banyak pula pepustakaan desa yang mendapat
layanan peminjaman buku sistem rotasi ini. Jadi buku yang ada diputar di seluruh
perpustakaan binaan biasanya dalam waktu tiap satu bulan.
Agen sosialisasi di bidang perpustakaan sangat penting karena dari
merekalah ilmu-ilmu pembangunan perpustakaan standar dapat disebarluaskan di
kalangan masyarakat. Pustakawan merupakan agen birokrasi dalam pembinaan
perpustakaan termasuk didalamnya perpustakaan desa. Pustakawan
dituntut untuk bisa membawa masyarakat di daerah pembinaannya untuk tertarik
dengan pengembangan minat baca dalam hal ini perpustakaan.
Di Kabupaten
Semarang jumlah pustakawan sangat memprihatinkan dimana Kantor
Perpustakaan yang sarat prestasi dan luasnya Wilayah Kabupaten Semarang ini
hanya diampu oleh satu orang pustakawan. Kebutuhan
standar rendah pustakawan di Semarang semestinya adalah 8
orang dengan posisi di Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang dan 19 orang yang tersebar di setiap kecamatan di
Kabupaten Semarang.
Bagaimanapun juga penambahan
secara perlahan maupun cepat tenaga fungsional pustakawan tetap harus dilakukan
untuk mencapai suatu kondisi perpustakaan yang benar-benar merata dan menyentuh
kepentingan masyarakat secara umum.
Pemerintahan Desa dalam hal ini Kepala Desa dan Perangkatnya termasuk di
dalamnya BPD harus bisa mendapat sosialisasi yang tepat agar
dapat peduli terhadap kemajuan perpustakaan demi kepentingan
warganya. Split anggaran perimbangan
desa untuk perpustakaan semestinya sudah mulai diadakan dengan bijak. Atau jika
memungkinkan Pemerintah Daerah menambah dana alokasi untuk desa khusus untuk
perpustakaan desa.
Kemantapan kelembagaan dalam hal ini mengacu kepada pendirian Perpustakaan
Pemerintah di Kecamatan. Dengan adanya kepanjangan tangan pemerintah daerah di
bidang perpustakaan yang menjangkau tingkat kecamatan tentunya perkembangan
perpustakaan di tingkat desa akan pesat. Walaupun hal ini tidak wajib diadakan
terlebih dahulu namun keberanian Pemerintah Daerah dalam investasi di bidang
pendidikan benar-benar diuji dalam hal ini.
Penerbitan peraturan khusus yang mendukung tumbuh kembangnya perpustakaan
tentunya akan sangat mendukung kinerja sosialisasi perpustakaan. Keluarnya
Peraturan Bupati atau Perda yang mengatur tentang pengembangan perpustakaan
desa akan semakin memperkuat komitmen pemerintah daerah dalam usaha secara
sungguh-sungguh menggalakkan perpustakaan guna meningkatkan mutu SDMnya.
Sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya
perpustakaan adalah hal yang wajib dilakukan apalagi melihat kondisi sebagian
masyarakat Kabupaten
Semarang yang belum melek perpustakaan. Sosialisasi ini
tentunya sebagai leading sector
adalah Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang. Dalam usaha sosialisasi
perpustakaan perlu adanya kerja sama dengan elemen-elemen yang ada di desa
seperti Karang Taruna maupun Tim Penggerak PKK Desa yang tentu sebelumnya sudah
diadakan pendekatan kepada Perangkat Desa dan BPD setempat.
Setelah proses sosialisai berjalan dan sedikit mendapat respon, bisa
diberikan alternatif majalah dinding sebagai wahana aktualisasi diri para remaja
desa. Yang dipentingkan adalah tumbuhnya semangat untuk merespon sebuah wahana
baru di lingkungannya. Apabila mungkin didorong untuk membuat wahana Koran
dinding sehingga memambah minat baca masyarakat serta memenuhi kebutuhan
informasi masyarakat desa.
Apabila respon sudah mulai meninggi mulai diarahkan untuk membentuk
perpustakaan kecil atau yang dikenal dengan sudut baca dengan menyiapkan tempat
mungkin di balai desa dengan bahan bacaan seadanya dengan terus memupuk
semangat masyarakat agar apa yang sudah dirintis sampai tahap ini tidak
terputus ditengah jalan.
Setelah
tercipta sudut baca atau dalam kondisi respon masyarakat tinggi terhadap
keberadaan perpustakaan maka mulailah diadakan musyawarah dengan desa untuk
diarahkan kepada rencana tempat perpustakaan akan didirikan, penunjukkan
pengurus, dana stimulan (baik dari desa maupun masyarakat/pribadi),
keikutsertaan masyarakat dalam ikut mencukupi kebutuhan perpustakaan
(partisipasi). Apabila tempat, buku bacaan sudah dirasa cukup maka perpustakaan
mulai dibuka dan dibina secara intensif.
Dalam
usaha membentuk sebuah perpustakaan yang baik dengan sesuai standar kaidah
perpustakaan yang benar maka perlu diadakan pelatihan kepustakaan. Pelatihan
dilaksanakan khusus untuk petugas atau pengelola perpustakaan desa yang telah
ditunjuk. Dalam hal ini Seksi Pembinaan dan Pustakawan tetap menjadi leading sector-nya.
Kemudian setelah pelatihan selesai dilakukan pembinaan dan pendampingan agar
pengelolaan perpustakaan desa tetap dalam kaidah baku dan memberikan semangat
untuk membentuk inovasi-inovasi lanjutan untuk kemajuan perpustakaan
desa.Stimulan merupakan faktor pendukung yang penting dalam tumbuh kembangnya
perpustakaan desa. Stimulan ini diselaraskan
dengan kondisi dilapangan, antara lain stimulan Pinjaman Buku,
Bantuan Buku, Bantuan Lain
dan stimulan untuk pengelola.
Pengembangan
perpustakaan desa kedepan menjadi rumah belajar harus mengacu kepada prinsip
bahwa rumah belajar merupakan pengembangan dan faktor pelengkap perpustakaan bukan
sebaliknya. Pada prinsipnya rumah belajar merupakan wahana masyarakat untuk
membaca bahan bacaan yang ada di perpustakaan desa terutama di bidang teknologi
tepat guna yang kemudian mempraktekkannya hingga berhasil.
Diharapkan
hasil dari membaca ini dapat mengeluarkan produk yang bisa memberikan economical
value. Untuk saat ini pembinaan pengembangan perpustakaan menjadi
Rumah Belajar masih menjadi trend dan sedang diusahakan oleh Kantor
Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang dengan menunjuk beberapa
perpustakaan
desa sebagai pilot project.
Dengan
adanya kendala pendananaan di perpustakaan desa maka perlu diadakan
inovasi-inovasi pengembangan perpustakaan yang mengarah kepada hasil ekonomi
untuk mencukupi kebutuhan perpustakaan juga dapat dipergunakan untuk
kesejahteraan pengelolanya bahkan bisa menjadi salah satu penyumbang kas desa.
Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan pengembangan perpustakaan sebagai
rumah belajar yang nantinya mengeluarkan produk-produk seperti tanaman hias,
keripik singkong, perikanan dan lain sebagainya. Alternatif lain adalah
perpustakaan bisa disinergikan dengan kursus-kursus seperti komputer, bahasa
Inggris, bahasa
Arab atau dengan TPQ.
Otomasi
perpustakaan dalam artian sempit adalah pemindahan administrasi manual menjadi
sistem
otomasi/digital yaitu dengan menggunakan perangkat software otomasi dan komputer. Selain itu proses katalogisasi juga
beralih ke software penelusuran via
komputer. Dengan adanya otomasi ini maka pelayanan kepada masyarakat akan
semakin cepat dan membiasakan masyarakat terhadap teknologi digital.
Digital Library di pedesaan merupakan target yang cukup tinggi namun mungkin. Peran
multimedia seperi cakram cd baik lewat komputer maupun vcd merupakan landasan
awal dari proses digital library.
Apabila akses internet berhasil diakses oleh masyarakat di pedesaan maka
perkembangan E Library akan pesat dan diharapkan arus informasi
teknologi semakin deras ke masyarakat sehingga bisa meningkatkan Human Development Index masyarakat kita.
Pembangunan Perpustakaan Desa jika didukung
dengan suatu kesungguhan ,tersistem, dan fokus, bisa menjadi titik balik
menuju kejayaan ilmu pengetahuan dan pengembangan intelektual. Desa adalah
lingkungan yang sangat vital bagi tumbuh kembangnya perekonomian rakyat yang
oleh karena itu perlu keseriusan dalam pembinanaan SDMnya. Apabila SDM
masyarakat desa tinggi maka secara umum SDM Indonesia secara keseluruhan akan
mengalami kemajuan pesat. Alternatif Master Plan pembangunan perpustakaan desa
ini sekali lagi hanya akan berhasil jika ada keseriusan dengan tujuan jujur
untuk kepentingan masyarakat dan bangsa ke depan.
*Staff Kantor Perpustakaan
dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar