Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Rabu, 12 Oktober 2011

Buku : Harta Termahal Peradaban Manusia


Buku : Harta Termahal Peradaban Manusia
*/ Emilia Niken Palupi

Juara I Lomba Penulisan Artikel Tk. SMA/K/MA
yang diselenggarakan dalam rangka Pameran Buku Murah Kab. Semarang 2011

Membicarakan peradaban manusia tanpa membirakan ilmu pengetahuan, adalah sebuah perihal yang lalai. Rasa-rasanya siapapun akan mengamini bahwa perkembangan peradaban manusia digerakkan oleh entitas agung bernama ilmu pengetahuan. Dan membicarakan ilmu pengetahuan sebagai bahan bakar motor peradaban manusia, maka mau tak mau muara yang kita temui adalah buku.
Sebab manusia adalah makhluk berparadoks. Dibalik keinginnanya yang tidak terbatas, manusia justru karib dengan keterbatasan. Salah satunya ihwal ingatan yang singkat. Maka manusia pun menulis, mencatat apa yang ia lihat, ia cermati, ia pelajari dan ia simpulkan. ”ikatlah Ilmu dengan Menulisnya”, begitu konon wasiat Imam Ali.
Buku yang notabene adalah wujud laku menulis, sudah berperan begitu besar soal ilmu pengetahuan. Tanpa buku, mungkin ilmu pengetahuan sudah lenyap dengan mudah. Buktinya, buku merupakan sarana belajar yang mudah dan murah. Bahkan buku sudah menjadi kebutuhan pokok bagi semua orang yang ingin berpengetahuan luas, sementara ada pula yang menjadikan buku adalah bagian hidup mereka.
Perpustakaan merupakan ’tempat tinggal’ berbagai macam buku, menjadikan perpustakaan tempat yang mengasyikkan untuk dikunjungi. Di perpustakaan kita layaknya berjalan-jalan ke seluruh dunia, mengetahui berita di penjuru dunia pada saat itu juga. Jadi apabila masih ada orang yang tidak suka membaca buku/ ke perpustakaan, sebenarnya hal itu membuktikan bahwa orang tersebut tidak peduli dengan dirinya sendiri.
Sesungguhnya buku memegang peranan penting dalam peradaban manusia. Layaknya sekarung emas pada zaman Yunani kuno, buku dianggap berharga. Mereka bahkan menyimpan koleksi buku-bukunya di tempat tersembunyi dan dengan keamanan yang memadai agar terhindar dari pencurian. Namun sayangnya sekarang keadaan terbalik, bahkan di negara kita ini, sering kita lihat buku sering dibuang begitu saja, dibakar ataupun dijual. Diperlakukan oleh orang yang tidak maju biasanya buku layaknya sampah saja. Padahal buku adalah alat bagi manusia untuk menimba ilmu justru, yang dapat memberikan hikmah. Untuk itu perlu kita jadikan teladan bangsa Yunani kuno agar tidak ada ilmu yang terbuang sia-sia.
Masih ada sampai sekarang, buku dianggap hanyalah sekumpulan kertas yang berguna pada akhirnya untuk ’ bungkus makanan’. Ditambah perkembangan dunia internet, menjadikan buku bukanlah primadona lagi. Di internet orang akan mudah mencari informasi yang ia butuhkan, sayangnya kemudahan tersebut juga terdapat resiko yang tidak sepele. Adanya pengaruh negatif dari internet, apabila pemakaian yang tidak diawasi.
Pemakaiannya pun tidak sefleksibel buku, harus memerlukan alat yang lumayan mahal. Berbeda dengan buku yang harganya (bisa dikatakan) lebih murah dan mudah dibawa kemana-mana tanpa tergantung pada alat untuk membacanya. Dan membaca buku itu bisa dilakukan dimana saja tanpa dibatasi oleh tempat, bahkan di kamar kecilpun bisa.
Membaca buku menyenangkan, karena buku bisa berubah menjadi hiburan, menjadikan imajinasi kita terbang tinggi seperti saat kita membaca novel/ cerita fiksi lainnya.
Bila kita tengok lagi fungsi atau peran buku,  dapat kita temukan berbagai hal di dalam buku itu. Antara lain, kita dapat menjembatani dalam mencari ilmu, memberikan berbagai wawasan kepada kita, memudahkan kita dalam belajar dan tentunya masih banyak lagi. Sayangnya minat membaca buku saat ini sangat kurang, ada yang beralasan bahwa ceritanya kurang menarik, terlalu banyak tulisan hingga membuat kita mudah bosan. Sampai ada yang baru melihat ketebalan bukunya saja sudah malas.
Gemar membaca buku fiksi maupun buku pengetahuan dimulai dengan rasa penasaran, kemudian menjadi tertarik dan ingin membacanya. Buku yang baik biasanya mampu membuat pembacanya larut dalam suasana yang digambarkan didalamnya. Tentunya membuat si pembaca ingin terus membaca buku tersebut.
Bagi seorang penulis buku merupakan rumah bagi jiwa mereka, melalui tulisan di buku dicurahkanlah isi hati dan akhirnya keberadaan penulis diakui oleh seluruh dunia. Penulis cerita fiksi menganggap, dengan menulis mereka ’curhat’, mereka menuliskan perasaan gundah gulana, resah, marah, sedih dan lain sebagainya.
Sementara itu, kita tidak akan tahu seperti apa nanti jadinya, 1 tahun lagi ataupun 10 tahun lagi, maka perlulah kita mengabadikan dengan tulisan. Thomas Alfa Edison, di usia mudanya dia tentu tidak membayangkab akan tercatat dalam sejarah seorang penemu, bila hasil eksperimenya tidak ditulis dalam catatan kemudian dibukukan.
Marilah terus menggali rasa haus ilmu pengetahuan didalam diri kita. Berilah kesempatan bagi riri kita sendiri mengenal dunia meskipun baru sebatas dengan buku. Biarkan pikiran kita terbuka dengan banyak hal melalui bacaan hal-hal baru yang tidak akan mungkin kita selalu lihat dengan mata sendiri.
Maksimalkan potensi yang ada dalam diri kita, karena kitalah nanti yang akan menjadi penegak pilar-pilar akademis, ekonomi, politik, sosial dan segala bidang lain, untuk turut serta membawa peradaban luhur bangsa ke generasi mendatang.
*/  Siswa SMA N 1 Getasan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar