Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Jumat, 20 Januari 2012

MAU BACA? DIMANAPUN BISA

MAU BACA? DIMANAPUN BISA
*/Menika Murtiatma

"Saya pilih menjadi orang miskin yang tinggal di pondok penuh buku daripada menjadi raja yang tak punya hasrat untuk membaca." 
Thomas Babington Macaulay
 (1800-1859), sejarawan Inggris

 
                “Gemar membaca, meraih cita-cita”. Beberapa waktu yang lalu saya melihat slogan ini tertulis besar pada sebuah mobil pintar atau mobil perpustakaan keliling. Membaca slogan tersebut, lalu bagaimana pendapat anda? Kalau saya, saya sangat setuju, dengan membaca kita akan mengetahui banyak hal, kita akan mengetahui dunia dan tak elak cita-cita dapat kita raih dengan mudah. Membaca merupakan aktifitas yang menyenangkan dan mengandung banyak manfaat. Lalu kapan dan dimana kita dapat membaca?
Tahukah anda Penyanyi ternama Ebiet Ghoffard Ade? Usut punya usut ternyata, penyanyi kondang ini tak suka mendengarkan musik lho. Seperti yang diberitakan oleh situs www.kapanlagi.com yang diposting pada tanggal 8 November 2010, sosok Ebiet adalah pria yang suka membaca segala jenis buku dan seluruh informasi. Bahkan ketika melakukan perjalanan, mobil yang dikendarai Ebiet tidak akan pernah terdengar alunan musik yang syahdu, melainkan suara gesekan kertas yang sedang dibuka satu persatu.
Setelah mengintip salah satu orang popular di negeri kita, mari kita intip negara tetangga. Jepang, Negara yang terkenal sebagai macan Asia ini membiasakan anak untuk membaca dari lingkungan sekolah. Seperti yang dilansir pada web www.annida.com, para guru mewajibkan para siswa membaca selama 10 menit sebelum kegiatan belajar-mengajar berlangsung. Hebatnya, kebiasaan ini telah berlangsung selama lebih dari 30 tahun. Budaya membaca yang ditanamkan kepada para pelajar ini, membuat para siswa secara mandiri melakukan diskusi ilmiah di luar jam pelajaran. Para siswa ini membuat agenda untuk berdiskusi tentang buku baru atau yang tengah fenomenal.
Mari kita meloncat ke seorang tokoh dari Negara islam. Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei mempunyai kebiasaan membaca yang unik dan diterapkan dalam keluarga, yaitu membaca  buku  sebagai rutinitas sebelum tidur, membaca buku ketika di bus, membaca buku saat tanyangan iklan di tv, sesuai kutipan pada www.indonesian.irib.ir.
Andrew Ho, seorang pengusaha, motivator, dan penulis buku-buku best
seller mengungkapkan bahwa
membaca merupakan salah satu investasi yang baik dari waktu kita. Setuju sekali dengan ungkapan Andrew Ho, daripada membuang waktu sia-sia lebih baik kita membaca buku untuk menambah pengetahuan kita, dimanapun itu. Ketika yang lain sedang bermain atau sekedar nongkrong, kita sudah berinvestasi pengetahuan di otak kita di sela-sela waktu luang.
Di Indonesia sendiri, budaya baca senantiasa ditanamkan di setiap saat, di setiap tempat dan disetiap waktu, meskipun belum ada peraturan tertentu seperti di negara Jepang. Di Indonesia, merupakan sebuah hobi dan kebutuhan untuk orang-orang tertentu. Jika kita tidak peduli akan hal ini, lalu siapa lagi. Kesadaran membaca biasanya muncul dari diri sendiri dan “gethok tular” jika diistilahkan dalam bahasa jawa. Istilah jawa ini dimaksudkan bahwa mereka yang peduli menularkan atau mengajak kebiasaan membacanya kepada orang lain.
Banyak sekali event  yang diselingi dengan kegiatan membaca, sebagai contoh book fair. Event ini sudah jelas merupakan event yang berhubungan dengan dunia membaca, di acara ini, para pengunjung tidak dilarang membaca buku yang terdapat pada stan-stan bookfair. Selain itu, pada saat ini keberadaan mobil pintar pun semakin banyak, dengan jadwal yang bervariatif agar masyarakat dapat memanfaatkan keberadaan mobil ini.
Ngomong-ngomong tentang mobil pintar, rupaya mobil ini aktif sekali di berbagai kegiatan. Memang mobil ini adalah bentuk perpustakaan mini yang dapat dibawa kemana-mana dan berada dimana-mana karena dapat mobile berkeliling-keliling dengan rodanya. Mari kita intip tahun kemarin ketika merapi sedang gencar-gencarnya erupsi, ternyata si mobil pintar ini hadir pula disana. Meskipun debu dan si wedus gembel silih berganti, hadir, mobil ini tak gentar menembus semua rintangan untuk hadir di tengah-tengah para pengungsi. Nampak anak-anak dan orang tua berbondong-bondong berkerumun di mobil pintar untuk mencari buku.
Mobil pintar ini tak pilih-pilih tempat untuk hadir mengunjungi para pembaca. Tak hanya pada kejadian bencana, mobil perpustakaan keliling ini juga tak enggan hadir pada kegiatan pramuka. Seperti pada kegiatan pramuka di Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Cilacap. Disela-sela penantian kegiatan dimulai, anggota pramuka berduyun-duyun membolak-balik buku yang ada di mobil pintar. Hmmm… ternyata budaya baca dapat ditanamkan dimana saja, kapanpun dan pada siapapun lho. Tinggal kepedulian kita bagaimana.
Di tempat-tempat  pelayanan umum, seperti salon, bank, rumah sakit, lobbi hotel, Telkom dsb selalu menyediakan bahan bacaan baik Koran, majalah dsb. Hal ini tentunya bermaksud mengajak para pengunjung untuk mau membaca apapun itu. Kalau bukan kita yang peduli, lalu siapa lagi? Yuk kita biasakan membaca sejak dini. Dan seperti lagu milik Gita Gutawa “Tak perlulah aku keliling dunia”. Karena dengan membaca buku kita bisa juga berkeliling dunia, tahu dunia, tahu akan banyak hal.
Anggota Perpustakaan Tinggal di Jl. Cendrawasih 27 RT 2 RW 1 Karangjati, Ungaran




















Tidak ada komentar:

Posting Komentar