Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 26 Januari 2012

Pondok Maos “Guyub”

 Liputan
Pondok Maos “Guyub”
"Jika aku menulis buku, kemungkinan tetanggaku, tidak akan membaca. Tapi jika aku mendirikan pondok baca, pastinya tetangga, anak tetangga, warga desa tetangga, orang lewat, bisa mampir dan ikut menikmatinya".
(http://pondokmaos.multiply.com/)

Hartono
 “Okey, dari pasar Boja arah ke barat, setelah SMA N 1 Boja, Tanya ‘Guyub’ semua di Boja tahu dari cicit-cicit sampai nenek-nenek” Jawab Pak Har, ketika Buletin Pustaka berkomunikasi dimana Pondok Maos Guyub berlokasi, lengkapnya Hartoyo Sujadi, seorang berjiwa muda yang sebenarnya berusia 50an.
Berawal dari Sigit Susanto yang merintis Pondok Maos Guyub ini pada tahun 1988, kemudian duet dengan Bapak Hartono dimulai pada tahun 2007. Secara resmi, Pondok Maos Guyub ini di launching. Jika Bapak Hartono adalah seorang seniman musik dan pahat, Sigit Susanto juga seorang seniman kata-kata, alias sastrawan yang sudah go international, (--saat ini berdomisili di Swiss---) yang tak pernah melupakan Pondok Maos ‘Guyub’ dengan berbagai kiriman karya satrawan dunia yang di hunting di Negara Swiss. Terbukti dengan berbagai koleksi berbahasa asing dan ditambah poster-poster sastrawan dunia bertebaran di dinding.
Pondok Maos Guyub
Kekeluargaan, itulah inti dari didirikannya Pondok Maos Guyub ini, semua dilakukan dengan semangat  ‘geguyuban’. Dengan modal guyub, Pondok Maos Guyub ini buka sampai 24 jan, non stop. “Bahkan di hari raya kemarin, ada loh yang pinjam buku, tentunya sambil silaturahmi”, bangga Pak Har.  Dengan koleksi awal waktu itu berjumlah 3000 eksemplar, keberadaan Pondok Maos ‘Guyub’ langsung menarik perhatian masyarakat sekitar. Dari pengalaman Bapak Hartono, ada hal yang menarik, “Awalnya anak-anak warga desa kalau pertama masuk ke Pondok Maos Guyub selalu mengucapkan kulo nuwun/permisi boleh masuk/ atau bisa masuk, tapi sejak minggu kedua setelah dibuka, anak-anak tanpa basa-basi lagi, mereka langsung masuk, baca buku.”Apa sebab?
Pendirian Maos Baca didasari niat Tulus dan ikhlas dengan maksud kegiatan ini murni sosial”, ungkap Bapak Har. “Di sini semua gratis, bahkan makan-minum pun kalau kami ada, pengunjung banyak yang makan di Pondok Maos Guyub.” Tambah Bapak Hartono. Pendaftaran di Pondok Maos didasari dengan syarat ‘Moral’ saja.
Gratis bagi siapa saja yang ingin mendaftar dan meminjam buku, hanya memang kami beri persyaratan Moral Jujur, Disiplin dan Tanggungjawab”, jelas Bapak Har. Jujur dalam memberikan semua data berkenaan dengan diri, kemudian moral disiplin yang berarti tepat waktu dalam mengembalikan buku yang dipinjam karena bergantian dengan yang lain dan tanggungjawab dengan ikut menjaga buku agar jangan sampai hilang, kotor, rusak atau hilang.
Sedangkan  masa peminjaman selama satu minggu untuk satu buku. juga tidak ada kartu anggota atau uang jaminan. Semua dilakukan secara saling percaya dan mencoba menumbuhkan kesadaran antar sesama. Bapak Hartono bangga, karena mereka jujur-jujur, apa mungkin karena tempatnya di desa? Meskipun demikian, tiap buku disisipi secarik kertas berupa himbauan dengan bunyi: Mari kita belajar Kejujuran, Tanggung Jawab, Disiplin, dan Tepat Waktu. Kembalikanlah buku sesuai waktu pengembaliannya.
Di awal keberadaan, banyak yang mengatakan persyaratan itu ‘gila’,  karena  menurut mereka kepercayaan memang mahal di jaman ini. Tapi terbukti dengan menggunakan cara seperti, banyak warga tua-muda, anak-anak tanpa sungkan membaca, pinjam buku di Pondok Maos Guyub, “Menurut catatan kami, koleksi tidak pernah hilang, kalau diminta pondok baca lain memang sering”, jelas Bapak Hartono.
Pondok Maos Guyub juga sering memberikan bantuan kepada tempat baca lain, bahkan sampai luar wilayah.
Kegiatan-kegiatan di Pondok Maos Guyub:
1.      Reading club
Membaca bersama dilanjutkan Diskusi dan membahas buku-buku koleksi Pondok Maos Guyub Karangan sastrawan-sastrawan besar dunia
2.      Teater dan musik
Ekspresikan kebebasan berseni warga masyarakat.
3.      Sastra Bersepeda
sastra bersepeda
Menuliskan catatan perjalanan dengan bersepeda keliling tempat-tempat tertentu. "Sebagai sebuah eksperimen menulis catatan perjalanan, secara umum diharapkan mampu menumbuhkan kepekaan peserta terhadap masalah-masalah sosial di sekitar kita”, jelas Bapak Hartono.
4.      Bedah Buku
Buku-buku baru yang berkualitas di bedah dengan mengundang sastrawan nasional maupun pengarangnya langsung.
5.      Perpustakaan Keliling
Bekerjasama dengan jaringan perpustakaan/tbm di Kendal menyelenggarakan perpustakaan keliling.
6.      Pemutaran Film
Film yang diputar bersifat menghibur dan mendidik sebagai rehat dari rutinitas sehari-hari.
7.      Obrolan Sepekan sastra
Dilaksanan pada bulan Mei/Juni setiap tahunnya dengan berbagai kegiatan bernuansa sastra dan seni. Disebut juga bazar sastra karena banyaknya pembicara yang berpartisipasi serta tak terhitung riuhnya anak-anak/peserta maupun pengunjung yang meramaikan acara ini.
8.      Pentas Seni dan Lomba-lomba penulisan
Merupakan hasil dari puncak pembelajaran masyarakat di Pondok Maos Guyub ini, berbagai kreasi seni dan sastra ditampilkan dan ditunjukkan kepada masyarakat.
9.      Sanggar Pelatihan
sanggar pelatihan
Diasuh sendiri oleh Bapak Hartono, membatik, ukir kayu dan sablon. Para peserta pelatihan  dibimbing khusus sampai mereka bisa mendirikan usaha sendiri. “Karya-karya mereka dipamerkan ketika Pondok Maos ada kegiatan”, jelas Bapak Har.
Yang menarik dilakukan oleh Bapak Hartono adalah pada rak buku tersebut setidaknya ada 20an lebih buku sastra yang nomor HP penulisnya dicatat. Dengan harapan, manakala pembaca sudah khatam, maka mereka bisa bertanya pada pengelolanya, untuk mencatat nomor HP penulisnya. Dengan begitu akan ada interaksi antar pembaca-penulis. Salah satu pembaca bernama Bety, siswa SMA Boja telah membaca kumpulan cerpen "Burung Kolibri Merah Dadu" dari cerpenis Kurnia Efendi di Jakarta. Maka tak lama kemudian, Bety melayangkan komentar via SMS atas hasil bacaannya. Hal ini menjadi sebuah interaksi yang menarik, komunikasi dua arah antara pembaca dan penulisnya.
“Bersatulah seperti Tlepong (Tahi Kerbau), Jangan  seperti mendhil (tahi kambing)” Pesan diakhir wawancara BP dengan Bapak Hartono. “Semua dibutuhkan kebersamaan, seperti kotoran kerbau saat didalam perut maupun ketika sudah dikeluarkan tetap menyatu, berbeda dengan kotoran kambing”.
Bagi yang ingin berkorespondensi atau berkunjung ke Pondok “Maos Guyub datang saja ke Desa Bebengan Kec. Boja Kabupaten Kendal. Atau bisa menghubungi no hp bapak Hartono 08532510098.  (BM)
Pondok Maos Guyub & Pah Hartono










Tidak ada komentar:

Posting Komentar