Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Minggu, 29 Mei 2011

PUSTAKA DIGITAL

Oleh : Brilliant Oka Suryanegara

Sejak kecil, saya menyaksikan betapa kedua orang tua kami sangat mencintai buku. Mereka mengkoleksi aneka buku, bahkan sempat membuat perpustakaan /persewaan buku ”Lonceng” di Rumah kami Perumahan KORPRI Gedanganak Ungaran. Saat itu cukup banyak pengunjung dan pelanggan yang menyambanginya sehingga hampir setiap minggu ada koleksi yang bertambah.
Pada tahun 1998 kami sekeluarga pindah ke Bandarjo Ungaran, disinipun kami kembali membuka “Lonceng” perpustakaan kecil itu. Sampai suatu hari terjadilah tragedi itu. Tahun 2004 kondisi sedang musim hujan. Hampir dua bulan perpustakaan tidak kami buka karena ada hajatan keluarga, kami bermaksud untuk membersihkan ruangan perpustakaan. Namun betapa terkejutnya kami karena menyaksikan buku-buku berserakan dilantai dalam kondisi rusak basah dan berjamur. Rupanya talang di atas ruangan itu tersumbat , air jatuh menyembur menjatuhkan buku buku itu dari rak-raknya dan menggenanginya hingga berhari hari.
Saya merasakan kesedihan Ayah yang mendalam atas musnahnya perpustakaan kami itu. Ratusan bahkan mungkin ribuan judul buku yang sebagian besar sudah tidak diterbitkan lagi hancur tanpa dapat diperbaiki.
Sejak saat itu Ayah trauma untuk mengkoleksi buku. Beliau hanya meminjam dari perpustakaan daerah (Beliau merupakan pelanggan sejak perpustakaan daerah ada di terbayan,lalu pindah ke Rumah pak mantan gubernur Jateng Munadi, sekarang Gedung Monumen PKK Jateng, hingga pindah di kompleks alun alun).
Saya terus berpikir adakah cara yang lebih aman, murah, dan cepat untuk mengkoleksi buku kembali? Bahkan kalau mungkin membangun kembali perpustakaan mini kami! Pertanyaan itu selalu mengganggu pikiranku selama bertahun tahun.
Pada Tahun 2006 kami kembali menempati rumah di Perumahan KORPRI Gedanganak Ungaran, disanalah, aku diperkenalkan dengan buku elektronik/buku digital, saat itu aku mengira cara termudah membuat buku elektronik adalah dengan mengetik ulang buku biasa, dengan menggunakan komputer dan menyimpannya dalam bentuk file PDF. Namun bagaimana dengan buku yang ada gambarnya, tabel dsb?
Menggunakan alat scaner /pemindai biasa untuk membuat E-book mungkin salah satu jawaban, namun ternyata perlatan itu hanya efektif untuk dokumen yang berupa lembaran sedangkan untuk bundel, buku terjilid, alat itu menjadi tak berdaya.
Setelah saya belajar untuk mengarungi samudra maya (internet), saya mulai mencari informasi tentang mesin atau alat yang dapat membuat buku cetak menjadi buku elektronik (E-book). Memang di pasaran banyak dipasarkan Book Scanner, misal Qirtas, Atiz dan sebagainya. Namun harganya relatif mahal hingga 40 Juta rupiah belum termasuk kamera. Spesifikasinyapun begitu terbatas.
Suatu hari di awal 2009 ayah saya memberitahu bahwa kenalannya seorang pecinta buku bernama Mr Daniel Reetz yang tinggal di Nort Dakota Amerika Serikat juga memiliki pemikiran yang sama dengan saya. Namun dengan alasan yang agak berbeda. Sebagai seorang Warga negara Amerika yang pernah tinggal di Rusia, beliau bisa membandingkan betapa sangat murahnya buku di Rusia dibanding dengan Amerika. Sehingga sebagai warga Amerika dia merasakan dan menyaksikan betapa banyaknya warga Amerika yang juga sulit untuk dapat menikmati buku buku yang baik karena mahal, apalagi di saat krisis menimpa negara itu saat ini.
Mr. Daniel Reetz dan rekan rekannya di Amerika Serikat sudah mulai mencoba untuk membuat Book Scanner yang relatif simpel untuk menghasilkan buku elektronik. Melalui internet kami terus terhubung dan mulai terlibat dengan membuat sendiri peralatan tersebut. Namun karena kesibukan ayah dengan pekerjaan nya akhirnya sayalah yang selalu berkomunikasi dengan rekan rekan dari seberang dan meneruskan proyek ini.
Ada beberapa usulan kami yang akhirnya juga dijadikan acuan bersama seperti misalnya penggunaan kaca untuk menggantikan Acrilyc, karena selain lebih bening, dan relatif tahan terhadap gores, kaca juga relatif lebih murah (karena saya menggunakan ukuran Indonesia), dan yang kedua adalah pemakaian roda atau rel untuk mempermudah penggeseran penyangga buku (Book Holder).
Setelah berjuang berhari-hari siang dan malam hampir selama 5 bulan akhirnya alat ini rampung. Tapi bagaimana dengan kameranya? Karena selain memerlukan pembuatan alat mekanis dan elektronis, perangkat ini juga memerlukan 2 buah kamera digital dan beberapa jenis program.
Saya sampaikan pada ayah kesulitan tentang kamera ini. Namun melihat prioritas kebutuhan akhirnya ayah berusaha meminjam 2 kamera digital baik ke rekan maupun dinas. Pilihan itu ternyata membawa keraguan. Maklumlah kamera digital bagi sebagian orang merupakan barang pribadi yang begitu berharga dan seperti barang pribadi pada umumnya maka tak layak untuk dipinjam-pinjamkan. Apalagi untuk percobaan!! Akhirnya dengan terpaksa ayah menyampaikan kesulitan ini pada rekan-rekan di seberang, dan mereka menjawab dengan mengirim 2 buah kamera saku Canon Power Shot A530. Kamera ini lebih dari cukup untuk menjalankan Book Scanner saya.
Kesulitan dengan pemrograman akhirnya teratasi seiring dengan berjalannya waktu, karena program yang digunakan oleh rekan-rekan di Amerika tak bisa berjalan dikomputer saya, hal ini dikarenakan spesifikasi komputer kami yang sangat jauh berbeda. Beruntung dunia maya banyak memberikan keajaiban dan bantuan yang tak terduga dengan banyaknya software bebas yang disediakan oelh para relawan.
Akhirnya jadilah alat ini. Walaupun belum pernah melihat secara langsung book scanner buatan pabrik, namun kami percaya alat ini tidak berbeda fungsinya. Kami optimis Pemindai Buku (Book Scanner) yang satu ini sangat berguna bagi siapapun yang ingin menkonversi koleksi buku yang mereka miliki ke dalam format digital. Alat ini suatu saat bisa jadi akan merupakan salah satu perangkat idaman bagi para kolektor buku. Semoga saja tidak ada yang menyalahgunakan dan menggunakannya untuk tujuan pembajakan.
Untuk membedakan alat ini dengan Scanner pabrikan, kami memberinya nama DROS ( Daniel Reetz Oka Suryanegara) Book Scanner. DROS ini sekilas seperti sebuah tatakan buku berbentuk V. Kita hanya perlu menaruh sebuah buku di tatakan tersebut dan tatakan tersebut memiliki mekanisme , balik halaman buku tersebut satu persatu., tekan tombol dan sim salabim... halaman tersebut sudah kita Transfer kedalam SD card.
Dalam uji coba yang kami lakukan, Dengan mempergunakan kamera digital dan beberapa software bebas, alat ini bisa menkonversikan hingga 500 halaman selama satu jam. Software lain juga disertakan untuk meng-crop dan mengatur halaman-halaman digital. Hasil konversi buku ini akan menjadi sebuah file PDF. Alat ini bisa mengatasi masalah lekukan buku yang berguna untuk mengatasi masalah yang biasa timbul saat kita menggunakan scanner biasa. Dengan kemampuan konversi sampai 500 halaman perjam, bisa jadi inilah media penyelamat koleksi buku-buku kita!
Buku Pertama yang diminta oleh ayah untuk diselamatkan adalah sebuah kumpulan dokumen buku tua yang dalam kondisi sangat rapuh (pating prithil) yang disebut dengan Buku C Desa. Sebuah dokumen yang amat sangat penting yang harus ada di setiap desa/kelurahan. Buku ini dengan tebal keseluruhan sekitar 5000 halaman berhasil kami simpan kedalam sekeping CD. Untuk diselamatkan.
Namun kami juga belajar bahwa waktu terlama yang digunakan adalah bukan mengalih mediakan, tapi menjaga agar naskah asli tetap terjaga dan sama sekali tidak terganggu dengan proses scanning ini.
Hingga saat ini upaya untuk menyempurnakan Book Scanner ini masih terus kami upayakan. Termasuk teknis mekanis, elektronis maupun pemrogramannya. Pelajaran tentang teknologi informasi, fisika, dan perawatan bahan pustaka tentunya sangat mendukung untuk kegiatan ini. Harapannya lebih banyak buku yang dapat diselamatkan dengan adanya peralatan itu.
Kelebihan Book Scanner ini dibanding yang ada dipasaran adalah dapat dibuat sendiri, lebih murah, lebih sederhana dan mudah di bongkar pasang. Selain itu bisa digunakan untuk segala ukuran kertas tergantung dari jenis kamera yang dipakai.
Buku elektronik atau buku digital memang seharusnya menjadi pilihan saat ini. Alasannya, media penyimpanan ini jauh lebih praktis. Dengan kartu seukuran jempol tangan dapat menyimpan hingga ratusan bahkan ribuan buku. Kedua, distribusinya jauh lebih cepat. Bayangkan untuk mengkoleksi sebanyak 1000 judul berapa banyak waktu untuk menata, pengepakan maupun perjalanan. Dengan bantuan komputer dan SDcard, kaset DVD, flashdisk maupun hardisk maka ruang dan waktu tidak menjadi hambatan. Ketiga, lebih ramah lingkungan. Dapatkah dibayangkan berapa banyak pohon yang harus ditebang untuk membuat kertas buku di perpustakaan kita? Alasan keempat, tuntutan perkembangan teknologi. Saat ini begitu banyak gadget, khususnya HP yang menyertakan fitur E-Book reader? Dengan fitur ini seseorang bisa membaca buku dalam jumlah tak terbatas, ruang dan waktu praktis dan gaya!

Apa itu DROS
Bagaimana Cara membuat DROS ? Bahan dan peralatan apa saja yang harus disiapkan? Secara umum DROS ini terbagi dalam 3 bagian besar yaitu peralatan mekanis elektronis, kamera digital dan pemrograman.
Untuk membuat peralatan mekanis elektronis yang harus disiapkan adalah Papan multiplek ukuran 40 X 80 Cm X 12 mm sebanyak 1 lembar, kayu usuk 9 (Kasau) 3 X 6 Cm X 3 Meter sebanyak satu batang, kaca ukuran 40 cm X 30 X 0,3 Mm sebanyak 2 lembar, switch, USB hub, bateray holder, engsel, rel atau roda geser, fitting & lampu sebanyak 2 buah, kabel-kabel, socket , sekrup, mur baut, lem kayu, TV untuk monitor.
Sedangkan Kamera Digital yang harus disiapkan dengan specifikasi minimal 5 MP. Apabila memungkinkan penggunaan kamera SLR akan memberikan hasil yang maksimal hingga dapat untuk alih media sebesar ukuran Koran bahakan lebih. Untuk Program yang diperlukan dapat langsung berhubungan dengan kami, di brilliantsurya@gmail.com
Untuk cara pembuatan silakan melihat gambar di bawah ini.
Setiap orang saat ini dapat membuat buku digital , namun kemampuan mengelola pustaka digital memerlukan ketrampilan tersendiri, kesiapan kantor Perpustakaan untuk mendampingi masyarakat pecinta buku dalam pengelolaan managemen Perpustakaan digital akan sangat diharapkan. Kini sudah saatnya perpustakaan digital ada dalam genggaman kita semua.(*/penulis adalah siswa SMAN 1 Ungaran Kelas XI IPA 3)

1 komentar:

  1. bagus kreatif, wah kalau bisa dibuatkan tutorial atau manual lengkap pembuatan sampai pengoperasiannya, saya kira lebih bagussehingga bisa bermanfaat lebih untuk orang banyak..

    BalasHapus