Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Minggu, 29 Mei 2011

PONDOK BACA “MORTIR”

Liputan
PONDOK BACA “MORTIR”

Ketika Buletin Pustaka menyambangi Pondok baca Mortir di Jl Meranti Timur Dalam I No. 346 di Kecamatan Banyumanik Kota Semarang, langsung disambut dengan tulisan “Mari Membaca Biar Kita Berubah”. Ajakan yang menyiratkan semangat. Tidak Berlebihan, apabila mengenal Bapak Parmanto, SH. M.Hum., yang kini sudah berusia 63 tahun masih dengan penuh energi berikhtiar ikut memajukan bangsa dengan ajakan untuk membaca.
Rumah pribadi yang berukuran kurang lebih 8 kali 5 meter disulap menjadi sebuah Pondok Baca, pengorbanan yang tidak kecil. Kalau saja Bapak Parmanto mempertahankan fungsi sebelumnya (rumah kos) maka ia kini masih menerima uang sewa Rp.1 juta/bulan. Pondok Baca diberi nama “Mortir” Sesuai dengan nama panggilan waktu kecil. “Bapak saya memanggil “Mortir” sesuai dengan suasana saat saya lahir, kota kelahiran saya yaitu Yogyakarta pada saat itu di Bom oleh Belanda pada saat agresi Belanda.“ terang Bapak Parmanto.
Bapak Parmanto mendapat ilham mendirikan Pos Baca “Mortir” saat berada di sebuah toko buku di tahun 2000an, pada waktu itu, ia melihat ada seorang anak yang dimarahi orang tuanya karena buku yang dipilih harganya mahal. “Saya terenyuh melihat kejadian itu, seketika matahati saya terbuka, saya harus berbuat sesuatu, akhirnya tercetuslah ide saya mendirikan pondok baca Mortir ini” urai Bapak Parmanto.
Semenjak kejadian itu Bapak Parmanto, mengumpulkan koleksi koleksi pribadi, meminta bantuan ke tetangga sekitar, mengirim berbagai proposal ke perusahaan, kedubes dan instansi lain.
Akhirnya pada 2005 tepatnya pada tanggal 9 Desember 2005, Pondok Baca ini diresmikan oleh Wakil Walikota Semarang Bapak Mahfudz Ali. Pada saat diresmikan Pondok Baca Mortir memiliki koleksi buku tidak kurang dari 2000 eksemplar. Usaha tak kenal menyerah yang dilakukan Bapak Parmanto akhirnya membuahkan hasil, banyak bantuan yang mengalir. Selain berbentuk uang, buku juga berbentuk gratis langganan surat kabar dari Suara Merdeka dan Kompas. Bahkan pada tahun 2009 mendapat bantuan papan baca dari Suara Merdeka. Oleh pihak harian Suara Merdeka papan baca di beri nama Papan Baca untuk Rakyat.
Jam buka Pondok Baca, jam 10 pagi sampai jam 3 sore. Masyarakat bebas membaca, berdiskusi maupun mencari klipping di surat kabar. ”Saya memperbolehkan surat kabar untuk di potong demi pendidikan mereka, biasana kalau mereka mendapatkan tugas pasti kesini”, jelas Bapak Parmanto.
Untuk menjadi anggota cukup membayar hanya Rp.5000 dengan jangka waktu 1 tahun. Kemudian disediakan infaq/ sumbangan sukarela pada pengunjung (sifatnya tidak wajib) yang kegunaannya untuk kegiatan pendukung pondok baca ini, seperti lomba membuat sipnosis.
Sampai bulan Februari, jumlah koleksi yang dimiliki sebanyak 6615 eksemplar buku, 3 langganan surat kabar dan berbagai macam koleksi audio visual yang lain. Ada rasa haru ketika Bapak Parmanto menjelaskan bahwa Kadang - kadang apabila anak – anak mencari buku, kemudian buku yang dimaksud tidak ada, maka dengan uang pribadi secepatnya Bapak Parmanto membeli buku yang diinginkan anak tersebut.
Selain hal tersebut, Bapak Parmanto memperkerjakan satu orang karyawan yang di beri gaji tiap bulan. “Sudah dua tahun ini berjalan”, kata Bapak Parmanto
“Sa
Pondok Baca Mortir dengan koleksi yang mencapai enam ribuan ini sayangnya belum di administrasi sesuai dengan standar perpustakaan, hal itu diakui oleh Bapak Parmanto, “Saat ini saya sedang merencanakan untuk bekerja sama dengan Perpustakaan Daerah Propinsi Jawa Tengah agar mengajari kami cara mengolah buku yang benar, sebenarnya sudah sejak lama saya mengirim surat kepada pihak terkait, akan tetapi belum mendapatkan respon apapun,” keluh Bapak Parmanto. Memang sangat disayangkan, Pondok Baca Mortir yang sudah memiliki koleksi yang sangat banyak, menempati gedung sendiri, mempunyai berbagai koleksi yang beragam serta pembaca tetap, perlu diketahui rata – rata pembaca tiap hari antara 15 sampai dengan 35 orang ternyata belum mendapat perhatian khusus.
Bapak Parmanto tidak pernah menyesal telah mendirikan Pondok Baca Mortir ini, meski pada awalnya banyak mendapat cibiran dari para tetangga maupun kerabat, tapi dengan tak kenal menyerah akhirnya sampai sekarang dirasakan manfaat yang besar bagi warga sekitarnya, bahkan menurut Bapak Parmanto “ Pengunjung yang datang kesini juga ada yang berasal dari wilayah yang relatif jauh, seperti Gedawang, Tembalang maupun Pudakpayung”.
Semangat bapak Parmanto yang juga diabadikan di pintu gerbang Pondok Baca Mortir, agar semua orang bisa melihat dan membacanya: “Saya tidak akan pernah berhenti mengajak bangsaku untuk gemar membaca agar menjadi bangsa yang cerdas supaya kelak dapat menyelesaikan persoalan bangsa”
Diakhir pertemuan dengan Buletin Pustaka Bapak Parmanto masihmengharapkan dukungan, maupun bantuan dengan menghubungi Bapak Parmanto di Pondok Baca “Mortir” nomor telp. 024(7472038).
(*\Bambang )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar