Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Minggu, 29 Mei 2011

MENINGKATKAN MUTU JIWA DENGAN MEMBACA

Oleh : Zulaekah, SS.

Sebuah pertanyaan mendasar, apakah jiwa itu? Jiwa berbeda dengan ruh. Jiwa berada di balik otak, sedangkan ruh berada di balik struktur tubuh secara menyeluruh (Agus Mustofa,2005). Jiwa bisa terpisah dari fisiknya (baca: tubuh manusia), tetapi masing-masing jiwa ataupun fisik masih tetap hidup sendiri-sendiri. Hal tersebut terjadi pada orang tidur, pingsan, koma bahkan orang mati.
Jiwa memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan atau keburukan di dalam hidupnya. Oleh karena itu, jiwalah yang nantinya harus bertanggung jawab atas segala pilihan hidupnya, atas semua perbuatan yang telah dilakukan di dunia. Bukan ruh! Karena ruh adalah ”sesuatu” yang ditiupkan oleh Allah agar manusia hidup. Tetapi untuk memilih yang baik atau mengikuti yang buruk, manusia dibekali dengan jiwa.
Kualitas Jiwa dan Membaca
Agus Mustofa juga mengatakan bahwa jiwa dan otak bagaikan dua sisi yang berbeda dari mata uang yang sama. Kualitas jiwa bergantung dari kualitas fisik terutama otak. Kerusakan otak akan mengakibatkan kerusakan jiwa, demikian juga sebaliknya, kerusakan jiwa akan mengakibatkan kerusakan otak.
Jiwa merupakan sesuatu yang mengalami pertumbuhan dan perkembangan kualitas, seiring dengan berkembangnya fisik manusia, mulai dari janin sampai dewasa. Selain itu, jiwa dibesarkan oleh bertambahnya pengalaman dan pengetahuan yang diserap.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas bahwa kualitas jiwa bergantung pada kualitas fisik terutama otak. Jadi untuk menghasilkan jiwa yang ”sukses”, otaklah yang harus ”diperbaiki”.
Dalam ilmu kedokteran jiwa dijelaskan bahwa sel otak berkembang atau menyusut seiring dengan pikiran dan perbuatan seeorang. Jika seseorang berpikir dan berbuat yang bermanfaat, menuju kualitas tinggi, maka jumlah sel-sel otaknya akan berkembang-biak. Sebaliknya jika berpikir dan berbuat yang tidak bermanfaat, berkualitas jelek, maka akan terjadi penyusutan sel otak.
Aktifitas membaca, terutama buku-buku yang bermanfaat/positif/ bergizi, akan mengajak otak kita berpikir, merenung dan menganalisa, agar kita bisa memahami makna tulisan yang kita baca. Membaca juga mengajak mata kita melihat hal-hal yang positif. Demikian juga anggota tubuh kita yang lain, juga melakukan perbuatan yang positif. Aktifitas seluruh organ dan jaringan tubuh dikendalikan oleh otak. Padahal aktifitas berpikir dan berbuat positif akan menambah jumlah sel saraf otak.
Pada umumnya orang membaca buku, terutama buku-buku yang bermanfaat/positif, dia berusaha memahami dan mengaplikasikan apa dibaca ke dalam kehidupannya. Upaya memahami dan mengaplikasikan isi bacaan ke dalam kehidupan, tentunya juga akan memaksa otak untuk berfikir, yang berarti juga semakin menambah jumlah sel-sel saraf otak.
Oleh karena itu dapat dipahami, mengapa orang yang lebih banyak membaca buku-buku yang positif/bermanfaat, biasanya lebih cerdas dibanding dengan orang yang tidak biasa membaca. Semakin banyak tulisan positif yang dibaca, semakin banyak jumlah sel saraf otak kita. Padahal semakin banyak sel saraf otak kita, semakin hebat pula fungsi otak kita.
Kualitas otak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas jiwa. Dengan demikian kita juga dapat memperbaiki kualitas jiwa dengan aktifitas membaca, terutama bacaan yang positif. Bacaan positif biasanya banyak terdapat di dalam buku. Isi buku tentu saja berbeda dengan koran atau tabloid yang seringkali mengandung berita negatif. Kebanyakan para pembacanya lebih tertarik dengan berita semacam itu daripada bacaan ”bergizi” lainnya yang juga dimuat di dalam koran/ tabloid. Biasanya, membaca berita negatif tentang seseorang/organisasi/tempat ataupun sesuatu lainnya, akan mendorong kita berpikiran negatif/berprasangka buruk terhadap hal yang diberitakan tersebut. Padahal pikiran dan perbuatan negatif akan menyebabkan penyusutan sel-sel otak, yang berarti pula merugikan jiwa. Tentu saja hal ini tidak berarti bahwa membaca koran/tabloid itu jelek, hendaknya kita perlu selektif memilih bahan bacaan agar tidak merugikan kualitas otak dan jiwa.
Cari bacaan ”bergizi”, yang merupakan ”vitamin” otak dan jiwa. Jika masalah ini dikaitkan dengan ajaran agama, tentu akan semakin jelas. Bahwa berprasangka buruk terhadap sesuatu adalah dosa, apalagi berbuat buruk. Padahal jiwalah yang nantinya harus mempertanggungjawabkan perbuatan manusia. Oleh karena itu, kita perlu ”membantu” jiwa kita agar ”sukses” ketika harus mempertanggungjawabkan perbuatan kita dengan mengkonsumsi buku bacaan yang positif/”bergizi’, ditindaklanjuti dengan memilih yang terbaik diantara isi bacaan, kemudian menerapkan isi bacaan tersebut dalam kehidupan.(*/penulis adalah staf layanan Kantor Perpustakaan Daerah Kabupaten Semarang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar