Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Selasa, 05 Februari 2013

ALTERNATIF MASTER PLAN TUMBUH KEMBANG PERPUSTAKAAN DESA PARTISIPATIF


ALTERNATIF MASTER PLAN TUMBUH KEMBANG PERPUSTAKAAN DESA PARTISIPATIF
Oleh : Yunanto Agung Nugroho

Peningkatan sumber daya manusia masyarakat Kabupaten Semarang semestinya tidak ditunda-tunda lagi. Dalam dengar pendapat antara Kepala Desa di Kabupaten Semarang dengan FNS (sebuah NGO dari Jerman), kondisi sosial ekonomi seperti pengangguran dan lain sebagainya tercipta karena kondisi pendidikan yang masih sangat kurang terutama kesadaran pribadi masyarakat utuk menambah keilmuan dengan membaca. Akibatnya para investor enggan masuk karena tidak adanya SDM yang kuat yang dapat dipergunakan untuk membantu proses produksi industri.baik secara kemampuan maupun pola pikir.
Dengan gencarnya seremonial pencanangan Desa Bebas Buta Aksara, perpustakaan merupakan hal yang sangat penting untuk menguji kebenaran klaim bahwa sebuah desa sudah benar-benar bebas buta aksara. Selain itu perpustakaan merupakan “penjaga” agar mereka yang telah bisa membaca tetap dapat membaca dengan tersedianya wahana baca di lingkungannya. Setelah itu barulah perpustakaan berfungsi sebagai wahana penambah ilmu.
Pembangunan perpustakaan di pedesaan harus melalui sebuah proses terpadu dimana masyarakat dikondisikan untuk secara bottom up tertarik dan membutuhkan perpustakaan sehingga dapat mendirikan perpustakaan partisipatif/mandiri.
Membangun di bidang pendidikan non formal memerlukan komitmen kuat dan fokus dari Pemerintah dikarenakan jika program berjalan setengah-setengah akan berakibat boros anggaran, tidat tepat tujuan, dan yang terparah semakin menumbuhkan sikap skeptis masyarakat kepada Pemerintah dalam hal proyek pembangunan. Komitmen yang dibutuhkan antara lain:
-      Menyiapkan anggaran yang dibutuhkan secara “tekat
-      Menyiapkan SDM dari birokrasi untuk menyukseskan program perpustakaan desa
-      Memberikan kebijakan publik yang ramah terhadap tumbuh kembangnya perpustakaan desa
Sosialisasi pendirian perpustakaan desa mandiri perlu adanya pos anggaran rutin yang dipergunakan untuk dana insentif pembinaan karena selama ini dana yang ada hanya dapat mencukupi perjalanan penyuluhan sebanyak 4 tempat dalam sebulan itupun sudah termasuk perpustakaan desa maupun perpustakaan sekolah dan ponpes. Jika dilihat jumlah desa di Kabupaten Semarang yang mencapai 235 desa/kelurahan lebih tentunya model pembinaan seperti ini kurang efektif.
Selain penambahan anggaran pembinaan, perlu juga penambahan anggaran untuk belanja buku di Kantor Perpustakaan Umum yang selama ini berkisar 75 juta s/d 150 juta per tahun. Penambahan anggaran untuk pembelian buku ini selain koleksi di Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang terus di up date , buku-buku ini dapat dilayankan kepada perpustakaan binaan dengan sistem rotasi.
  Semakin banyak buku maka akan semakin banyak pula pepustakaan desa yang mendapat layanan peminjaman buku sistem rotasi ini. Jadi buku yang ada diputar di seluruh perpustakaan binaan biasanya dalam waktu tiap satu bulan.
Agen sosialisasi di bidang perpustakaan sangat penting karena dari merekalah ilmu-ilmu pembangunan perpustakaan standar dapat disebarluaskan di kalangan masyarakat. Pustakawan merupakan agen birokrasi dalam pembinaan perpustakaan termasuk didalamnya perpustakaan desa. Pustakawan dituntut untuk bisa membawa masyarakat di daerah pembinaannya untuk tertarik dengan pengembangan minat baca dalam hal ini perpustakaan.
Di Kabupaten Semarang  jumlah pustakawan sangat memprihatinkan dimana Kantor Perpustakaan yang sarat prestasi dan luasnya Wilayah Kabupaten Semarang ini hanya diampu oleh satu orang pustakawan. Kebutuhan standar rendah pustakawan di Semarang semestinya adalah 8 orang dengan posisi di Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang dan 19 orang yang tersebar di setiap kecamatan di Kabupaten Semarang.
Bagaimanapun juga penambahan secara perlahan maupun cepat tenaga fungsional pustakawan tetap harus dilakukan untuk mencapai suatu kondisi perpustakaan yang benar-benar merata dan menyentuh kepentingan masyarakat secara umum.
Pemerintahan Desa dalam hal ini Kepala Desa dan Perangkatnya termasuk di dalamnya BPD harus bisa mendapat sosialisasi yang tepat agar dapat  peduli terhadap kemajuan perpustakaan demi kepentingan warganya. Split anggaran perimbangan desa untuk perpustakaan semestinya sudah mulai diadakan dengan bijak. Atau jika memungkinkan Pemerintah Daerah menambah dana alokasi untuk desa khusus untuk perpustakaan desa.
Kemantapan kelembagaan dalam hal ini mengacu kepada pendirian Perpustakaan Pemerintah di Kecamatan. Dengan adanya kepanjangan tangan pemerintah daerah di bidang perpustakaan yang menjangkau tingkat kecamatan tentunya perkembangan perpustakaan di tingkat desa akan pesat. Walaupun hal ini tidak wajib diadakan terlebih dahulu namun keberanian Pemerintah Daerah dalam investasi di bidang pendidikan benar-benar diuji dalam hal ini.
Penerbitan peraturan khusus yang mendukung tumbuh kembangnya perpustakaan tentunya akan sangat mendukung kinerja sosialisasi perpustakaan. Keluarnya Peraturan Bupati atau Perda yang mengatur tentang pengembangan perpustakaan desa akan semakin memperkuat komitmen pemerintah daerah dalam usaha secara sungguh-sungguh menggalakkan perpustakaan guna meningkatkan mutu SDMnya.
Sosialisasi untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perpustakaan adalah hal yang wajib dilakukan apalagi melihat kondisi sebagian masyarakat Kabupaten Semarang yang belum melek perpustakaan. Sosialisasi ini tentunya sebagai leading sector adalah Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang. Dalam usaha sosialisasi perpustakaan perlu adanya kerja sama dengan elemen-elemen yang ada di desa seperti Karang Taruna maupun Tim Penggerak PKK Desa yang tentu sebelumnya sudah diadakan pendekatan kepada Perangkat Desa dan BPD setempat.
Setelah proses sosialisai berjalan dan sedikit mendapat respon, bisa diberikan alternatif majalah dinding sebagai wahana aktualisasi diri para remaja desa. Yang dipentingkan adalah tumbuhnya semangat untuk merespon sebuah wahana baru di lingkungannya. Apabila mungkin didorong untuk membuat wahana Koran dinding sehingga memambah minat baca masyarakat serta memenuhi kebutuhan informasi masyarakat desa.
Apabila respon sudah mulai meninggi mulai diarahkan untuk membentuk perpustakaan kecil atau yang dikenal dengan sudut baca dengan menyiapkan tempat mungkin di balai desa dengan bahan bacaan seadanya dengan terus memupuk semangat masyarakat agar apa yang sudah dirintis sampai tahap ini tidak terputus ditengah jalan.
Setelah tercipta sudut baca atau dalam kondisi respon masyarakat tinggi terhadap keberadaan perpustakaan maka mulailah diadakan musyawarah dengan desa untuk diarahkan kepada rencana tempat perpustakaan akan didirikan, penunjukkan pengurus, dana stimulan (baik dari desa maupun masyarakat/pribadi), keikutsertaan masyarakat dalam ikut mencukupi kebutuhan perpustakaan (partisipasi). Apabila tempat, buku bacaan sudah dirasa cukup maka perpustakaan mulai dibuka dan dibina secara intensif.
Dalam usaha membentuk sebuah perpustakaan yang baik dengan sesuai standar kaidah perpustakaan yang benar maka perlu diadakan pelatihan kepustakaan. Pelatihan dilaksanakan khusus untuk petugas atau pengelola perpustakaan desa yang telah ditunjuk. Dalam hal ini Seksi Pembinaan dan Pustakawan tetap menjadi leading sector-nya. Kemudian setelah pelatihan selesai dilakukan pembinaan dan pendampingan agar pengelolaan perpustakaan desa tetap dalam kaidah baku dan memberikan semangat untuk membentuk inovasi-inovasi lanjutan untuk kemajuan perpustakaan desa.Stimulan merupakan faktor pendukung yang penting dalam tumbuh kembangnya perpustakaan desa. Stimulan ini diselaraskan dengan kondisi dilapangan, antara lain stimulan Pinjaman Buku, Bantuan Buku, Bantuan Lain dan stimulan untuk pengelola.
Pengembangan perpustakaan desa kedepan menjadi rumah belajar harus mengacu kepada prinsip bahwa rumah belajar merupakan pengembangan dan faktor pelengkap perpustakaan bukan sebaliknya. Pada prinsipnya rumah belajar merupakan wahana masyarakat untuk membaca bahan bacaan yang ada di perpustakaan desa terutama di bidang teknologi tepat guna yang kemudian mempraktekkannya hingga berhasil.
 Diharapkan hasil dari membaca ini dapat mengeluarkan produk yang bisa memberikan economical value. Untuk saat ini pembinaan pengembangan perpustakaan menjadi Rumah Belajar masih menjadi trend dan sedang diusahakan oleh Kantor Perpustakaan Umum Kabupaten Semarang dengan menunjuk beberapa perpustakaan desa sebagai pilot project.
Dengan adanya kendala pendananaan di perpustakaan desa maka perlu diadakan inovasi-inovasi pengembangan perpustakaan yang mengarah kepada hasil ekonomi untuk mencukupi kebutuhan perpustakaan juga dapat dipergunakan untuk kesejahteraan pengelolanya bahkan bisa menjadi salah satu penyumbang kas desa. Hal ini bisa dilakukan dengan memanfaatkan pengembangan perpustakaan sebagai rumah belajar yang nantinya mengeluarkan produk-produk seperti tanaman hias, keripik singkong, perikanan dan lain sebagainya. Alternatif lain adalah perpustakaan bisa disinergikan dengan kursus-kursus seperti komputer, bahasa Inggris, bahasa Arab atau dengan TPQ.
Otomasi perpustakaan dalam artian sempit adalah pemindahan administrasi manual menjadi sistem otomasi/digital yaitu dengan menggunakan perangkat software otomasi dan komputer. Selain itu proses katalogisasi juga beralih ke software penelusuran via komputer. Dengan adanya otomasi ini maka pelayanan kepada masyarakat akan semakin cepat dan membiasakan masyarakat terhadap teknologi digital.
Digital Library di pedesaan merupakan target yang cukup tinggi namun mungkin. Peran multimedia seperi cakram cd baik lewat komputer maupun vcd merupakan landasan awal dari proses digital library. Apabila akses internet berhasil diakses oleh masyarakat di pedesaan maka perkembangan E Library akan pesat dan diharapkan arus informasi teknologi semakin deras ke masyarakat sehingga bisa meningkatkan Human Development Index masyarakat kita.
Pembangunan Perpustakaan Desa jika didukung dengan suatu kesungguhan ,tersistem, dan fokus, bisa menjadi titik balik menuju kejayaan ilmu pengetahuan dan pengembangan intelektual. Desa adalah lingkungan yang sangat vital bagi tumbuh kembangnya perekonomian rakyat yang oleh karena itu perlu keseriusan dalam pembinanaan SDMnya. Apabila SDM masyarakat desa tinggi maka secara umum SDM Indonesia secara keseluruhan akan mengalami kemajuan pesat. Alternatif Master Plan pembangunan perpustakaan desa ini sekali lagi hanya akan berhasil jika ada keseriusan dengan tujuan jujur untuk kepentingan masyarakat dan bangsa ke depan.
*Staff Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Semarang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar