Slogan kami

Redaksi Buletin Pustaka mengucapkan Selamat Hari Soempah Pemoeda, 28 Oktober 2013

Kamis, 19 Januari 2012

SEBUAH KISAH DIBALIK NAMA DESA TENGARAN - KABUPATEN SEMARANG


SEBUAH KISAH DIBALIK NAMA
DESA TENGARAN - KABUPATEN SEMARANG

Tengaran merupakan salah satu desa di wilayah Kabupaten Semarang yang terletak di lereng Gunung Merbabu. Serta berada di antara Kota Salatiga dan Kabupaten Boyolali.
Nama Desa Tengaran di mulai dari kisah perjuangan seseorang bernama Ki Tengaran dalam merebut kembali pusaka milik kerajaan. Desa ini dulunya bernama Dusun Kaliwuru, Konon pemerintahan Desa Kaliwuru dimulai sekitar tahun 1800. Ki Tengaran yang hidup pada masa perjuangan Nyi Ageng Serang melawan penjajahan Hindia Belanda, merupakan kepala Dusun Kaliwuru. Beliau ialah seorang pemimpin  yang bijaksana, serta benar- benar berjuang untuk kepentingan rakyatnya. Tak khayal kehidupan masyarakat Dusun Kaliwuru pada masa kepemimpinannya tentram dan damai. Beliau juga sosok pemimpin yang gemar “ tirakat” , tak heran jika beliau memiliki ilmu kesaktian dan penyembuhan yang luar biasa. Ilmu yang beliau miliki didapatkan dengan penuh keuletan serta kerja keras. Seperti kata pepatah jawa “Jer Basuki Mawa Beya”, yang jika diterjemahkan secara bebas artinya “ untuk mendapatkan sesuatu yang dicita- citakan senantiasa memerlukan biaya, kerja keras maupun pengorbanan”. Tak heran jika beliau dikenal sebagai seorang tabib yang hebat. 
Peta Tengaran
Pada suatu hari terjadilah pencurian pusaka Keraton  Kyai Kurbakur di ibukota kerajaan. Pusaka itu merupakan sebuah keris luk tiga belas yang dari pendok sampai ujungnya berlapis emas. Sayembara pun diadakan setelah semua punggawa kerajaan yang dikerahkan untuk mendapatkan kembali pusaka itu tidak berhasil menemukannya. Hadiah seyembara itu berupa “Emas Inten Rojo Brono” serta apapun yang diminta oleh pemenang sayembaran akan diberikan.
Mendengar berita itu Ki Tengaran bergegas pergi ke ibukota kerajaan untuk mengikuti sayembara tersebut.  Dengan kesaktiannya yang mumpuni Ki Tengaran berhasil merebut kembali pusaka keraton dari tangan pencuri yaitu Ki Gologito dari Gunung Merbabu. Takdir berkata lain, pusaka yang berada di tangan Ki Tengaran jatuh ke tanah dan berubah menjadi ular ajaib yang besar dan dapat berbicara. Semakin lama ular tersebut semakin besar. Dan ular tersebut berkata bahwa dia tidak mau dikembalikan ke keraton.
Karakter seorang pemimpin yang ada pada Ki Tengaran membuat Ki Tengaran harus memukul ular tersebut dengan “Sodo Lanang” karena kuatir akan membahayakan masyarakat. Ular tersebut meninggal, dan konon tubuhnya meliuk – liuk dari sebelah timur jembatan sungai serang sampai di Dusun Poncol. Lidahnya menjadi sawah di ujung desa. Konon sampai saat ini masyarakat dusun Poncol Desa Klero tidak berani membuat sumur di daerah tersebut. Karena menurut kepercayaan masyarakat sekitar, jika tanah didaerah tersebut digali yang keluar bukanlah air tetapi darah.  Kejadian tersebut dilaporkan oleh Ki Tengaran kepada raja yang mengadakan sayembara. Dan sang raja berkata “Kelak jika dusun ini ramai maka akan dinamakan TENGARAN”. Dan sekarang kita mengenal desa tersebut dengan nama Tengaran.
Dari asal usul Desa Tengaran tersebut kita dapat belajar 2 hal yaitu tentang semangat berjuang untuk meraih apa yang kita cita- citakan seperti pepatah jawa “Jer Basuki Mawa Beya”, serta kita dapat belajar dari jiwa kepemimpinan yang dimiliki oleh Ki Tengaran. Sosok pemimpin yang dengan sepenuh hati memperjuangkan kepentingan rakyat. Karena memandang memimpin ialah sebuah amanah.
Diceritakan kembali oleh : Hettyca Astuningdyas
Staf Kantor Kesbang Pol dan Linmas Kabupaten Semarang

4 komentar:

  1. Ngapusi
    Nama dusunnya aja salah
    Yg bener kaliwaru bukan kaliwuru..

    BalasHapus
  2. bangga rasanya lahir tepat di depan kantor kecamatan tengaran, semoga tengaran semakin di-Bisakan-Nya untuk selalu menjaga kualitas daripada NYA, yang telah ada.

    BalasHapus