Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Selasa, 10 Mei 2011

MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK

MENUMBUHKAN MINAT BACA ANAK
*Junaedi

Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) sebenarnya membawa buah simalamaka bagi anak-anak. Maraknya siaran televisi ataupun permainan berbasis komputer menjadikan anak-anak termanjakan oleh kemampuan audio visual yang memikat mata. Disisi lain, pertumbuhan minat baca mereka menjadi mandeg. Lalu, bagaimana sebaiknya?

Usai pulang sekolah, Budi (9, bukan nama sebenarnya), siswa sekolah dasar langsung menuju warung internet (warnet) yang tak jauh dari rumah orang tuanya di salah satu sudut Kota Ungaran, awal bulan lalu. Ternyata, lima orang temannya telah menunggu disana untuk mencoba permainan on line terbaru. Sejurus kemudian, mereka telah asyik bermain game on line hingga berjam-jam.
Ilustrasi itu bukan hanya khayalan namun benar-benar terjadi di lingkungan sekitar kita.  Anak-anak lebih menyukai hal-hal yang berkaitan dengan “budaya lihat”. Harus diakui, kekuatan audio visual untuk menarik perhatian mereka memang jauh lebih kuat dibandingkan dengan sebuah buku yang hanya memiliki sisi visual saja. Apalagi, jika visual atau gambaran itu tidak ditampilkan dengan menarik. Alih-alih memperhatikan, mereka akan segera meninggalkannya.
  Anak-anak lebih suka melihat televisi atau bermain game on line dibandingkan dengan membaca sebuah buku. Kehadiran teknologi itu tidak bisa dihindari lagi padahal budaya membaca masyarakat apalagi anak-anak kita belumlah mapan.
Kita tentu masih ingat pada tahun 70-an atau 80-an, saat teknologi televisi maupun internet belum terlalu mewabah atau bahkan belum dikenal. Anak-anak masih lebih mudah diajak membaca buku di rumah atau diperpustakaan. Beberapa majalah baru di koleksi perpustakaan sekolah akan menjadi rebutan mereka. Tapi, seiring dengan kemajuan teknologi digital termasuk perpustakaan digital sedikit demi sedikit menggerus kegemaran dan kebiasaan membaca. Bahkan, saat ini banyak guru yang menugaskan para siswanya untuk mencari bahan pelajaran dari internet dan bukan dari buku perpustakaan. Sebuah ironi ditengah usaha menumbuhkan minat baca pada anak-anak!
Di lingkungan keluarga, orang tua pun ternyata memiliki andil yang tidak kurang dalam “mematikan” minat baca anak. Perlu diingat, anak-anak masih memiliki sikap imitasi yang kuat. Apa yang dikerjakan dan perilaku orang tua akan dicontoh oleh mereka. Ketika para ibu banyak yang terpana dengan “sihir” sinema elektronika (sinetron) di televisi, maka sang anakpun akan merekamnya. Mereka akan mengikuti kebiasaan orang tua menonton televisi dan bukannya membuka sebuah buku lalu membacanya.
Padahal, orang tua merupakan titik utama upaya memunculkan minat baca anak. Bahkan ada adagium “Ibuku perpustakaan pertamaku” yang seharusnya disadari dan dipahami para orang tua terutama ibu. Jika ibu sebagai perpustakaan pertama seorang anak tidak berfungsi, maka segala penyediaan sarana dan alat di perpustakaan diluar lingkungan keluarga tidak akan ada gunanya.

Minat baca anak
Sebenarnya, berbagai kemudahan untuk meningkatkan minat baca anak telah tersedia di luar lingkungan keluarga. Hal itu menjawab pertanyaan bagaimana jika sebuah keluarga tidak memiliki sarana pendukung menumbuhkan minat baca anak.
Koleksi perpustakaan daerah, sekolah ataupun wilayah merupakan sarana mudah dan murah untuk mendukung upaya itu. Kemudahan dan kenyamanan sebuah perpustakaan telah ada, tinggal bagaimana membimbing anak-anak untuk mau membaca.
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan minat membaca pada anak, beberapa langkah ini dapat saja membantu.
Pertama, jadikan kebiasaan membaca sebagai salah satu aktivitas rutin. Pada anak yang belum terlalu pandai membaca, bantu dan dukunglah dengan membacakan berbagai naskah atau buku cerita yang menarik perhatian.
Sedangkan pada anak-anak usia sekolah dasar, sediakan bahan bacaan yang bermutu namun tetap dalam kemasan yang menarik. Misalnya dengan gambar yang menawan ataupun ilustrasi lainnya yang kontras.
Kedua, sediakan tempat khusus menyimpan berbagai buku bacaan. Dengan kata lain, siapkan sebuah perpustakaan mini yang mudah dijangkau oleh anak-anak. Perpustakaan mini memiliki koleksi buku secukupnya dan dapat bertambah sesuai dengan kebutuhan. Jadi biaya yang dimanfaatkan untuk membuatnya juga tidak terlalu mahal.
Pada tempat lain yang lebih luas dan memadai, jika mungkin, dapat dikumpulkan koleksi buku dan bahan bacaan lain milik anggota keluarga lainnya. Dengan demikian, anak-anak akan memiliki gambaran yang lebih luas tentang buku dan koleksinya.
Ketika sang anak mulai tertarik dengan buku, ini langkah berikutnya, orang tua dapat membacakan buku dengan dengan penuh perasaan. Gunakan intonasi yang sesuai dengan setting cerita atau isi buku, sehingga anak-anak dapat berempati dan bisa menggambarkan keadaan dalam ruang imajinasinya.
Kegiatan mendongeng merupakan sebuah aktifitas yang harus dilakukan dengan frekuensi sering. Dengan gaya penyampaian yang menarik, anak-anak akan terhanyut dan tertarik untuk membaca sendiri buku yang didongengkan.
Usahakan kegiatan membaca ini melibatkan anggota keluarga yang lain. Dengan demikian, suasana kebersamaan dalam kegembiraan yang tercipta akan mampu mendukung munculnya minat anak meniru perilaku anggota keluarga yang lebih dewasa untuk membaca.
Jika anak-anak telah menyukai hobi membaca, berikan stimulan untuk menulis atau mengarang. Bisa saja dengan menyuruh menceritakan kembali isi buku cerita yang telah dibaca dengan bahasa sendiri. Hal ini akan membuat anak lebih berkonsentrasi saat membaca dan mengembangkan daya kreasi dan daya khayal mereka.
Satu hal penting yang juga harus ditanamkan pada anak adalah sikap menghargai buku. Anak-anak dibiasakan untuk melihat buku sebagai sebuah benda yang dapat memberikan manfaat lebih bagi dirinya. Biasakan pula untuk menjadikan sebuah buku sebagai cinderamata dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti ulang tahun. Dengan demikian, anak akan memiliki persepsi baik terhadap sebuah buku.(*/ Staf Humas Setda Kab. Semarang/dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar