Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 27 Mei 2011

Anda Ingin Menulis Artikel?


 Oleh  :  Roto
            “SIAPA Takut!” Membaca dan menulis adalah kebutuhan mutlak manusia yang tidak akan pernah ditinggalkan. Menurut Abraham Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Manusia memiliki 5 kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis; rasa aman; rasa kasih sayang & rasa memiliki; harga diri; dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
            Maka, membaca dan menulis dapat ditafsirkan termasuk kebutuhan aktualisasi diri. Dengan membaca dan menulis, menunjukkan bahwa kita adalah manusia terbuka dan mau berubah, dari tidak baik menjadi baik. Bahkan dari tidak bisa menjadi bisa, dalam arti mau menerima perubahan positif, menurut kaca mata norma bangsa Indonesia, terlebih norma agama yang beradab dan bermoral.  
Thomas Alfa Edison adalah orang yang luar biasa, dari tidak bisa menjadi bisa. Dengan membaca dan membaca, trial and error akhirnya ia mampu menciptakan lampu pijar. Berkat merekalah dunia ini menjadi terang benderang, orang mampu membaca di kegelapan malam. Dengan lampu pijar dan atau listrik kita sangat dekat dengan bangsa lain di dunia, mulai dari Singapura, Eropa, Amerika.
Dengan membaca dan menulis, dengan telepon, handphone, televisi, internet, kita menjadi orang yang terlibat secara langsung dengan bencana tsunami Aceh, Jogja/Bantul, Tasikmalaya, dan yang terbaru adalah bencana Padang Sumatera Barat. Betapa menderita saudara-saudara kita yang ada di Padang. Maka tergerak hati kita untuk ikut meringankan beban saudara kita yang sedang dilanda bencana.
Tentara Nasional Indonesia, dapat dijadikan panutan karena merekalah berada pada garda terdepan dalam menyikapi tanggap darurat bencana. Kebersamaan selanjutnya merambah pada relawan dari berbagai organisasi mahasiswa, pelajar, anak-anak TK, bahkan relawan dari mancanegara juga membantu kepada saudara kita di Padang. Rasa cinta, persatuan, senasib, layak kita ke depankan, lestarikan dan kembangkan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Apa korelasinya bencana dengan menulis artikel? Melalui artikel, penulis terpanggil untuk ikut aktif terlibat di dalamnya. Baik membantu materi sekadarnya, menggerakkan peserta didik, masyarakat untuk berbagi rasa dengan mengumpulkan dana seikhlasnya.
Selain itu, penulis ingin membagi pengetahuan di bidang menulis artikel. Dengan maksud, dapat dijadikan rujukan atau paling tidak sebagai bahan banding dalam mengungkap permasalahan kehidupan. Bermula dari melihat keganjilan pada kehidupan, kemudian penulis tuangkan dan dikirim ke media koran kolom surat pembaca ternyata mampu terbit. Itulah pengalaman perdana sangat membanggakan sekaligus mengharukan.

Artikel Pertama
Dengan semangat pantang menyerah, yaitu menulis berulang-ulang ke berbagai koran, yang tidak sempat penulis hitung berapa jumlahnya. Akhirnya datang juga kebahagian yang tidak ternilai harganya. Ternyata artikel penulis pertama kali mampu terbit di koran nasional Kompas, 12 Maret 2007 dengan judul: “Penantian Panjang Kesejahteraan Guru.” Selanjutnya April 2007 artikel yang ke dua terbit di majalah Derap Guru Jateng.
Penulis sempat down, karena artikel penulis selama 11 bulan tidak mampu terbit. Akhirnya pada bulan ke 12, April 2008 kebahagiaan datang juga, karena artikel penulis terbit kembali pada majalah Derap Guru. Selanjutnya melalui kolom: “Untukmu Guruku” pada Jawa Pos Radar Kudus, Radar  Semarang mampu terbit di setiap minggunya, hingga mencapai 17 kali terbit. Selanjutnya artikel penulis mampu terbit di koran Wawasan, Suara Merdeka, Derap Guru dan Kompas.
Kepuasan menulis artikel tidak pernah berakhir. Jalan paling sederhana yaitu melalui membaca artikel, menulis artikel, merevisi dengan teman, guru bahasa dan seterusnya. Membaca dan menulis adalah kebutuhan tidak terbatas, sekalipun  menjelang tidurpun kita harus selalu membaca.  Apa yang perlu dibaca?
Mulai dari membaca koran, terutama kolom artikel, membaca situasi pergaulan di kantor, di masyarakat, di ruang workshop, di pasar, di jalan, di mall, di objek wisata, di bidang politik, hukum, dan terlebih bidang pendidikan, bahkan dalam keluarga sekalipun kita harus membaca. Agar kualitas kehidupan meningkat, baik kualitas di bidang pekerjaan, kemasyarakatan dan terlebih di bidang pendidikan serta bidang agama.
Kata orang bijak: “Beramallah sebanyak-banyaknya seakan-akan esuk akan mati.” Ya mati, mati adalah kata akhir dari kehidupan. Kata bijak berikutnya orang yang bermanfaat adalah mampu membantu dan atau berguna bagi orang lain. Nerakalah bila kehidupan kita tanpa berguna bagi orang lain. Maka berbuat amal kebajikan dan kesolehan, jalan paling sederhana diantaranya menulis artikel.
Dengan menulis artikel dapat ditafsirkan sebagai amal kebajikan dan kesolehan di dunia. Semakin tinggi derajat perilaku, moral, dan agamanya, maka semakin dalamlah isi materi yang tertuang dalam artikelnya. Artinya amal ibadahnya semakin tinggi pula.
Dengan selesainya Anda membaca artikel ini, berarti telah melakukan langkah kedua, sedang langkah ke tiga adalah mau menulis, langkah keempat mau mengirim ke media koran. Langkah ke lima adalah jangan pernah berfikir berhenti menulis, sebelum artikel Anda terbit di media masa. Sekali lagi berhenti dari menulis berarti kehidupan telah “mati.” Jika menulis dapat dimaknai amal kebijakan dan kesolehan, berarti siapapun pribadinya tidak akan sia-sia jika mau menulis artikel. Bagaimana dengan Anda? ”Saya akan mencapai langkah tak terbatas, dalam hal menulis artikel dan bahkan menulis lain-lainnya.” Sekali lagi: ”Siapa takut.” (*/penulis adalah pendidik di SMPN 1 Sumowono)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar